Sebelum kita menjawab tentang asal usul kita, mari kita mulai dari titik mana kehidupan ini berawal. Awalnya, dunia ini (langit dan bumi) adalah satu. Seluruh kehidupan ini berasal dari air (H2O beserta zat-zat mineral yang dikandungnya), sebagaimana diwahyukan dalam Al-Anbiyaa’ – QS. 21:30: “Awalam yarolladziyna kafaruww annaas samaawaati wal’ardha kaanataa rotkoon fafataqnaahumaa waja’ alnaa minal maa ikulla syai’in jahiin, afalaa yu’minuwn”
artinya:
“Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa langit-langit dan bumi disatukan kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dengan air. Lalu apakah mereka tidak beriman?”
Data modern menyebutkan bahwa makhluk yang paling tua adalah tumbuh-tumbuhan, yaitu ganggang yang ditemukan sejak periode pra-Cambira, yaitu saat dikenali daratan yang paling tua. Dunia hewan muncul kemudian yang berasal dari laut. Al-Qur’an menyatakan bahwa unsur terpenting bagi seluruh kehidupan tumbuh-tumbuhan, seperti dalam Thaahaa – QS. 20:53: “…wa’andzala minassamaa ishoo aan. Fa’akhroj’naa biha adzwajaam minnabaa tin syata”
artinya:
“Dan Allah menurunkan air dari langit. Maka kami tumbuhkan (dari air itu) berpasang-pasang tumbuhan yang berbeda-beda.”
Kemudian Allah berfirman dalam An-Nur – QS. 24 : 45 “Wallahu kholaqo kulla daaabbatim mimma”
artinya:
“Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air.”
Selanjutnya Allah menjadikan manusia melalui tujuh macam tingkatan:
Pertama. Disuratkan dalam As Sajadah – QS. 32 : 7 “Waba alkholqo minthiyn”
artinya:
“Dan Allah menjadikan manusia pada asalnya dari tanah”
Kata “thin” (tanah) pada ayat tersebut bermakna atom zat air atau Hidogenium.
Kedua. Disebutkan dalam Ar-Rahmaan – QS. 55 : 14: “Kholaqol insaana min sholsholin kal fakhkhoor”