Mohon tunggu...
Adelia Mei Rosanti
Adelia Mei Rosanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seseorang yang memiliki hobi dalam bidang seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Alternative Universe (AU) Dalam Sistem Literasi Pendidikan di Indonesia

16 Januari 2025   12:38 Diperbarui: 16 Januari 2025   14:23 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengaruh teknologi digital dalam pendidikan di indonesia (sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/bekerja-berfungsi-berusaha-bloggin

PENGARUH ALTERNATIVE UNIVERSE (AU) DALAM SISTEM

LITERASI PENDIDIKAN DIINDONESIA

Adelia Mei Rosanti

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Jember

JL. Karimata, No. 49, Jember, Jawa Timur.

Email: adeliameirosanti983@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan Pengaruh Alternative Universal (AU) pada sistem literasi pendidikan di Indonesia. Dalam dunia pendidikan, kehadiran tulisan sangatlah penting. Buku pelajaran serta buku bacaan lainnya berfungsi sebagai media untuk belajar bagi para siswa di berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tanpa adanya tulisan dan aktivitas membaca, proses transfer pengetahuan tidak akan dapat berlangsung. Hal ini menggambarkan betapa signifikan peran tulisan, budaya membaca, dan menulis di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu terus berusaha untuk mendorong dan membimbing generasi muda, termasuk pelajar dan mahasiswa, agar mengembangkan kegiatan literasi. Minat baca adalah sebuah ketertarikan seseorang terhadap aktivitas membaca dan mendapatkan pengetahuan baru. untuk menyelidiki pengaruh membaca Alternative Universe (AU) sebagai salah satu jenis cerita fiksi yang sesuai untuk remaja di era digital saat ini. Alternative universe diciptakan oleh seorang penggemar dengan latar dan situasi yang berbeda dari kehidupan nyata tokoh atau idola. Bukan hanya lokasi dan dunianya saja, karakter yang digunakan juga tidak sama dengan yang aslinya. Penulis menciptakan tokohnya dengan latar belakang, nama, dan identita yang sangat berbeda dari kenyataan yang ada. Literasi digital merupakan sebuah inovasi yang dirancang untuk mengatasi rendahnya minat baca di Indonesia. Literasi digital ini memungkinkan siapa saja untuk mengakses tulisan melalui perangkat yang mereka miliki. Tulisan-tulisan populer ini juga termasuk dalam sastra siber maupun cyber-literacy. Salah satu bentuk cyber-sastra yang saat ini populer adalah Alternative Universe yang ditulis di Twitter. AU merupakan genre cerita yang alurnya berbeda dari kehidupan nyata para karakter.

Kata Kunci : minat baca, pengaruh, digital, Pendidikan

 

PENDAHULUAN

Di era revolusi keempat atau 4.0 yang dikenal dengan revolusi digital, semua informasi dapat diperoleh dengan real-time dan cepat dimana saja dan kapan saja. Adanya mesin pencari membantu seseorang mencari bahan rujukan yang diinginkannya secara cepat. Hal ini karena informasi dan aktvitas interaksi media telah terdigitalisasi oleh kemajuan teknologi. Friedman dalam Afandi dkk. mengilustrasikan perubahan ini sebagai "the world is flat" -- yang merujuk pada sebuah keadaan dimana dunia tidak terbatas pada batas-batas negara dan zona waktu karena perkembangan teknologi (Afandi dkk., 2016; Friedman, 2007). Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan sebuah "ruang baru" yang bersifat artifisial dan maya, yang disebut cyberspace (Pilliang, 2012). Perkembangan teknologi informasi direspon dengan adanya penetrasi dan perilaku penggunaan internet Indonesia yang mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Hasil survey APJII (Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyebutkan bahwa terdapat peningkatan pengguna internet di Indonesia sejak 2016. Ini memunculkan Perkembangan teknologi informasi menjadi bagian dari mulai nya era revolusi digital di Indonesia. Perkembangannya yang sangat pesat mampu memberikan pengaruh besar dan mendominasi seluruh sektor kehidupan masyarakat, termasuk di dunia pendidikan. Tuntutan akademik pada tiap jenjang pendidikan di Indonesia berbedabeda (Akbar & Anggraeni, 2017). Digital-age dalam dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan tinggi, memiliki konsekuensi berupa desain pembelajaran dengan memanfaatkan media digital sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa. Media digital dapat menyajikan materi pembelajaran secara kontekstual, audio maupun visual secara menarik dan interaktif (Umam, Kaiful; Zaini, 2013).

Universitas sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi sudah selayaknya menyesuaikan diri untuk menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis digital. Kemajuan teknologi informasi dan internet saat ini mengakibatkan sumber daya informasi digital sangat melimpah (Kurnianingsih dkk., 2017). Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang memberikan efek positif dan negatif kepada masyarakat. Pembelajaran literasi digital tidak bisa dielakkan lagi Penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan memang menjadi hal pokok dalam kemajuan peradaban suatu bangsa. Penduduk Indonesia memiliki kuantitas yang besar tetapi kualitas yang rendah padahal kuantitas dan kualitas perlu untuk diimbangi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih rendah bahkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penurunan rendahnya kualitas sumber daya manusia ini adalah rendahnya pendidikan. Hal ini semakin diperburuk dengan masih dominanya budaya tutur (lisan) daripada budaya baca. Pada umumnya kemampuan penggunaan teknologi dan informasi dari perangkat digital membantu setiap pekerjaan agar efektif dan efesien dalam berbagai konteks kehidupan, seperti: akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari (Gilster, 1997). Konsep literasi yang banyak mengalami perkembangan dan digunakan dalam berbagai bentuk, di antaranya literasi digital yaitu kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital (A'yuni, 2015). 

Era digital memang menciptakan berbagai kesempatan baru dalam komunikasi dan interaksi sosial. Kemajuan teknologi yang semakin pesat tentu memberikan banyak keuntungan jika digunakan sesuai dengan kebutuhan, tetapi jika masyarakat memanfaatkan media digital itu untuk tujuan negatif tentunya tidak akan menghasilkan manfaat yang positif. Minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Pernyataan ini didukung oleh data International Literacy Ranking oleh Central Connecticut State University (2016) yang dipublikasikan dalam artikel The World's Most Cultured Country, yang menjelaskan bahwa Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara.Hasil survei di atas menunjukkan bahwa minat baca masyarakat di Indonesia masih sangat rendah. Kebenaran bahwa masyarakat lebih sering menghabiskan waktu menggunakan smartphone daripada membaca menjadi salah satu tantangan di era digital saat ini. Dalam era peradaban digital, kemampuan untuk beradaptasi dan memahami teknologi baru menjadi kunci untuk tetap relevan dan kompetitif di dunia yang semakin terhubung ini. Oleh karena itu, diperlukan literasi digital yang aman dan efisien. Untuk meningkatkan minat baca di era digital ini diperlukan inovasi baru yang dapat merangsang minat baca pada era digital ini. Karya tulis yang sedang populer di kalangan masyarakat saat ini, terutama di kalangan remaja, adalah fanfiction. Fanfiction memiliki esensi yang serupa dengan karya fiksi lainnya, yang membedakan adalah penulis dan inspirasi di balik cerita atau karakter. Jamienson (2013) mendefinisikan fiksi sebagai tulisan yang melanjutkan, menyela, menceritakan kembali, atau mengulangi cerita atau karakter yang ditulis oleh orang lain. Duffet (2013) menyatakan bahwa fiksi penggemar diciptakan oleh penggemar, yang menulis tentang objek favorit, untuk definisi yang lebih luas.

Fanfiction ini ditulis oleh penulis yang merupakan penggemar dari seri, film, buku, atau bahkan selebriti. Salah satu bentuk fanfiction adalah Alternative Universe (AU). Genre unik ini adalah cerita dengan plot yang berbeda dari kehidupan asli karakter. Shannon Sauro (2019) menggambarkan AU sebagai cerita fiksi yang mengubah elemen-elemen asli dari karakter cerita, seperti mengubah jenis kelamin, ras atau etnis, profesi, nama, dan status sosial mereka. Dengan kata lain, AU adalah sebuah cerita yang mengalami "proses transformasi narasi untuk lebih mencerminkan keragaman perspektif (imajinasi) dan pengalaman" (Thomas dan Stornaluolo 2016). Alternative Universe (AU) adalah salah satu jenis cerita fiksi yang sengaja diciptakan oleh seorang penggemar. Namun, latar dan situasi yang berbeda dari kehidupan nyata karakter atau idola digunakan sebagai penggambaran ceritanya. Bukan hanya tempat dan dunianya saja, karakter yang digunakan juga berbeda dari aslinya. Penulis menciptakan tokoh idolanya dengan latar belakang, nama, dan identitas yang sangat berbeda dari kenyataan yang ada. Akses membaca alternative universe terbilang mudah dijangkau oleh para pembaca dari berbagai kalangan. Beberapa platform yang sering kali menjadi tempat bagi salah satu jenis literasi digital ini di antaranya adalah Instagram, Wattpad, Fizzo Novel, dan Twitter.

Twitter sendiri pada dasarnya bukanlah platform yang dirancang khusus untuk berbagai aktivitas literasi. Namun, banyak pengguna Twitter yang menulis dan membaca cerita AU. Penyebabnya adalah karena cerita alternatif universe di platform Twitter memiliki ciri khas, yaitu cerita AU di Twitter menyajikan cerita dalam bentuk tangkapan layar dari room chat WhatsApp atau Line, cuitan dari Twitter, dan unggahan dari Instagram yang sering menyertakan gambar idola dengan latar belakang dan situasi yang sesuai dengan alur ceritanya. Di samping itu, penulis dapat menyusun cerita alternatif universe dalam format thread. Format thread muncul karena adanya batasan karakter dalam setiap tweet, sehingga untuk menulis cerita di Twitter diperlukan beberapa tweet yang digabungkan menjadi thread. Konsep thread ini dianggap menarik, dan juga memungkinkan pembaca untuk mengikuti alur cerita dari awal hingga akhir. Alternatif universe itu sendiri bukan hanya sekadar imajinasi. Namun, saat ini terdapat banyak AU yang mengangkat informasi terkait pengetahuan dan budaya, seperti AU berjudul Elokaration di Rumah Cendi yang menyampaikan informasi sejarah kota Bengkulu, AU berjudul Housemate yang menggambarkan sisi gelap kampus yang melakukan korupsi dengan mahasiswa yang menuntut keadilan, AU berjudul My Youth yang mengangkat kehidupan sosial mahasiswa FISIP di Indonesia, AU berjudul Tanah Bangsawan yang mendeskripsikan kehidupan pada tahun 1798 yang kaya akan budaya Jawa, AU berjudul Sang Maha Senata yang berlatar tahun 1888 dan bercerita tentang Setana yang ingin menentukan jalannya sendiri, termasuk kebebasan dalam memilih pasangan hidup, dan AU Laut Bercerita yang diceritakan dari dua sudut pandang: sudut pandang pertama berasal dari Biru Laut yang menggambarkan aktivis mahasiswa pada tahun 1998 yang menuntut keadilan namun kemudian mereka ditangkap, disiksa, dibunuh, dan dibuang ke laut. Sedangkan sudut pandang kedua berasal dari Asmara, yaitu adik kandung Biru Laut, yang menceritakan bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan oleh Biru Laut.

Memasuki ranah cyber-literasi, alternatif universe sendiri dapat dijadikan sebagai jembatan informasi bagi remaja yang merasa bosan dengan buku bacaan yang monoton dan kemudian dikemas dalam sebuah platform khusus seperti Twitter dengan balutan imajinasi fiktif yang dikembangkan sehingga menjadikan novel bukan lagi sesuatu yang membosankan. Perkembangan teknologi yang pesat tentunya juga membawa kepada meningkatnya interaksi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri di mana keterbukaan semakin luas. Adanya kemajuan teknologi digital tentu saja berpengaruh terhadap budaya masyarakat, yang bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Aspek yang paling terdampak oleh perkembangan teknologi digital adalah kebudayaan masyarakat yang perlahan-lahan mengalami pergeseran (Setiawan, 2018). Oleh karena itu, bagaimana peran alternatif universe dalam meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia dan bagaimana alternatif universe menjadi ruang baru dalam literasi digital di tengah peradaban digital saat ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu mencari sumber penelitian dengan cara mengumpulkan beberapa sumber data kepustakaan yang berasal dari berbagai jurnal, artikel-artikel opini dan sumber- sumber yang dibutuhkan lainnya agar mempermudah dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh alternative universe (AU)  dalam dunia literasi Pendidikan. Bahan kajian yang menjadi rujukan yaitu beberapa jurnal dengan topik tulisan terutama mengenai literasi dan teknologi digital.

HASIL PEMBAHASAN

Beberapa hal yang dipaparkan adalah sebagai berikut: (1)Krisisnya Literasi di Indonesia, (2) Pengaruh Alternative Universe Untuk Meningkatkan Minat Baca, (3) Pengaruh Alternative universe Terhadap Media Literasi Baru pada Sistem Literasi di Indonesia, (4) Pengaruh Literasi Digital Terhadap Psikologi Anak Remaja 

A. Krisisnya Literasi di Indonesia

Menurut data dari The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), tingkat ketertarikan membaca masyarakat Indonesia sangat memperihatinkan yakni hanya 0,001%. Sementara itu, laporan penelitian dari Central Connecticut State University pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal tersebut, yang berarti hanya satu orang Indonesia yang suka membaca dari 1. 000 orang di negara ini. Selanjutnya, data penelitian dari United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) di bidang pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah, yakni 14,6%. Ini jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang memiliki persentase hingga 28%. Berdasarkan hasil asesmen nasional (AN) 2021, Indonesia menghadapi situasi darurat literasi. Hal ini disebabkan karena 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum dalam literasi. Hasil AN 2021 sejalan dengan hasil PISA selama 20 tahun terakhir, yang menunjukkan skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum mengalami perubahan signifikan, berada di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD. Fakta kedua, terdapat 60 juta penduduk Indonesia yang memiliki gadget, menjadikannya sebagai urutan kelima dunia dalam kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan bahwa pada tahun 2018, jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia akan melebihi 100 juta orang. Dengan angka tersebut, Indonesia akan menjadi negara dengan jumlah pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Ironisnya, meskipun minat baca buku rendah, data dari wearesocial per Januari 2017 mengungkapkan bahwa orang Indonesia dapat menghabiskan waktu sekitar 9 jam sehari untuk menatap layar gadget. Melalui gadget, memang banyak informasi yang beredar. Sayangnya, informasi yang mereka terima seringkali bukan berasal dari media yang dapat diandalkan, melainkan dari media sosial yang lebih banyak dipenuhi dengan opini ketimbang fakta. Bahkan sebaliknya, mereka cenderung lebih percaya dengan portal-portal berita palsu dan akun-akun penyebar hoax tersebut.

Melihat luasnya akar permasalahan literasi di Indonesia.Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tetap berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan literasi generasi muda Indonesia. Komitmen ini diperkuat dengan peluncuran kebijakan Merdeka Belajar episode ke-23, Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Tiga pilar utama berfungsi sebagai pedoman untuk memastikan keberhasilan program agar dapat diimplementasikan dengan baik sampai ke daerah terpencil. Ketiga pilar itu adalah pemilihan dan perjenjangan, cetak dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan. Kemendikbudristek memilih buku berdasarkan kriteria buku bacaan berkualitas, yaitu buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak. Selanjutnya, terpilihlah 560 judul buku dari pelatihan penulis/ilustrator lokal, terjemahan bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, serta modul literasi numerasi untuk siswa kelas 1 hingga kelas 6 SD. Pilar kedua adalah cetak dan distribusi. Kemendikbudristek menyediakan serta mendistribusikan 560 judul buku bacaan berkualitas dengan total 15. 356. 486 eksemplar ke daerah 3T yang mencakup 5. 963 PAUD dan 14. 595 SD, serta daerah lainnya dengan nilai kompetensi literasi/numerasi yang relatif rendah. Pilar ketiga adalah pelatihan dan pendampingan. 

Menurut Mendikbudristek, kunci keberhasilan penggunaan buku bacaan terletak pada kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola buku bacaan serta memanfaatkan buku bacaan untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa. Selain itu, pelatihan pengelolaan buku bacaan diberikan kepada kepala sekolah, guru, dan pustakawan agar mereka dapat memajang, merawat, serta merotasi/menyimpan buku dengan baik. Mereka juga dilatih untuk dapat mempraktikkan langkah-langkah pemanfaatan buku bacaan melalui cara membaca nyaring, membaca bersama, meminjamkan buku, menggunakan buku untuk kegiatan ekstrakurikuler, serta menggunakan buku untuk melatih guru/sekolah lain. Dalam hal peningkatan mutu bacaan, sebaiknya melibatkan semua pihak terutama dengan menggandeng Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), kemudian Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, serta Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).

Pendekatan buku bacaan berkualitas menjadikan literasi masyarakat pendidikan Indonesia yang akhirnya memberikan bekal kepada anak bangsa yang berkemajuan, dengan memiliki semangat, yaitu literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Dengan literasi dasar itulah akan terbentuk empat kompetensi yang mencakup kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Dengan demikian, dampak besar dari budaya literasi adalah meningkatnya kualitas karakter menjadi lebih religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan berintegritas. Gagal mengembangkan buku bacaan berkualitas berarti gagal untuk maju dan masyarakat akan rentan terpapar serta mudah mengalami konflik akibat hoaks serta berisiko terpecah belah. Kemudian munculnya tindakan radikalisme, terorisme, dan masalah hubungan kemasyarakatan yang sewaktu-waktu dapat meledak disebabkan rendahnya literasi serta kurangnya ketersediaan buku bacaan yang sesuai dan menarik.

B. Pengaruh Alternative Universe Untuk Meningkatkan Minat Baca

Pada hakikatnya, karya tulis merupakan salah satu kebudayaan khususnya dalam bidang literasi yang memiliki peran penting dalam masyarakat. Terutama pada peradaban yang baru, karya tulis ini juga melebur dengan teknologi yang menjadikannya sebuah karya tulisan yang dapat dinikmati dimanapun selama terkoneksi dengan internet. Minat baca merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan literasi masyarakat. Meningkatkan minat baca di tengah-tengah kemajuan teknologi dan banjirnya informasi bukanlah hal yang mudah. Diperlukan pendekatan dan inovasi yang kreatif untuk memikat hati pembaca. 'Alternative Universe' (AU) hadir sebagai salah satu pendekatan yang paling efektif. Ciri khas dari AU adalah cerita yang ringan namun dikemas dengan gaya yang menarik, menjadikannya pilihan yang sempurna bagi mereka yang ingin memulai kebiasaan membaca atau bagi mereka yang mencari hiburan singkat. Cerita semacam ini, dengan keunikan dan kekhasannya lebih mudah diterima oleh pembaca. Pembaca seringkali mencari konten yang cepat dan mudah diakses, terutama melalui platform digital. Keberadaan banyak website, forum, dan aplikasi yang didedikasikan untuk menyajikan cerita Alternative universe memudahkan pembaca untuk mengeksplorasi banyak cerita tanpa hambatan. Dengan demikian, literasi menjadi semakin dipandang di Indonesia, maka tingkat literasi Indonesia akan meningkat. Hal itu akan membuat karakter masyarakat menjadi lebih baik dan tidak rentan terhadap berita palsu. Selain itu minat membaca juga akan meningkat pesat khususnya pada remaja sehingga pengetahuannya akan semakin beragam dan kreatif.

Sebagai literasi digital, perkembangan Alternative universe ini semakin beragam dengan menyelipkan informasi-informasi yang dapat menambah dasar dasar pengetahuan bagi para pembacanya. Bagi para pemula yang ingin membiasakan diri membaca, Alternative universe hadir sebagai langkah awal dalam membiasakan membaca. Dengan gaya bahasa yang lebih santai dan mirip percakapan sehari-hari, ditambah plot yang menarik dan aksesibilitas yang tinggi di era digital, Alternative universe seringkali menjadi pilihan pertama menumbuhkan ketertarikan untuk terus membaca. Dengan beragamnya genre Alternative universe yang tersedia di berbagai platform, minat pembaca terhadap Alternative universe semakin meningkat. Banyaknya platform ini memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mengeksplorasi berbagai genre cerita sesuai minatnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan minat baca pembaca modern. Alternative universe dengan banyak cerita menarik dan berbeda bisa menjadi alternatif seru untuk mengisi waktu luang. Alternative universe tidak hanya menghibur, tetapi dapat merangsang imajinasi dan kreativitas, serta membantu meningkatkan minat membaca.

Salah satu bukti dari kepopuleran Alternative universe adalah karya berjudul Dikta dan Hukum. Karya ini berhasil meraih 187.000 jumlah suka dan lebih dari 64.000 retweet, hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap Alternative universe. Hal itu menandakan bahwa alternative universe memang memiliki daya tarik khusus yang mampu menarik perhatian masyarakat. Karya lainnya yang mendapat banyak perhatian adalah AU berjudul Butterflies oleh pengguna @alesacakes dengan 151.0 jumlah suka dan 54.700 retweet, AU berjudul Azzamine oleh pengguna @jupiww dengan 211.000 jumlah suka dan 98.800 retweet, dan juga AU berjudul Dago Love Story oleh pengguna @skysphire dengan 211.000 jumlah suka dan 74.000 retweet. Melalui Alternative universe, minat baca masyarakat khususnya generasi muda, dapat ditingkatkan. Dengan cerita-cerita menarik yang dekat dengan keseharian, serta platform digital yang mendukung dan mudah diakses, Alternative universe memiliki potensi besar dalam meningkatkan minat baca masyarakat di era digital.

C. Pengaruh Alternative universe Terhadap Media Literasi Baru pada Sistem Literasi di Indonesia. 

Literasi adalah kemampuan individu untuk mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Tujuan literasi adalah untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman mengenai berbagai informasi yang diperoleh individu melalui membaca dan menulis, guna mengembangkan karakter dan meningkatkan kualitas pribadi. Dengan literasi, individu sangat fokus dan mampu dengan mudah menarik kesimpulan yang tepat mengenai sesuatu. Salah satu sumber literasi yang paling utama adalah buku. Namun, dalam kenyataannya, harga buku yang relatif mahal seringkali menjadi penghalang bagi banyak orang untuk mendapatkan akses ke informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu, banyak individu yang memiliki potensi untuk mengembangkan wawasan melalui bacaan justru terhambat oleh masalah ekonomi. Hal ini jelas menimbulkan keprihatinan, karena literasi tidak seharusnya menjadi hak eksklusif bagi mereka yang mampu membeli buku. Semestinya, setiap individu, tanpa memandang latar belakang ekonomi, berhak memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi dan meningkatkan literasinya.

Kemajuan yang pesat dalam teknologi digital, literasi media, serta teknologi komunikasi dan informasi berjalan seiring dengan perkembangan tersebut. Kemajuan teknologi digital membuka kesempatan untuk inovasi dalam dunia literasi. Kemudahan akses internet, ditambah dengan adanya perangkat digital yang semakin terjangkau, memungkinkan informasi disebarluaskan dengan lebih mudah. Kedepannya, media literasi digital pastinya akan mempermudah pekerjaan penulis. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa media digital akan semakin populer karena diyakini mampu menyederhanakan tugas, sehingga menciptakan lebih banyak platform literasi digital. Dengan munculnya literasi digital, budaya membaca dan menulis akan kembali berkembang. Terutama di kalangan anak muda yang memiliki bakat dan ide dalam berkarya. Dalam era digital, Alternative universe (AU) merupakan bentuk baru dari cara bercerita. Alternative universe adalah karya tulis yang memiliki nilai dan dapat menjadi sumber informasi yang dapat diakses dengan mudah, kapan saja dan di mana saja. Selain itu, alternative universe mempromosikan literasi digital dengan cara yang unik. Pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam diskusi, analisis, dan bahkan penciptaan konten terkait. Ini mencerminkan pergeseran dari konsumsi pasif ke partisipasi aktif, sebuah ciri khas dari literasi digital, alternative universe tidak hanya menghibur tetapi juga memperkaya literasi digital kita.

D. Pengaruh Literasi Digital Terhadap Psikologi Anak Remaja 

Saat ini memperoleh informasi sangat mudah. Media digital memudahkan setiap penggunanya untuk saling berbagi informasi. Sumber informasi bisa berasal darimana saja. Era digital sudah tidak dapat dielakkan lagi, siapapun dapat dengan mudah memanfaatkannya dengan baik, namun tidak jarang juga dapat menghancurkan seseorang. Ketidakpahaman masyarakat terhadap media digital membuat penyalahgunaan yang berakibat terhadap kehidupan pribadi dan sosial. Media sosial hadir sebagai bagian dari perkembangan internet. Kehadirannya menawarkan cara berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang mudah dan baru dengan dukungan fitur yang menarik. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia didominasi kalangan remaja sehingga dampaknya sangat banyak dirasakan oleh remaja. Penggunaan yang baik dapat meningkatkan prestasi, sebaliknya, penggunaan yang buruk dapat berakibat negatif terhadap diri anak dan remaja (Retnowati, 2015: 314).   Contohnya saja saat ini banyak sekali terjadi kasus terkait pencemaran nama baik, penghinaan, prostitusi, penculikan, bullying yang dapat memicu depresi pada anak dan remaja. Kemudahan penyebaran informasi baik yang positif maupun negatif hingga seluruh dunia dan diketahui oleh pengguna media sosial membuat anak dan remaja malu, rendah diri, dan skit hati. 

Fenomena-fenomena ini menunjukkan pengguna internet di Indonesia belum paham untuk menggunakan internet dengan baik dan benar. Di satu sisi mereka dapat mengakses jaringan, namun belum memahami seutuhnya konsekuensi penggunaan media digital. Jadi, walaupun telah menguasai baca tulis, namun pengguna internet di Indonesia belum sepenuhnya memiliki kemampuan literasi digital.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan UNICEF dan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2015, pengguna internet di Indonesia yang berasal dari anak-anak dan remaja diprediksi sekitar 30 juta. Remaja terlahir dan tumbuh dengan media sosial sebagai bagian dari hidup dan kesehariannya. Saat ini mereka sangat tergantung dengan adanya media sosial. Menurut sebuah agensi marketing sosial, terdapat 72 juta pengguna aktif media sosial pada tahun 2015. Media sosial yang banyak diminati adalah facebook (Retnowati, 2015: 314-315). Media sosial twitter, instagram, facebook saat ini sangat diminati seluruh lapisan masyarakat. Bahkan siswa pada tingkat sekolah dasar pun sudah memiliki akun sendiri. Begitu mudahnya akses untuk berselancar di dunia maya membuat orang tua kadang sulit untuk mengontrol aktivitas anak di media sosial. Oleh karena itu literasi digital dibutuhkan dalam masyarakat, terutama anak dan remaja untuk menyaring informasi yang disajikan di media sosial. Literasi digital diartikan sebagai kemampuan memahami, menganalisis, menilai, mengatur, mengevaluasi informasi dengan menggunakan teknologi digital (Maulana, 2015: 3). Literasi yang buruk dapat mengakibatkan gangguan pada psikologis remaja.

 Hal ini disebabkan oleh emosi anak dan remaja yang masih belum stabil. Mereka cenderung menerima informasi secara utuh tanpa mencari tahu informasi tersebut benar apa hanya kicauan di media sosial saja. Ketidakmampuan anak dan remaja memaknai leiterasi digital berdampak pada sikap dan karakter khusunya pada anak dan remaja. Mereka terbiasa membaca, mengoementari informasi-informasi yang ada di media sosial. Komentar-komentar tersebut beragam, jika dianggap informasi tersebut negatif, mereka dengan segera menulis komentar-komentar yang bernada menghina, menjatuhkan, dan merendahkan. Jika informasi tersebut dinilai positif, mereka tidak segan-segan untuk berbagi informasi tersebut di akun miliknya. Fenomena ini tentu bukanlah yang diharapkan. Oleh karena itu solusi terbaik yang harus dilakukan pada anak dan remaja adalah memberikan pembelajaran literasi digital karena cepat atau lambat literasi digital yang buruk akan berdampak terhadap karakter dan psikologis anak dan remaja.

KESIMPULAN

Literasi digital merupakan inovasi yang digunakan untuk mengatasi rendahnya minat baca di Indonesia . Literasi digital ini memungkinkan siapa pun mengakses karya tulis melalui gadget yang dimilikinya . Karya tulis populer ini juga termasuk dalam ranah sastra cyber dan literasi s-cyber. Saat ini, literatur cyber yang sedang tren adalah alternative universe , yang ditulis di Twitter. AU sendiri merupakan genre cerita yang alurnya menyimpang dari kehidupan nyata tokohnya . Yang menjadikan AU sebagai fenomena bacaan yang digemari oleh generasi muda adalah karena AU merupakan karya yang dibuat dengan alur cerita yang disesuaikan dengan tokoh atau idola yang dijadikan cerita . Selanjutnya , sebagai literasi digital , evolusi AU semakin beragam dengan memasukkan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dasar para pembacanya .

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, J. L. (2015), Fanfiction as imaginary play: What fanwritten stories can tell us about the cognitive science of fiction. Poetics, 48.

Fakhira, A. Z. A. Z. (2023, Agustus). Pola Komunikasi Penulisan dan Pembaca Cerita Fiksi dalam Memanfaatkan Media Komunikasi Platfom Twitter. Bandung Conference Series: Public Relations (Vol. 3, No. 2).

Fatmawati, N. I., & Sholikin, A. (2019). Literasi Digital, mendidik anak di era digital bagi orang tua milineal. Madani Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, 11(2), 119-138.

Fathallah, J. (2017). Fanfiction and author: How fanfic changes popular cultural texts. Amsterdam University Press.

Jayanti, N. L. P. L., dkk. (2023) Alternative Universe Bagi Generasi Z Dalam Meningkatkan Minat Literasi. Prosiding Pekan Ilmiah Pelajar (PILAR).

Kaiyun, S. (2015) Upaya meningkatkan minat baca sebagai sarana untuk mencerdaskan bangsa.

Sutrisna, I. P. G. (2020). Gerakan Literasi Digital pada Masa Pandemi Covid-19

Zahra, S. N., & Yuliana , G. D. (2022). The Hipperealitas K-Popers Terhadap Original Character Role Player (OCRP) Fanfiction di Twitter. Jurnal Publish (Basic and Applied Research Publication on Communications).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun