Salman menilai, caleg dari partai-partai yang ada sekarang masih kurang sosialisasi diri dengan para konstituen di kampus-kampus atau daerah pemilihannnya. Akibatnya dapat ditebak, jangankan kenal program-programnya, nama caleg pun tak kenal.
"Banyak pemilih terutama para pemilih muda seperti Salman yang masih bingung menentukan partai politik (parpol) maupun kandidat para calon wakil rakyat yang akan dipilih untuk duduk di parlemen," katanya.
Salman mengatakan, dalam memilih nantinya bakalan lebih banyak mengandalkan informasi dari kedua orangtuanya. Iapun mengaku, akan menggunakan hak suaranya pada pemilu serentak mendatang. . "Insya Allah pada pemilu mendatang mau nyoblos," katanya.
Sebagai anak muda, lanjut Salman, ia berusaha menjadi warga negara yang baik. Dia berharap teman-teman seusianya juga sesama pemilih pemula, melakukan hal saya sama dengan berpartisipasi dalam pemilu untuk Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
Seturut pengetahuan saya, pengalaman putra keempat dan ketiga saya itu, tidak jauh berbeda dengan pengalaman putra kedua saya (kelahiran 1999) saat menjadi pemilih pemula di Pemilu 2019.
Begitupun pengalaman putra pertama saya (kelahiran 1996) saat menjadi pemilih pemula pada pemilu 2014. Sepuluh dan lima tahun lalu, keduanya pun menjawab hal yang mirip ketika menjawab pertanyaan orang tua sebagai pemilih pemula.
Sebagai pemilih pemula, mereka sangat minim terpapar informasi politik, kecuali dari orang tuanya. Disini, tentu saja peran orang tua menjadi sangat penting dalam menentukan kemana arah politik pemilih pemula akan dilabuhkan. (aDSe)
Salam Kompasianer Debutan Ade Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H