Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa "Tulisan Buruk" Bisa Membikin Akun Saya Diverifikasi Biru?

5 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 5 Maret 2024   14:12 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Akun Pribadi / Dokumentasi Kompasiana.Com

Tulisan buruk akan beralih jadi tulisan bagus tatkala kita menuliskannya, bukan sekadar mengangan-angankan untuk menulisnya. Karenanya, tak usah takut menulis kendatipun hasilnya buruk. 

Pertama-tama, saya ingin menyampaikan yang dimaksudkan dengan “tulisan buruk” dalam judul artikel diatas adalah konten artikel saya di Kompasiana, enggak tulisan kepunyaan orang lain.

Begitu pula, artikel ini tidak akan membahas tentang kualitas ide dalam sebuah tulisan. Tidak pula tentang keterampilan memilih diksi atau merangkai kata. Karena itu bukan keahlian saya.

Ini lebih tentang sesuatu, sekadar memotivasi sesama penulis pemula untuk tak usah takut memulai menulis.

*****

Saya teringat mula-mula mengenal Kompasiana dari sebuah artikel  “Irna-Tanto, Musuh yang Bersatu” yang pernah ditulis Kompasianer Fauzi Albarra tahun 2015.

Saking bagus artikelnya, waktu itu saya hanya mengkhayalkan kapan bisa menulis di Kompasiana, lantaran saya menganggap tulisan saya tidak bagus.

Karena mengkhayalkan belaka, saya tak kunjung memulai menulis. Hingga akhirnya setelah 8 tahun berangan-angan, baru kemudian 04 September 2023 saya nekat menulis di Kompasiana.

Dan beberapa waktu dalam hitungan pekan menulis di Kompasiana, saya menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Ternyata ada (banyak) artikel yang saya baca (maaf) sama-sama buruk seperti “tulisan buruk” saya.

Begitupun sebaliknya, bila menemukan tulisan yang saya nilai bagus, ternyata banyak lagi artikel lain yang lebih bagus, sangat bagus, bahkan super bagus.

*****

Masih di awal saya menulis di Kompasiana, saya membaca artikel salah seorang Kompasianer yang saya kagumi. Dulu sang penulis pun mengakui tulisan pertamanya juga buruk sampai-sampai disebut “tulisan sampah” katanya, dalam artikel yang diberi judul “Artikel-artikel Sampah dari Kompasianer……”

Maka dari itu, diawal jadi Kompasianer saya begitu antusias memposting konten 40-60 artikel per bulan selama 3 bulan berturut-turut (September s.d November 2023). 

Sementara 3 bulan berikutnya (Desember 2023 s.d Februari 2024), dengan alasan ingin artikel lebih baik, saya hanya mentargetkan memposting konten artikel 2 hari sekali, sampai sekarang.

Ya, sebenarnya sejak awal saya hanya ingin menulis, menulis, dan menulis tanpa ambisi untuk menulis dengan sempurna. Bahkan, awalnya sampai tak peduli betapa buruknya tulisan saya, langsung diposting dan tayang.

Walhasil, setelah 5 bulan menulis saya ditawari “Centang Biru” pada 04 Februari 2024 dan lolos verifikasi konten sebagai kandidat, 23 Februari 2024.

Lalu, selama 6 bulan ini, saya berhasil membuat konten total 190 artikel. Kemudian, selama 6 bulan ini konten saya dilabeli 132 Highlight sebagai Artikel Pilihan.

Selanjutnya, selama 6 bulan saya berhasil membuat 22 konten Artikel Utama (AU) hingga akhirnya moment “Centang Biru” itu pun datang dan disematkan 1 Maret 2024.

Berikutnya, saya mendapat ucapan "Selamat, akun Anda telah diverifikasi" - begitu notifikasi pesan Verifikasi yang saya terima dari Kompasiana.

Baca juga: Ditawari Centang Biru Kompasiana, Siap Diverifikasi?


Lalu, kenapa “Tulisan Buruk” bisa membikin akun saya diverikasi biru?

Jawabannya ada di paragraf pertama tulisan ini. “Tulisan buruk akan beralih jadi tulisan bagus tatkala kita menuliskannya.” Tapi jangan berhenti sampai disini. Lanjutkan langkah berikutnya agar tulisan kita semakin baik.

Apa langkah selanjutnya?

Pengalaman saya setelah 6 bulan menulis di Kompasiana, setelah membuat artikel tentang apapun itu, saya anggap tulisan itu sebuah draft artikel.

Biasanya saya menulis draft artikel selama sekira 1-2 jam di laptop rumah, kadang juga menulis di komputer kantor bila sedang senggang. Lalu setelah itu saya istirahat atau melakukan aktivitas lain.

Seringnya sih langsung nulis artikel di draft laman Kompasiana langsung, kemudian jangan lupa simpan dengan jadwal tayang bisa 24 jam atau 2 hari berikutnya, sehingga punya kesempatan untuk melakukan editing.

Tak usah pedulikan betapa buruknya draft artikel yang sudah ditulis. Yang penting menulis aja dulu!.

Kemudian setelah beberapa waktu, bisa sejam, beberapa jam, atau bahkan sehari kemudian bacalah lagi dengan seksama draft artikel itu atau preview di laman Kompasiana langsung. 

Pasti “tulisan buruk” yang kita baca! Dan itu normal lantaran belum dilakukan pengeditan.

Setelah dibaca sekali atau beberapa kali draft artikel itu selanjutnya saya memerankan diri sebagai editor (tukang edit tulisan).

Dengan menjadi editor tulisan sendiri, kita akan mengetahui bagian mana saja yang butuh perbaikan atau menambah sentuhan kata demi kata atau kalimat yang sesuai kaidah penulisan.

Nah, dengan berperan sebagai editor, saya juga lebih mudah mengenali kesalahan-kesalahan tata bahasa, tanda baca, maupun gaya bahasa sendiri yang perlu dipoles.

Dengan begitu, jadilah sebuah tulisan baru yang mungkin lebih baik, lebih indah, lebih enak, serta lebih menarik dari sebelumnya.

Semudah itukah menulis di Kompasiana? Tulis, lalu edit, kemudian posting, dan langsung tayang!

Saya pribadi terkadang kesulitan mengedit tulisan sendiri karena terlanjur menganggap tulisan saya tidak bagus.

Tetapi saya tetap harus mengeditnya. Agar setidaknya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan ketika sudah tayang saya sering edit sana, edit sini lantaran ketika saya membacanya masih belum pas!

Oleh karena itu sangat penting bagi seorang editor banyak-banyak membaca tulisan orang lain untuk referensi mengedit tulisan sendiri.

*****

Wah, tulisan saya kok jadi panjang sekali. Padahal semula yang saya niatkan hanya menjawab pertanyaan Kenapa “Tulisan Buruk” Bisa Membikin Akun Saya Diverifikasi Biru?

Oleh karena itu, agar tulisan ini tidak menjadi lebih panjang lagi, saya lampirkan saja ya video singkat Rekam Jejak Kandidat Kompasianer Centang Biru, Pentingkah?

Akhir kata…

Saya, Ade Setiawan, menulis ini untuk memotivasi diri sendiri dan para Kompasianer pemula. Mengingatkan diri sendiri dan siapapun yang berniat menjadi seorang penulis.

Maka saya akan terus menulis - terserah orang menganggap tulisan saya bagus atau buruk, menarik atau tidak, yang penting tulisan saya bermanfaat bagi orang banyak.

Selamat menyongsong ibadah Ramadhan 1445 H, semoga semakin menambah keberkahan, termasuk dalam tulisan.

Salam Literasi

Pasirtangkil, 04.03.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun