Bayangan itu mengangkat kepalanya, lalu suara yang lebih dalam dan lebih keras terdengar. "Ayahmu... dia sudah lama pergi. Mereka akan datang menjemputmu."
Seketika itu juga, seluruh tubuhku terasa lemas. Ayah? Kenapa dia menyebutkan Ayah? Apakah ini semua ada hubungannya dengan telepon tadi? Kenapa aku merasa tidak ada yang benar-benar bisa dijelaskan? Sesuatu yang tidak beres tengah terjadi.
Aku melihat tangan bayangan itu terulur ke arahku, dan instingku langsung menguasai tubuhku. Aku tidak bisa diam saja. Dengan gerakan cepat, aku berbalik dan berlari ke pintu belakang, berusaha untuk keluar dari rumah. Namun, sesaat aku menoleh kembali, bayangan itu kini sudah berada di depan pintu belakang, seakan sudah menungguku.
Aku berhenti dan mundur, nafas aku terengah-engah. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku harus lari?" pikirku dalam hati, tak ada satu penjelasan pun yang masuk akal.
Tiba-tiba, suara pintu depan terbuka dengan keras. Aku berbalik, dan kali ini ada suara langkah kaki yang lebih banyak---beberapa orang, mungkin lebih dari satu.
Bayangan itu kembali berbicara. "Mereka sudah datang, Alia. Tidak ada tempat untuk bersembunyi lagi."
Aku melihat sekilas sosok-sosok lain yang muncul di ambang pintu depan. Mereka mengenakan pakaian gelap, dan wajah mereka tertutup topeng putih dengan senyuman aneh yang mengerikan. Mereka bergerak perlahan, tapi pasti, mendekat dengan cara yang sangat terkoordinasi.
Aku merasa seolah-olah dunia di sekitarku berputar dengan sangat cepat. Tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku berlari ke ruang tamu, mencoba mencari cara untuk keluar, namun pintu depan dan belakang terkunci rapat, dan satu-satunya jalan adalah menuju lantai atas.
Dengan segenap tenaga, aku berlari menaiki tangga, tak peduli seberapa keras langkah kaki mereka mengikuti di belakang. Aku harus keluar dari sini. Aku harus tahu apa yang sedang terjadi.
Aku masuk ke kamar, menutup pintu dengan cepat dan mengunci rapat. Nafasku semakin cepat, dan tubuhku gemetar. Aku berlari ke jendela dan membuka tirai, berharap bisa melihat sesuatu di luar yang bisa memberi petunjuk, namun yang terlihat hanya gelap gulita. Tidak ada satu pun tanda kehidupan.
Di tengah ketegangan itu, ponselku berdering lagi. Aku melihat layar---nomor yang sama: "Nomor Tertutup."