Mohon tunggu...
Adellia Rosa
Adellia Rosa Mohon Tunggu... -

Seperti keping mata uang, semua memiliki dua sisi. Baik atau buruk? Well, saya tidak peduli :)\r\n\r\nhttp://adelliarosa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Peri Hujan, Angin dan Raja Petir

4 Februari 2012   02:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rania menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa prihatin. “Kalau begitu, kita cari raja Guntur, lalu mengambil kembali petirmu darinya.” ujar Rania seraya berdiri.

“Tunggulah disini, aku harus menurunkan hujan di selatan. Nanti aku akan kembali kesini bersama Bayu.” janji Rania.

“Aku ikut Rania. Aku harus mengambil petir itu darinya. Raja Guntur semalam juga mengancamku, dia akan mengikutimu menurunkan hujan, lalu akan membuat hujanmu menjadi badai yang penuh dengan kilatan petir dan gelegar guntur.” Kata Raja Petir sambil ikut berdiri. Rania terperanjat, tak mampu berkata-kata.

“Tega sekali kakakmu itu.” dengus Bayu kesal.

Rania mengangguk pasrah, meskipun dalam hati ia tidak mau ada pertengkaran antara Raja Petir dan Raja Guntur. Pertengkaran mereka, apalagi saat hujan turun, bisa mengakibatkan badai yang sangat dahsyat. Apalagi ada Bayu yang mudah terpancing amarah, keadaan bisa sangat berbahaya, tidak hanya bagi desa di selatan itu, tapi juga bagi Negeri Awan.
Setelah berpamitan pada Raja Petir Tua, mereka bertiga menuju desa selatan. Raja Petir mengendarai awan kelabunya, sementara Rania menaiki punggung Bayu. Tidak ada satupun yang berbicara seperti biasanya. Ketiganya merasa cemas mengenai apa yang akan dilakukan Raja Guntur. Rania melirik isi keranjangnya. Isinya berupa butiran-butiran hujan yang seperti embun. Dia berharap, semoga butiran itu tidak diperlukannya untuk menyerang Raja Guntur. Rania memang mempunyai kekuatan bisa mengubah butiran hujannya menjadi kristal-kristal tajam untuk menyerang siapa saja yang bermaksud jahat padanya. Kristal-kristal itu juga sangat beracun, siapa saja yang terkena akan terluka parah, bahkan mati.
Sesampainya di desa selatan, Rania mulai menurunkan butiran hujannya satu persatu. Penduduk desa selatan bersorak kegirangan, hujan akhirnya turun. Mula-mula gerimis lalu berubah semakin deras. Sesekali Bayu bersiul meniupkan angin semilir membuat hujan menjadi semakin indah.

Namun, penduduk desa itu juga heran, tidak ada gemuruh guntur dan petir yang mengiringi hujan kali ini.
Raja Petir melihat Rania dan Bayu dengan sedih. Dia tidak bisa mengiringi hujan Rania dengan petirnya. Tiba-tiba kilat menyambar-nyambar dengan hebatnya diiringi suara gemuruh yang menggelegar. Raja Guntur menghampiri mereka menaiki awan hitamnya.

Raja Guntur tertawa-tawa sambil menyambarkan petirnya ke segala arah. Dibawah sana, penduduk desa mulai ketakutan karena hujan ini terasa begitu menyeramkan. Hujan yang tidak seperti biasanya karena diiringi dengan kilatan petir yang menyambar-nyambar dengan liar. Sebentar lagi pasti badai dahsyat!

“Hentikan kakak! Kembalikan petir itu padaku!” teriak Raja Petir sembari menghampiri kakaknya.

“Minggir kau! Petir ini milikku sekarang. Aku jauh lebih kuat daripada kau!” ujar Raja Guntur sombong sambil terus menyambarkan petirnya dengan liar.

“Hentikan Raja Guntur! Kembalikan petir itu!’ kata Bayu marah, lalu meniupkan angin besar yang menghantam Raja Guntur, membuatnya terpelanting dari awan hitamnya. Raja Guntur menjadi marah, dia membalas Bayu dengan menyambarkan petir ke tubuh Bayu, membuat Bayu terjengkang.
Rania berlari menghampiri Bayu yang tergeletak pingsan, dan dari sudut matanya ia bisa melihat Raja Guntur menyerang Raja Petir. Berkali-kali Raja Petir tersambar oleh petirnya, dan akhirnya Raja Petir roboh diatas awan kelabunya. Amarah Rania meluap. dihampirinya Raja Guntur yang tertawa melihat saudaranya terluka.

“Kau Raja Guntur jahat! Hentikan semuanya!’ pekik Rania.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun