Musim hujan telah tiba. Namun, terkadang cuaca panas masih kerap terjadi di musim penghujan ini. Ada kala, terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Lalu, di hari lainnya panas menyengat. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi hari ini?
Bisa jadi memang sekarang sedang terjadi perubahan iklim secara ekstrem. Perubahan cuaca ini akibat fenomena La Nina (yang meningkatkan curah hujan) dan El Nino (yang meningkatkan suhu udara) yang terjadi secara bersamaan .
Fenomena tersebut sudah diramalkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang sudah memprakirakan musim penghujan di Indonesia dimulai sejak Oktober 2023 dan puncaknya akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2024. Namun, rupanya musim penghujan tidak selalu merupakan tanda berakhirnya El Nino. Sebab, prakiraan fenomena El Nino baru akan berakhir pada awal tahun 2024. Begitu penjelasan BMKG di laman bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg
Memasuki musim penghujan hal yang biasa ditemui adalah kejadian bencana alam seperti banjir, badai, dan longsoran tanah.
Lain itu, ada sejumlah penyakit yang berpotensi berkembang secara pesat akibat dampak perubahan iklim lingkungan seperti demam berdarah dengue (DBD) misalnya.
Memang, kasus DBD ada kecenderungan meningkat selama musim hujan, lantaran dimana-mana akan ada lebih banyak bermunculan genangan air - bersih - yang merupakan tempat yang paling nyaman untuk berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, sang pembawa virus dengue.
Saat yang bersamaan masih terjadi fenomena El Nino yang menyebabkan suhu udara lebih hangat. Sehingga dikabarkan akan membuat nyamuk Aedes aegypti semakin ganas. Kemenkes menyebut jika suhu panas di atas 30 derajat celcius, frekuensi nyamuk menggigit akan meningkat hingga 3-5 kali lipat.
Begitupun perkembangbiakan nyamuk Aedes aegyfti akan lebih cepat dibanding biasanya yang secara normal, siklus perkembangbiakan nyamuk mulai bertelur hingga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu sekira sepekan hingga dua pekan.
Demam berdarah dengue atau disingkat DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini dibawa dan ditularkan - vector penular - nyamuk Aedes aegyfti yang menyukai hidup di tempat-tempat gelap, di tempat banyak baju kotor yang -- sehabis dipakai - di gantung, serta di genangan-genangan air bersih (bukan beralas tanah) yang selama musim hujan jauh lebih banyak dijumpai di lingkungan sekitar pemukiman seperti genangan air di talang air, pada barang-barang bekas, di kaleng, menggenangi ban bekas, lubang pohon yang terisi air, bahkan pada air di daun-daunan yang lebar, disitulah nyamuk Aedes aegyfti bisa berkembangbiak.
Semakin cepat perkembangbiakan nyamuk pembawa virus dengue di musim penghujan tentu perlu diwaspadai. Salah satu upaya pengendalian DBD yang paling efektif dan efesien adalah dengan memberantas nyamuk sebagai vektor penular.Â