Mohon tunggu...
Adhea Tsabitah S
Adhea Tsabitah S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana Linguistik

Bahasa, Budaya, Korea, dan Linguistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Makna di Balik Ungkapan "Semoga Harimu Selalu Senin" yang Viral di Twitter

7 Maret 2022   17:23 Diperbarui: 11 November 2022   13:34 33172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti kita semua pernah merasa kesal dengan seseorang akan tingkah lakunya dan rasanya ingin menyumpahi orang tersebut dengan kata-kata kasar, tetapi merasa tidak enak. 

Jangan khawatir warganet Twitter kini punya ungkapan baru untuk menyumpahi orang tanpa berbicara kasar, bagaimana caranya? Simak selengkapnya di bawah ini.

Twitter menjadi media sosial yang selalu menciptakan tren penggunaan bahasa di kalangan para penggunanya. Berbagai istilah populer seperti singkatan bahasa Inggris seperti RL (real life), OOT (Out Of Topic) ataupun bahasa gaul.

Ada, seperti cepu yang digunakan ketika seseorang yang suka mengadukan perbuatan rahasia seseorang kepada orang lain.

Kemudian "sat set sat set" adalah contoh istilah baru yang digunakan untuk menggantikan kata cepat yang kerap digunakan warganet Twitter ketika menuliskan cuitan di akunnya. 

Bahkan sering kali bahasa gaul atau istilah populer tersebut tidak hanya viral di Twitter namun di media sosial lain seperti TikTok.

Pada akhir bulan febuari, muncul sebuah tren penggunaan beberapa ungkapan di Twitter yang bisa disebut sebagai cara menyumpahi orang tanpa berbicara kasar. 

Setelah sebelumnya sempat viral juga dengan topik serupa, yaitu cara mengumpat dengan estetik. Namun berbeda dari sebelumnya, tren ini memiliki keunikan tersendiri karena pada setiap ungkapan memiliki hidden meaning atau makna tersembunyinya masing-masing.

Apa saja sih ungkapan tersebut? Supaya tidak ketinggalan info dan paham akan maksud dan makna dibaliknya, simak penjelasan berikut.

  • Sulit dipahami, Semoga harimu selalu senin

Ungkapan inilah yang paling sering dipakai oleh warganet Twitter ketika merasa kesal akan cuitan suatu akun yang menurut mereka tidak jelas atau kurang bisa dipahami. Hari seninlah yang menjadi sorotan dalam kalimat menyumpahi di atas. 

Bagi banyak orang, hari senin identik dengan hari yang berat untuk memulai pekan ketika harus kembali ke rutinitas setelah sebelumnya adalah hari libur. Bayangkan jika dalam seminggu hari kita terdiri dari hari senin terus, berarti tidak akan merasakan akhir pekan atau hari libur.

"Semoga tetanggamu memotong keramik setiap malam"

Ketika mendengar kata memotong keramik, mungkin sebagian dari kita sudah bisa membayangkan langsung dalam otak bagimana ngilunya suara tersebut. 

Biasanya jika tetangga atau kita sendiri sedang renovasi rumah, suara bising yang ditimbulkan dari memotong keramik bisa menimbulkan efek pengang dan sangat menganggu ketenangan. 

Karena itulah menyumpahi orang dengan menyemogakan tetangga orang tersebut memotong keramik tiap malam dilakukan agar orang yang dituju tidak dapat merasakan ketenangan dalam hidupnya di setiap malam.

"Semoga kalendermu hitam semua atau semoga kalendermu tidak ada tanggal merahnya"

Tanggal merah tentu menjadi tanggal yang ditunggu oleh semua orang, apalagi jika letaknya saat weekdays yang berarti bisa merasakan jeda dari rutinitas sejenak. 

Tentu saja jika disumpahi oleh seseorang kalender tidak ada tanggal merahnya, tentu sangat menjengkelkan. Artinya, kita tetap harus menjalani aktivitas seperti biasa disaat orang-orang lain libur.

"Semoga Wi-Fi-mu mati seharian"

Wi-Fi sudah menjadi sebuat kebutuhan yang seperti wajib dimiliki oleh setiap rumah agar bisa terhubung dan menjalani aktivitasnya di dunia maya terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini. 

Wi-Fi mati seharian? Terdengar seperti peristiwa yang akan menyebabkan mood seharian menjadi jelek. Belum lagi kita harus mengajukan komplain kepada penyedia layanan jaringan nirkabel rumah dan melakukan perbaikan, merepotkan tentunya.

"Semoga timing subtitles-mu tidak tepat"

Nonton film luar negeri yang bahasanya tidak familier pasti butuh subtitles ya. Tapi bagaimana kalau subtitles tidak sinkron dengan filmnya? Yang ada bukannya menikmati film, tetapi malah jadi emosi pastinya. 

Hal itulah yang diharapkan oleh orang yang menggunakan ungkapan ini untuk menyumpahi seseorang agar tidak bisa menonton hiburan dan malah merasa kesal.

***

Dari kacamata keilmuan linguistik, ungkapan-ungkapan di atas dapat dikategorikan sebagai eufemisme atau penghalusan makna. Secara lebih detail, eufemisme adalah bagian dari semantik yang merupakan cabang ilmu lingustik yang mempelajari tentang makna. 

Eufemisme oleh KBBI didefinisikan sebagai ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan. 

Contoh eufemisme yang seringkali dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah kata meninggal dunia untuk mati atau tunawisma untuk gelandangan.

Eufemisme menurut Allan dalam (Saifullah, 2018) dibagi menjadi dua belas tipe dan ungkapan-ungkapan di atas merupakan tipe pernyataan tersembunyi (understatements), yaitu ungkapan kata ganti yang digunakan untuk membuat hal yang luar biasa seakan-akan sepele. 

Lalu eufemisme juga mempunyai berbagai fungsi. Menurut Sutarman (2017) ada lima manfaat eufemisme, untuk ungkapan yang ada di atas berfungsi untuk tetap menjaga kesopanan dan kenyamanan.

Biasanya ketika sedang merasa kesal dengan seseorang, hal tersebut dapat memicu untuk berbicara sumpah serapah atau makian yang berpotensi menambah masalah karena kata kasar yang terucap dan tidak enak didengar. 

Sehingga ungkapan-ungkapan di atas ataupun bentuk eufemisme lainnya dapat menjadi alternatif yang bisa dipakai pada keseharian ketika sedang kesal kepada seseorang.

Tetapi tetap dengan cara yang halus tanpa memakai bahasa kasar yang kurang enak didengar dan lebih berpotensi menimbulkan luka pada lawan bicara.

Bagaimana? Apakah tertarik menggunakan ungkapan-ungkapan tersebut ketika sedang kesal? Tetapi jangan lupa, tetap harus hati--hati ya!

Daftar Pustaka:

Saifullah, Aceng Ruhendi. (2018). Semantik dan Dinamika Pergulatan Makna (Cetakan ke-1). Jakarta: Bumi aksara.

Sutarman. (2017). Tabu Bahasa dan Eufemisme (Cetakan ke-2). Surakarta: Yuma Pustaka.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun