Mohon tunggu...
Ade Putri Purnamasari
Ade Putri Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching untuk Supervisi Akademik

3 Oktober 2024   22:48 Diperbarui: 27 November 2024   20:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

A. Peran Guru Penggerak Sebagai Seorang Coach di Sekolah

Salah satu tujuan dari Program Pendidikan Guru Penggerak adalah menyiapkan pendidik agar dapat menjadi seorang kepala sekolah. Dapat melakukan supervisi akademik merupakan salah satu  tugas kepala sekolah sebagai seorang supervisor. 

Tujuan dari supervisi akademik yaitu mengecek pelaksanaan pembelajaran yang berpihak pada murid. Selain itu tujuan dari supervisi akademik adalah mengembangkan kompetensi diri pendidik itu sendiri. 

Jadi supervisi akademik dapat dimanfaatkan kepala sekolah dengan memfasilitasi ruang refleksi bagi pendidik sehingga dapat melakukan perbaikan dan pengembangan diri di sekolah. 

Penting bagi kepala sekolah memiliki paradigma berpikir yang memberdayakan sehingga perbaikan dan pengembangan diri pendidik dapat berkelanjutan dan terarah.

Salah satu paradigma berpikir yang memberdayakan terdapat dalam pendekatan coaching. 

Coaching merupakan suatu bentuk hubungan antara klien (coachee) dengan coach yang membantu mengeksplorasi dan menstimulasi pemikiran kreatif coachee sehingga dapat maksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimiliki coachee. 

Coaching dilakukan untuk menuntun  coachee agar dapat menemukan ide atau cara  baru sehingga dapat mengatasi  tantangan atau permasalahan yang dihadapi sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 

Dalam kegiatan coaching, coach membangun kemitraan yang setara dengan coachee, hadir penuh, dan mendengarkan aktif kemudian melontarkan pertanyaan-pertanyaan berbobot, sehingga pada akhirnya coachee sendirilah yang membuat keputusan sendiri terkait solusi permasalahannya.

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh penulis setelah melakukan supervisi akademik dalam kegiatan latihan dalam ruang kolaborasi dengan calon guru penggerak lainnya, penulis merasa puas ketika ternyata setelah melakukan proses coaching dengan alur TIRTA, coachee  dapat menemukan sendiri solusi dari permasalahannya. 

Hal-hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan coach dalam menyampaikan pertanyaan-pertanyaan berbobot sehingga kegiatan coaching dapat berkualitas dan hasilnya terarah. 

Harapannya kelak ketiga kompetensi coaching (mendengarkan dengan aktif, kehadiran penuh, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot) dapat dilakukan dengan baik.

B. Kaitan Coaching Untuk Supervisi Akademik dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional

Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi sistem Among, "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" menekankan bahwa tujuan pendidikan itu "menuntun" kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. 

Bagaimana cara pendidik menuntun kekuatan kodrat anak? Maka salah satunya dengan memiliki keterampilan coaching, yang ternyata sangat penting dimiliki pendidik agar dapat menuntun kodrat anak sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan masyarakat. Pendidik merupakan mitra peserta didik untuk menuntun kodrat anak dengan menerapkan pembelajaran berdifrensiasi. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga  dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Salah satu metode coaching untuk melatih menghadirkan kehadiran penuh atau presence dan mendengarkan aktif  merupakan bentuk kompetensi pembelajaran sosial emosional yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan teknik STOP maupun mindfulness. Selain itu upaya kolaborasi dalam bentuk kemitraan antara coach dan coachee juga suatu bagian dari kompetensi pembelajaran sosial emosional yaitu kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.

Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang memancing peserta didik melalui kesadaran dan pengelolaan diri sehingga dapat menemukan kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki. 

Dari proses reflektif tersebut peserta didik dapat mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan etika, sosial, keselamatan, dan kebahagiaan. 

Tantangannya adalah bagaimana cara agar melalui pertanyaan-pertanyaan yang difasilitasi guru, peserta didik dapat menemukan berbagai konsep pembelajaran sehingga pembelajaran dapat bermakna. Tentu saja pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik harus sesuai dengan perkembangan usia peserta didik dan dibuat terstruktur sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. 

C. Kaitan Keterampilan Coaching dengan Kompetensi Memimpin Pembelajaran

Coaching Untuk Supervisi Akademik memiliki prinsip "kolaboratif" antara coach dan coachee. Berdasarkan pengalaman penulis melakukan coaching, dengan teknik coaching, coach dapat memberikan pertanyaan berbobot sehingga coachee secara "mandiri" dapat melakukan "refleksi" dan mengkontruksi ide "inovatif" demi perbaikan pembelajaran yang "berpihak kepada murid".  

Melalui kegiatan coaching, maka coach belajar untuk mengembangkan diri dan orang lain.  Setelah berlatih sebagai seorang supervisor, jika dikemudian haridipercaya sebagai kepala sekolah maka dalam kegiatan supervisi akademik dapat menerapkan teknik coaching.  

Sebagai pemimpin pembelajaran, pendidik harus dapat mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid. Dengan keterampilan coaching "presence" atau kehadiran penuh diharapkan dapat diimplementasikan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat hadir secara penuh memfasilitasi siswa belajar. 

Dengan kompetensi "mendengarkan aktif", pendidik sebagai pemimpin pembelajaran dapat menjadi seorang pendengar yang baik muridnya sehingga dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan "rasa". 

Melalui kegiatan "mengajukan berbagai pertanyaan berbobot" harapnya pendidik dapat memfasilitasi kontruksi pengetahuan peserta didik agar dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun