Mohon tunggu...
Muhammad AdeRaihan
Muhammad AdeRaihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif dari salah satu Universitas Negeri di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Psikologi Komunikator dan Pesan pada "Kasus Asusila Dosen dan Mahasiswa di UIN Lampung"

8 Desember 2023   14:01 Diperbarui: 8 Desember 2023   14:13 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan tinggi menjadi tempat yang harus dipenuhi dengan adanya nilai-nilai etika, norma agama dan integritas. Namun, sangat disayangkan kasus hubungan seksual yang melibatkan dosen dan mahasiswa menciptakan situasi yang merusak prinsip-prinsip moral dan profesional di dunia akademik. Kasus ini terjadi dan mengguncang salah satu universitas di Indonesia yaitu UIN Lampung, yang di mana dalam kasus hubungan seksual antara dosen dan mahasiswa nya terekspos dengan hubungan yang tidak baik.

Kasus ini menjadi sorotan di berbagai seluruh dunia dan banyak orang memberikan pertanyaan tentang batasan yang seharusnya ada dan ditegakkan dalam berinteraksi antara dosen dan mahasiswa. Sebagai lembaga pendidikan tinggi UIN Lampung merusak kredibilitas universitas, merugikan mahasiswa, dan merusak karir akademik dosen.

PSIKOLOG KOMUNIKATOR

Kredibilitas

Kredibilitas psikolog komunikator sangat berperan penting untuk membantu memahami bagaimana meningkatkan komunikasi antara dosen dan mahasiswa UIN Lampung. Kredibilitas menjadi aspek sangat kompleks dalam hubungan seksual antara dosen dan mahasiswi, yang melibatkan berbagai persoalan etika, hukum, dan kebijakan universitas. Pelanggaran etika akademik yang serius adalah ketika seorang dosen melakukan hubungan seksual dengan mahasiswanya. Kredibilitas seorang dosen dapat tercoreng karena tindakan tersebut buruk yang sudah melanggar prinsip-prinsip etika dan profesional yang diharapkan dari para pendidik. Hubungan seksual antara dosen dan mahasiswa dapat melanggar hukum dan mempengaruhi reputasi serta kredibilitas dosen. Mahasiswa yang diajar juga tidak akan lagi mempercayai dosen yang melakukan hubungan seksual, sehingga akan menurunkan kredibilitas dosen dalam hal bimbingan akademik. Kasus tersebut dapat merusak reputasi universitas karena akan mempertanyakan kebijakan universitas dalam menjunjung tinggi etika dan keadilan dalam lingkungan akademik. Dalam kasus seperti ini, kredibilitas dosen sangat terancam, dan mengakibatkan konsekuensi seperti pemecatan dan tindakan hukum. Kredibilitas Universitas juga dapat terganggu jika tindakan yang diambil tidak sesuai dengan standar etika dan hukum yang berlaku.

Atraksi

Atraksi dalam psikolog komunikator merujuk pada daya tarik atau pengaruh yang dimiliki oleh komunikator terhadap audiens atau penerima pesan. Seperti yang telah kita ketahui, atraksi interpersonal mempengaruhi daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Kita cenderung menyenangi orang-orang yang tampan atau cantik, yang banyak kesamaannya dengan kita, dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kita.

Seperti hal nya jika dikaitkan dengan kasus asusila dari dosen UIN Raden Intan Lampung (SYH) dengan mahasiswi UIN Raden Intan Lampung (VO) terdapat atraksi psikolog komunikator, dimana mahasiswa tersebut memiliki wajah yang cantik serta pembawaan atau cara bicaranya yang bagus yang menarik perhatian dari dosennya tersebut. Hal tersebut menarik perhatian dosen hingga mereka berdua menjalin hubungan sudah hampir satu bulan terakhir (sejak terungkap kasus mereka), di samping berpacaran, mereka juga telah melakukan hubungan intim yang dipergoki oleh warga. Hubungan yang tidak seharusnya dilakukan tersebut menimbulkan persepsi buruk dengan mereka berdua serta instansi tempat mereka mengajar dan diajar. Penerima pesan bisa saja berpendapat bahwa memang si wanita ini mencari perhatian kepada dosen tersebut. Pasalnya, bagaimanapun juga dosen UIN Raden Intan Lampung (SYH) ini sudah berkeluarga, dan mahasiswi (VO) pun mengetahuinya. Kesimpulannya, memang atraksi dalam psikolog komunikator sangatlah berpengaruh dengan kasus ini, karena bagaimanapun tidak mungkin ada hubungan jika satu sama lain tidak tertarik. 

Kekuasaan

Kekuasaan menjadikan seseorang tunduk akan apa yang dikatakan oleh komunikator terhadap komunikan. Komunikator bisa saja memaksakan pada orang lain karena memiliki sumber daya yang penting atau critical resources. Terdapat lima jenis kekuasaan:

  • Kekuasaan Koersif (Coercive Power): Dimana komunikator memberikan sebuah ganjaran bagi para komunikan yang menerimanya.
  • Kekuasaan Keahlian (Expert Power): Kekuasaan ini karena memiliki kemampuan, pengetahuan, pemahaman serta keterampilan oleh komunikator.
  • Kekuasaan Informasional (Informational Power): Kekuasaan ini berasal dari isi pesan atau sebuah pengetahuan serta pemahaman baru oleh komunikator. 
  • Kekuasaan Rujukan (Referent Power): Komunikator menjadi contoh atau peran utama yang dipusatkan oleh komunikan dengan tujuan memberikan penilaian pada dirinya.
  • Kekuasaan Legal (Legitimate Power): Kekuasaan ini berasal dari norma dan aturan yang membuat komunikator memiliki wewenang untuk mengambil sebuah tindakan. Seperti seorang rektor di Universitas.

Terkait kasus dosen dan mahasiswi UIN Lampung, yang dimana seorang dosen memiliki hubungan terlarang kepada mahasiswanya sebagai bentuk tindakan yang tidak pantas dan melanggar aturan norma. Hal ini membawa nama suatu instansi dan profesi yang mulia sebagai seorang dosen akan rusak begitu saja. Hubungan seksual yang dilakukan keduanya membuat persepsi orang lain memandang mereka rendah. Dari lima jenis kekuasaan diatas, dalam kasus ini tergolong pada Kekuasaan Koersif. Bisa saja dosen tersebut memberikan sesuatu hadiah pada mahasiswanya jika ia menuruti segala keinginannya untuk memenuhi kebutuhan seksual daripada dosen tersebut. Misal dosen menjanjikan nilai yang bagus dan lulus lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa/i lain karena dirinya mau menemani dan meluangkan waktu bersama dengan dosen tersebut. Namun sebaliknya, jika mahasiswi itu tidak menuruti permintaan dosen maka ia akan memperlakukan dengan tidak baik dan bisa saja membuat nilai dari mahasiswi menjadi kurang baik dalam kuliahnya. Dikarenakan dosen memiliki wewenang atas pemberian nilai dan juga mampu memberikan ganjaran pada mahasiswa/i yang diajarnya. Hal inilah yang disalah gunakan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan. Mereka menggunakannya sewenang-wenangnya saja. 


PSIKOLOG PESAN 

Pesan Linguistik

Apa Bahasa?

Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan individu untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Bahasa pun terbagi menjadi dua jenis yaitu bahasa fungsional dan formal, secara fungsional bahasa diartikan sebagai alat untuk mengungkapkan ide-ide bersama, dalam hal ini bahasa dilihat sebagai socially shared sebab hanya bisa dipahami bila ada suatu kesepakatan antara kelompok sosial yang bersepakat. Sedangkan bahasa dalam artian formal didefinisikan kalau bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang bisa dimuat berdasarkan pada peraturan tata bahasa.

Dalam konteks kasus hubungan seksual dosen dan mahasiswa, bahasa menjadi alat komunikasi yang penting dalam kasus ini. Dalam kasus ini bahasa digunakan untuk menyampaikan keinginan, dan perasaan dari individu dosen kepada mahasiswanya. Tetapi, dalam situasi yang melibatkan hubungan seksual yang kontroversial, bahasa menjadi rumit karena digunakan untuk mempengaruhi atau membingungkan pihak lain. Dalam kasus ini kita dapat memperkirakan bagaimana pola komunikasi antara dosen dan mahasiswa, yang dimana terdapat beberapa kemungkinan yang dimana dosen menggunakan bahasa verbal seperti rayuan ataupun ancaman untuk meyakinkan mahasiswanya agar mau melakukan perilaku yang tidak senonoh tersebut, ataupun bahasa non-verbal seperti suatu kode atau isyarat untuk meyakinkan mahasiswanya untuk melakukan hal tersebut. 

Bagaimana kita dapat Berbahasa? 

Dalam kasus hubungan antara dosen dan mahasiswa di lingkungan UIN Lampung, Sangat penting untuk memahami bahwa setiap bentuk hubungan, terutama yang bersifat seksual, harus didasarkan pada persetujuan yang jelas dan etika profesional yang kuat. Hubungan dosen dan mahasiswa harus mematuhi kode etik yang berlaku dan peraturan Universitas. Bahasa pesan linguistik yang digunakan harus mengutamakan komunikasi yang jelas dan saling pengertian. Dalam konteks hubungan profesional, ekspresi non-verbal harus mencerminkan profesional dan rasa hormat satu sama lain. Pemahaman yang baik pesan non-verbal dengan kemampuan membaca bahasa tubuh juga dapat membantu memahami situasi dan mendeteksi tanda-tanda ketidaknyamanan atau kesalahpahaman. penting sekali untuk selalu memahami batasan dan etika dalam hubungan antara dosen dan mahasiswa, menjaga komunikasi yang jelas dan transparan. Hubungan seksual antara dosen dan mahasiswa bisa melanggar banyak aturan hukum dan etika, harus dihindari demi menjaga nama baik Universitas dan profesionalisme di lingkungan pendidikan.

Bahasa dan Proses Berpikir: 

Menurut salah satu teori Principle of Linguistic Relatively bahasa dapat membuat kita melihat realitas sosial dengan cara tertentu. Kini teori yang menjelaskan hubungan bahasa dengan berpikir disebut sebagai teori Whorf (Whorfian Hypothesis). Teori ini menyimpulkan tentang pandangan kita dengan dunia yang dibentuk oleh bahasa dan karena bahasa berbeda, pandangan kita tentang dunia pun demikian akan berbeda. Teori ini mengalami modifikasi, dimana bahasa menunjukkan perhatian kultural pemakaian bahasa itu. Bahasa dikembangkan sesuai dengan tantangan - tantangan kultural. 

Bahasa digunakan untuk memecahkan masalah. Namun bahasa sendiri memiliki konsep untuk berpikir, hal ini membawa dampak yang baik atau tidak, tergantung bagaimana bahasa tersebut digunakan. Bahasa merupakan salah satu bagian kebudayaan. Dengan bahasa, kita dapat berkomunikasi melalui pemikiran yang berbeda-beda kepada orang lain dan kita belajar menerima satu sama lain. Terjadinya kebingungan saat proses penerimaan pesan bisa saja terjadi karena makna dan isi pesan tidak saling berkaitan sehingga komunikasi tidak berjalan efektif. 

Penggunaan bahasa dapat mencerminkan proses berpikirnya seseorang, dalam kasus ini sangat penting untuk bisa memahami komunikasi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dari dosen dan mahasiswa. Dari sisi dosen yang memilih untuk memiliki hubungan dengan mahasiswa UIN Lampung bisa dikarenakan sesuatu hal, demikian beliau memilih untuk mengambil jalan tersebut, begitupun dengan mahasiswa yang memiliki alasan tersendiri. Mereka juga bisa dikatakan cukup intens untuk saling bertemu dan berkomunikasi setiap harinya. Dari sinilah fungsi bahasa dan pola pikir mereka terbentuk atas dasar kebiasaan dan pengalaman. 

Teori General Semantic:

Dalam psikologi pesan, teori general semantic ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana pesan-pesan yang kita terima dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku kita. Dalam kasus perselingkuhan dosen UIN RIL dan mahasiswanya, misalnya, teori general semantic ini dapat membantu kita untuk memahami bagaimana pesan-pesan dari pihak ketiga, seperti contohnya pesan yang beredar di media massa atau teman-teman. Maksudnya, jika dilihat dari kasus tersebut maka teori general semantic ini dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan perselingkuhan.

Pesan Nonverbal

Fungsi pesan nonverbal menurut Mark L. Knapp menyebut 5 fungsi pesan nonverbal :

  • Repetisi mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal

  • Substitusi-menggantikan lambang-lambang verbal

  • Kontradiksi-menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.

  • Komplemen-melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal

  • Aksentuasi-menegaskan pesan verbal dan menggarisbawahi.

Yang paling penting adalah bagaimana kita melihat tinjauan psikologis dari pesan-pesan nonverbal yang disampaikan. dalam kasus Dosen dan Mahasiswa UIN Lampung ini tentunya adanya pesan Nonverbal yang menggantikan pesan verbalnya seperti Substitusi yang menggatikan pesan verbalnya lebih bentuk pengungkapan perasaan lewat tindakan untuk saling mencintai. Dan banyak pesan nonverbal yang berhubungan dengan pesan verbal yang tentunya ini hubungannya lebih mendalam dan dalam kasus ini kita melihat ada situasi psikologis yang tidak memaksa namun saling mencintai.

Dale G. Leathers menyebut enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting. Pertama, unsur nonverbal sebenarnya menemukan makna dalam komunikasi interpersonal. di saat kita berkomunikasi dengan teman kita secara berpapasan kita akan menyampaikan pesan secara verbal namun untuk memenuhi itu semua harus menggunakan bahasa nonverbal.  Kedua, perasaan dan emosi disampaikan lebih hati-hati dalam pesan nonverbal dibandingkan pesan verbal. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan maksud dan makna secara relatif tanpa penipuan, distorsi, atau racun. Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikasi yang sangat penting untuk  komunikasi yang berkualitas. Kelima, pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efektif dibandingkan komunikasi verbal. Dalam komunikasi ini, pesan verbal memerlukan waktu dan pemikiran lebih banyak dibandingkan simbol-simbol yang muncul dari pesan nonverbal. Keenam, komunikasi nonverbal merupakan cara yang paling efektif dalam memberikan sugesti. Dalam teori ini menuntut kita untuk mengungkapkan emosi dan gagasan kita secara tidak langsung. dalam kasus Mahasiswi UIN Lampung dengan dosen yang terjadi di Lampung bisa terjadi karena mereka melakukan hubungan seksual tersebut karena tuntutan nonverbal mereka untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka. 

Ada 6 jenis pesan nonverbal antara lain: kinesik dan gerakan tubuh, paralinguistik atau suara, proksemik, sensitivitas kulit, faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. Komunikasi nonverbal adalah jenis komunikasi non-visual yang tidak dapat didengar atau dirasakan. Komunikasi jenis ini terjadi dalam bentuk tekstur dan  aroma yang dirasakan melalui kulit, hidung, dan pengecap. Kasus hubungan seksual antara dosen dan mahasiswa di UIN Lampung. Pastinya terjadi komunikasi non visual antara kedua orang tersebut untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan gangguan psikomotorik yang tidak dapat kita  ketahui.

Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan

Beigley dalam peninjauannya membandingkan keefektifan dari pesan yang terstruktur dan tidak terstruktur, dia menemukan bukti yang memperlihatkan bahwa pesan yang terorganisasi dengan baik dapat lebih dipahami dan diterima daripada pesan yang tidak terstruktur dengan baik. Lalu dalam pengorganisasian dan penyusunan struktur pesan ditujukan untuk mempengaruhi seseorang, harus menggunakan suatu motif yang bisa menggerakkan atau mendorong perilaku atau sikap dari komunikan. Dengan kata lain secara psikologis mengimbau individu atau kelompok agar menerima serta melakukan gagasan dari komunikator. Berdasarkan penelitian Rogers (1971) mengenai imbauan ganjaran, memperlihatkan imbalan uang berpengaruh terhadap adopsi vasektomi yang dimana seseorang lebih banyak mengubah sikapnya juga diberi imbalan atau mendapat kompensasi yang lebih dari orang lain.

Lalu jika dikaitkan organisasi, struktur dan imbauan pesan ini dalam konteks kasus asusila dosen dan mahasiswa di UIN Lampung, pola komunikasi antara dosen dan mahasiswa terorganisasi dan terstruktur dengan baik membuat pesan yang disampaikan satu sama lain dapat cepat dimengerti dan diterima dan tidak luput dari imbauan ganjaran yang diberikan salah satu pihak yang berakibat pada pembentukan perilaku (hubungan seksual). 

REFERENCE

Arafat, M. Y. (2018). Pengaruh Citra Tubuh Ideal Dan Daya Tarik Fisik Terhadap Kemampuan Interpersonal Pada Pria yang Berolahraga di Pusat Kebugaran atau Fitness Center di Samarinda Seberang. PSIKOBORNEO, 6(4), 748-762.

Davis, S. L., Rives, L. M., & Maya, S. R. De. (2017). Introducing Personal Social Responsibility as A Key Element to Upgrade CSR. Spanish Journal of Marketing - ESIC, 21, 146-163. https://doi.org/10.1016/j.sjme.2017.04.001

Rakhmat, J. (2019). Psikologi Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Wahyuni, Akhtim. (2011) Mengasah Interpersonal Skills Mahasiswa Calon Pendidik, Jurnal PEDAGOGIA, Vol. 1, No. 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun