Dari kacamata keilmuan linguistik, ungkapan-ungkapan di atas dapat dikategorikan sebagai eufemisme atau penghalusan makna. Secara lebih detail, eufemisme adalah bagian dari semantik yang merupakan cabang ilmu lingustik yang mempelajari tentang makna.Â
Eufemisme oleh KBBI didefinisikan sebagai ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan.Â
Contoh eufemisme yang seringkali dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah kata meninggal dunia untuk mati atau tunawisma untuk gelandangan.
Eufemisme menurut Allan dalam (Saifullah, 2018) dibagi menjadi dua belas tipe dan ungkapan-ungkapan di atas merupakan tipe pernyataan tersembunyi (understatements), yaitu ungkapan kata ganti yang digunakan untuk membuat hal yang luar biasa seakan-akan sepele.Â
Lalu eufemisme juga mempunyai berbagai fungsi. Menurut Sutarman (2017) ada lima manfaat eufemisme, untuk ungkapan yang ada di atas berfungsi untuk tetap menjaga kesopanan dan kenyamanan.
Biasanya ketika sedang merasa kesal dengan seseorang, hal tersebut dapat memicu untuk berbicara sumpah serapah atau makian yang berpotensi menambah masalah karena kata kasar yang terucap dan tidak enak didengar.Â
Sehingga ungkapan-ungkapan di atas ataupun bentuk eufemisme lainnya dapat menjadi alternatif yang bisa dipakai pada keseharian ketika sedang kesal kepada seseorang.
Tetapi tetap dengan cara yang halus tanpa memakai bahasa kasar yang kurang enak didengar dan lebih berpotensi menimbulkan luka pada lawan bicara.
Bagaimana? Apakah tertarik menggunakan ungkapan-ungkapan tersebut ketika sedang kesal? Tetapi jangan lupa, tetap harus hati--hati ya!
Daftar Pustaka:
Saifullah, Aceng Ruhendi. (2018). Semantik dan Dinamika Pergulatan Makna (Cetakan ke-1). Jakarta: Bumi aksara.