Misalnya di tempat kami tinggal. Berdasarkan info orang dalam rumah per Jumat, 23 Februari 2024, harga beras (biasa, bukan premium) dipatok dengan harga kisaran Rp14.000-Rp15.000 per liter. Sebelum kenaikan harga beras antara Rp10.000-11.000 per liter.
Harga tersebut mengalami kenaikan sejak beberapa hari jelang pencoblosan pemilu, dan mulai ramai dibicarakan usai perhelatan 14 Februari 2024.
Bukan cuma harga beras di warung-warung pedesaan yang mulai naik, sejumlah bahan pokok lainnya seperti telur, minyak sayur, gula, aci terigu juga mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Baca juga: Cara Urang Kanekes Menjaga Kearifan Lokal untuk Kelestarian Lingkungan
Lalu, bagaimana warga desa menyikapi mahalnya harga beras?
Beras memang sudah menjadi makanan pokok favorit warga di seluruh Indonesia. Sepertinya, sulit untuk meninggalkan nasi dari menu meja makan.
Istilahnya "Belum makan kalau belum makan nasi" begitu kira-kira kata warga kampung saya.
Ya, nasi merupakan sumber karbohidrat “makanan wajib” yang tersedia di meja makan. Sehingga butuh waktu panjang mengedukasi warga untuk membiasakan mengkonsumsi selain nasi sebagai makanan pokok.
Selain itu, pentingnya penguatan program diversifikasi pangan dalam rangka meningkatkan penyediakan berbagai komoditas pangan sehingga terjadi penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat.
Namun demikian, di pedesaan sesungguhnya sudah tradisi lama membiasakan porsi makan nasi hanya dua kali sehari.
Di desa saya tinggal, para keluarga petani biasa makan nasi antara pukul 10.00-11.00 dan makan sore sekira pukul 16.00-17.00.