Mohon tunggu...
Adelia Mei Rosanti
Adelia Mei Rosanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seseorang yang memiliki hobi dalam bidang seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Alternative Universe (AU) Dalam Sistem Literasi Pendidikan di Indonesia

16 Januari 2025   12:38 Diperbarui: 16 Januari 2025   14:23 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan yang pesat dalam teknologi digital, literasi media, serta teknologi komunikasi dan informasi berjalan seiring dengan perkembangan tersebut. Kemajuan teknologi digital membuka kesempatan untuk inovasi dalam dunia literasi. Kemudahan akses internet, ditambah dengan adanya perangkat digital yang semakin terjangkau, memungkinkan informasi disebarluaskan dengan lebih mudah. Kedepannya, media literasi digital pastinya akan mempermudah pekerjaan penulis. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa media digital akan semakin populer karena diyakini mampu menyederhanakan tugas, sehingga menciptakan lebih banyak platform literasi digital. Dengan munculnya literasi digital, budaya membaca dan menulis akan kembali berkembang. Terutama di kalangan anak muda yang memiliki bakat dan ide dalam berkarya. Dalam era digital, Alternative universe (AU) merupakan bentuk baru dari cara bercerita. Alternative universe adalah karya tulis yang memiliki nilai dan dapat menjadi sumber informasi yang dapat diakses dengan mudah, kapan saja dan di mana saja. Selain itu, alternative universe mempromosikan literasi digital dengan cara yang unik. Pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam diskusi, analisis, dan bahkan penciptaan konten terkait. Ini mencerminkan pergeseran dari konsumsi pasif ke partisipasi aktif, sebuah ciri khas dari literasi digital, alternative universe tidak hanya menghibur tetapi juga memperkaya literasi digital kita.

D. Pengaruh Literasi Digital Terhadap Psikologi Anak Remaja 

Saat ini memperoleh informasi sangat mudah. Media digital memudahkan setiap penggunanya untuk saling berbagi informasi. Sumber informasi bisa berasal darimana saja. Era digital sudah tidak dapat dielakkan lagi, siapapun dapat dengan mudah memanfaatkannya dengan baik, namun tidak jarang juga dapat menghancurkan seseorang. Ketidakpahaman masyarakat terhadap media digital membuat penyalahgunaan yang berakibat terhadap kehidupan pribadi dan sosial. Media sosial hadir sebagai bagian dari perkembangan internet. Kehadirannya menawarkan cara berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang mudah dan baru dengan dukungan fitur yang menarik. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia didominasi kalangan remaja sehingga dampaknya sangat banyak dirasakan oleh remaja. Penggunaan yang baik dapat meningkatkan prestasi, sebaliknya, penggunaan yang buruk dapat berakibat negatif terhadap diri anak dan remaja (Retnowati, 2015: 314).   Contohnya saja saat ini banyak sekali terjadi kasus terkait pencemaran nama baik, penghinaan, prostitusi, penculikan, bullying yang dapat memicu depresi pada anak dan remaja. Kemudahan penyebaran informasi baik yang positif maupun negatif hingga seluruh dunia dan diketahui oleh pengguna media sosial membuat anak dan remaja malu, rendah diri, dan skit hati. 

Fenomena-fenomena ini menunjukkan pengguna internet di Indonesia belum paham untuk menggunakan internet dengan baik dan benar. Di satu sisi mereka dapat mengakses jaringan, namun belum memahami seutuhnya konsekuensi penggunaan media digital. Jadi, walaupun telah menguasai baca tulis, namun pengguna internet di Indonesia belum sepenuhnya memiliki kemampuan literasi digital.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan UNICEF dan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2015, pengguna internet di Indonesia yang berasal dari anak-anak dan remaja diprediksi sekitar 30 juta. Remaja terlahir dan tumbuh dengan media sosial sebagai bagian dari hidup dan kesehariannya. Saat ini mereka sangat tergantung dengan adanya media sosial. Menurut sebuah agensi marketing sosial, terdapat 72 juta pengguna aktif media sosial pada tahun 2015. Media sosial yang banyak diminati adalah facebook (Retnowati, 2015: 314-315). Media sosial twitter, instagram, facebook saat ini sangat diminati seluruh lapisan masyarakat. Bahkan siswa pada tingkat sekolah dasar pun sudah memiliki akun sendiri. Begitu mudahnya akses untuk berselancar di dunia maya membuat orang tua kadang sulit untuk mengontrol aktivitas anak di media sosial. Oleh karena itu literasi digital dibutuhkan dalam masyarakat, terutama anak dan remaja untuk menyaring informasi yang disajikan di media sosial. Literasi digital diartikan sebagai kemampuan memahami, menganalisis, menilai, mengatur, mengevaluasi informasi dengan menggunakan teknologi digital (Maulana, 2015: 3). Literasi yang buruk dapat mengakibatkan gangguan pada psikologis remaja.

 Hal ini disebabkan oleh emosi anak dan remaja yang masih belum stabil. Mereka cenderung menerima informasi secara utuh tanpa mencari tahu informasi tersebut benar apa hanya kicauan di media sosial saja. Ketidakmampuan anak dan remaja memaknai leiterasi digital berdampak pada sikap dan karakter khusunya pada anak dan remaja. Mereka terbiasa membaca, mengoementari informasi-informasi yang ada di media sosial. Komentar-komentar tersebut beragam, jika dianggap informasi tersebut negatif, mereka dengan segera menulis komentar-komentar yang bernada menghina, menjatuhkan, dan merendahkan. Jika informasi tersebut dinilai positif, mereka tidak segan-segan untuk berbagi informasi tersebut di akun miliknya. Fenomena ini tentu bukanlah yang diharapkan. Oleh karena itu solusi terbaik yang harus dilakukan pada anak dan remaja adalah memberikan pembelajaran literasi digital karena cepat atau lambat literasi digital yang buruk akan berdampak terhadap karakter dan psikologis anak dan remaja.

KESIMPULAN

Literasi digital merupakan inovasi yang digunakan untuk mengatasi rendahnya minat baca di Indonesia . Literasi digital ini memungkinkan siapa pun mengakses karya tulis melalui gadget yang dimilikinya . Karya tulis populer ini juga termasuk dalam ranah sastra cyber dan literasi s-cyber. Saat ini, literatur cyber yang sedang tren adalah alternative universe , yang ditulis di Twitter. AU sendiri merupakan genre cerita yang alurnya menyimpang dari kehidupan nyata tokohnya . Yang menjadikan AU sebagai fenomena bacaan yang digemari oleh generasi muda adalah karena AU merupakan karya yang dibuat dengan alur cerita yang disesuaikan dengan tokoh atau idola yang dijadikan cerita . Selanjutnya , sebagai literasi digital , evolusi AU semakin beragam dengan memasukkan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dasar para pembacanya .

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, J. L. (2015), Fanfiction as imaginary play: What fanwritten stories can tell us about the cognitive science of fiction. Poetics, 48.

Fakhira, A. Z. A. Z. (2023, Agustus). Pola Komunikasi Penulisan dan Pembaca Cerita Fiksi dalam Memanfaatkan Media Komunikasi Platfom Twitter. Bandung Conference Series: Public Relations (Vol. 3, No. 2).

Fatmawati, N. I., & Sholikin, A. (2019). Literasi Digital, mendidik anak di era digital bagi orang tua milineal. Madani Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, 11(2), 119-138.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun