Harapannya kelak ketiga kompetensi coaching (mendengarkan dengan aktif, kehadiran penuh, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot) dapat dilakukan dengan baik.
B. Kaitan Coaching Untuk Supervisi Akademik dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional
Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi sistem Among, "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" menekankan bahwa tujuan pendidikan itu "menuntun" kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.Â
Bagaimana cara pendidik menuntun kekuatan kodrat anak? Maka salah satunya dengan memiliki keterampilan coaching, yang ternyata sangat penting dimiliki pendidik agar dapat menuntun kodrat anak sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan masyarakat. Pendidik merupakan mitra peserta didik untuk menuntun kodrat anak dengan menerapkan pembelajaran berdifrensiasi.Â
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga  dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Salah satu metode coaching untuk melatih menghadirkan kehadiran penuh atau presence dan mendengarkan aktif  merupakan bentuk kompetensi pembelajaran sosial emosional yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan teknik STOP maupun mindfulness. Selain itu upaya kolaborasi dalam bentuk kemitraan antara coach dan coachee juga suatu bagian dari kompetensi pembelajaran sosial emosional yaitu kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.
Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang memancing peserta didik melalui kesadaran dan pengelolaan diri sehingga dapat menemukan kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki.Â
Dari proses reflektif tersebut peserta didik dapat mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan etika, sosial, keselamatan, dan kebahagiaan.Â
Tantangannya adalah bagaimana cara agar melalui pertanyaan-pertanyaan yang difasilitasi guru, peserta didik dapat menemukan berbagai konsep pembelajaran sehingga pembelajaran dapat bermakna. Tentu saja pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik harus sesuai dengan perkembangan usia peserta didik dan dibuat terstruktur sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.Â
C. Kaitan Keterampilan Coaching dengan Kompetensi Memimpin Pembelajaran