Jawabannya ada di paragraf pertama tulisan ini. “Tulisan buruk akan beralih jadi tulisan bagus tatkala kita menuliskannya.” Tapi jangan berhenti sampai disini. Lanjutkan langkah berikutnya agar tulisan kita semakin baik.
Apa langkah selanjutnya?
Pengalaman saya setelah 6 bulan menulis di Kompasiana, setelah membuat artikel tentang apapun itu, saya anggap tulisan itu sebuah draft artikel.
Biasanya saya menulis draft artikel selama sekira 1-2 jam di laptop rumah, kadang juga menulis di komputer kantor bila sedang senggang. Lalu setelah itu saya istirahat atau melakukan aktivitas lain.
Seringnya sih langsung nulis artikel di draft laman Kompasiana langsung, kemudian jangan lupa simpan dengan jadwal tayang bisa 24 jam atau 2 hari berikutnya, sehingga punya kesempatan untuk melakukan editing.
Tak usah pedulikan betapa buruknya draft artikel yang sudah ditulis. Yang penting menulis aja dulu!.
Kemudian setelah beberapa waktu, bisa sejam, beberapa jam, atau bahkan sehari kemudian bacalah lagi dengan seksama draft artikel itu atau preview di laman Kompasiana langsung.
Pasti “tulisan buruk” yang kita baca! Dan itu normal lantaran belum dilakukan pengeditan.
Setelah dibaca sekali atau beberapa kali draft artikel itu selanjutnya saya memerankan diri sebagai editor (tukang edit tulisan).
Dengan menjadi editor tulisan sendiri, kita akan mengetahui bagian mana saja yang butuh perbaikan atau menambah sentuhan kata demi kata atau kalimat yang sesuai kaidah penulisan.
Nah, dengan berperan sebagai editor, saya juga lebih mudah mengenali kesalahan-kesalahan tata bahasa, tanda baca, maupun gaya bahasa sendiri yang perlu dipoles.