Museum Sang Nila Utama terletak di jalan jendreal Sudirman No. 194, Tengkareng Tengah, Pekanbaru, Riau. Museum Sang Nila Utama merupakan sebuah museum daerah yang berlokasi di Pekanbaru, Riau. Museum ini mengumpulkan dan menyimpan warisan-warisan yang berhubungan dengan budaya Melayu Riau seperti pakaian adat pernikahan, permainan tradisional, alat musik, artefak dan lainnya. Bangunan Museum Sang Nila Utama masih mempertahankan  gaya banagunan  khas melayau.
Museum ini juga menyimpan benda-benda bersejarah dari kerajaan Sriwijaya, seperti kapak batu, akordeon, fosil manusia purba, prasasti Talang Tuwo, dan miniatur Candi Muara Takus.
museum sang nila utama didirikan pad tahun 1991 Â dan diresmikan pada tanggal 9 Juli 1994 oleh Direktur Jendral kebudayaan. Museum Sang Nila Utama adalah museum dengan banyak koleksi bersejarah dari kehidupan masa lampau. Bahkan gambaran tentang kehidupan masyarakat Melayu juga dapat dilihat di museum tersebut. Musieum Sang Nila Utama berdiri kokoh layaknya rumah adat Melayu. Museum berbentuk panggung dengan ornamen khas Melayu terlihat jelas bagaimana kehidupan masyarakat Melayu baik di pesisir atau daratan.
Museum yang kita kenal sekarang ini pada awal berdirinya dikenal dengan nama Museum Negeri Provinsi Riau. Latar belakang pendirian Museum ini merupakan salah satu usaha pemerintah pusat di bidang Kebudayaan, dengan kebijakan saat itu agar di setiap Provinsi mendirikan Museum Negeri.
Museum sang nila utama ini pada awal berdirinya dikenal dengan nama Museum Negri Provinsi Riau. Museum sang nila utama ini juga menjadi tempat wahana wisata edukasi, mulai dari anak TK sampai Mahasiswa juga bisa benda bersejarahnya juga dapat menjadikan daya tarik utama di Museum Sang Nila Utama ini.
Kesan pertama yang saya dapatkan, Museum Sang Nila Utama mempunyai gedung yang estetik. Gedungnya khas seperti rumah adat suku Melayu. bangunannya bercat kuning. Warna khas Riau yang memiliki julukan "Bumi Lancang Kuning".
Sepi. Itu adalah kesan yang saya dapatkan berikutnya. Atau mungkin karena masih terlalu pagi. Saat saya sudah memasuki ruangan museum, barulah saya menemukan petugas museum ini. Untuk masuk ke dalam museum ada tiket seharga Rp 3.500,00.
 Museum sang nila utama terdiri dari dua lantai, lantai pertama terdapat koleksi berupa pajangan sumber daya riau yang terkenal, yaitu replika Candi Muara Takus dan ada juga penemuan arkeologi berupa batu siput yang diperkirakan umurnya sudah lebih dari jutaan tahu dan berat batu siput ini mencapai 1 ton. Koleksin lain berupa replika  perahu khas Riau, replika rumah adat yang terbuat dari kayu, pakain pengantin di Riau yang berbeda dari setiap kabupaten,ada juga pelaminan yang menjadi salah satu koleksi, dan ada juga batik masyarakat zaman dahulu membatik masih secara manual hingga sekarang sudah modern, kreativitas orang zaman dahulu sangat tinggi.
Lantai kedua terdapat foto para tokoh-tokoh budayawan riau, dan ada beberapa foto gubernur Riau dari tahun 1953-2024. Koleksi lainnya berupa guci dari cina sekitar abad 15 dan ditemukan di dasar laut, dan ada jug wayang-wayang  dan topeng dari jawa yang eksotis dan penuh dengan cerita.
Saya menelusuri bagian bawah Museum Sang Nila Utama. Saya melihat banyak rak kaca. Rak-rak ini menyimpan sejumlah barang, yang berusaha mendokumentasikan adat budaya yang dimiliki suku Melayu. Khususnya suku Melayu yang ada di wilayah Riau. Saya sungguh kagum dengan aneka baju adat yang terpampang di sini. Baju-baju adat ini mereprentasikan setiap kabupaten dan kota yang terdapat di Riau. Bahkan juga masih ada baju adat dari daerah Kepulauan Riau, yang saat ini telah berdiri sebagai provinsi tersendiri.
Wah, sungguh kaya suku Melayu. Saya benar-benar terpukau dengan aneka baju adat, yang mana setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Di tengah lantai bawah museum, terdapat koleksi yang menunjukkan panggung pelaminan suku Melayu. Ada juga berbagai replika rumah adat yang ada di wilayah Riau. Sama seperti baju adatnya. Rumahnya pun mempunyai ciri khas yang berbeda di setiap daerah atau kabupaten.
Museum Sang Nila Utama juga memiliki berbagai koleksi alat atau perkakas. Perkakas ini adalah alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu. Ada alat memasak, alat makan, alat musik dan lainnya. Kain-kain yang menjadi ciri khas suku Melayu juga terpajang sempurna.
Selain itu, ada pula koleksi flora dna fauna. Salah satu yang banyak dicari wisatawan yakni hewan harimau sumatera dan beruang madu sebagai satwa asli yang kini kerap muncul di dalam kawasan hutan lindung, lalu ada hewan tringgiling, musang,dan ada pula kura-kura.
Di dalamnya terlihat banyak barang-barang peninggalan jaman dahulu kala. Ada alat penangkap ikan, bertani hingga baju adat dan mata uang sebagai alat tukar saat itu. Alat mencari ikan, bersawah, bertani, ada juga mata uang Republik Riau. Mata uang ini sebagai mata uang penukaran masa lalu. Ada juga mata uang khusus Rengat untuk alat tukar dulu.Â
Koleksi peninggalan kebudayaan Museum Sang Nila UtamaÂ
Melihat uraian singkatnya, makin menarik untuk terus mengupas benda-benda bersejarah yang terpajang di Museum Sang Nila Utama. Koleksi-koleksi ini sangat mencerminkan sebuah peradaban Melayu yang kemudian berintegrasi dengan sebuah keragaman hidup bersosial.
Berikut ini beberapa peninggalan sejarah yang mencerminkan sebuah kebudayaan Melayu yang ada di Provinsi Riau ini, Kain Batik Sutera Melayu Ketika kita bicara Batik maka yang terlintas dikepala nama Pekalongan atau daerah-daerah lainnya yang ada di Pulau Jawa sana. Tapi, kali ini kita Kali ini yang kita bicarakan adalah Batik Khas Melayu Riau. Masyarakat Melayu yang ada di Riau juga memiliki batik dengan ciri khas tersendiri, yaitu kain batik yang terbuat dari sutera.
Dulunya, Kain batik ini dipergunakan oleh seorang permaisuri dari raja Melayu. Ingatkan! Riau juga memiliki sebuah kerajaan melayu pada zaman dulu. Permaisuri inilah yang menggunaan batik-batik yang bernuansa unik. Dasar warna dari batik melayu ini lebih sering kita lihat merupakan perpaduan yang khas antara warna kuning dengan warna merah yang terang.
Jadi, perpaduan dari kedua warna ini sebagai sebuah simbol sifat dari orang melayu yang memiliki kelembutan, kebahagiaan, keuletan, kesederhanaan dan persahabatan. hal ini tercermin bagaimana kehidupan sosial masyarakat Melayu yang mudah bersosialisasi di lingkungan masyarakatnya, baik sesama orang Melayu maupun orang yang berbeda latar belakang budaya.
Pakaian Khas MelayuÂ
Pada Pakaian khas Melayu Riau juga memiliki nilai-nilai yang sama dengan batik melayu. Pakaian ini cukup unik dan menarik. Jadi, Biasanya Pakaian-pakaian ini digunakan dalam acara-acara udangan sanak kerabat. Kebiasaan mereka suka menggunakan pakaian dengan motif sederhana dan memiliki warna yang cerah. Sebuah kelembutan tercermin dipakaian masyarakat Melayu.
Kesederhanaan berpakaian masyarakat melayu juga menyiratkan pada nilai-nilai religiusyang tertanam didalamnya. Hal ini terlihat model baju yang digunakan wanita melayu yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan menutupi hampir semua anggota tubuhnya.
Tanjak Melayu
Nah, yang satu ini hingga saat ini masih terlihat banyak yang mengunakannya. Tanjak Melayu (Tengkolok) merupakan suatu karya seni kebudayaan yang dijadikan sebagai ciri khas dari kebudayaan melayu yang sampai sekarang digunakan oleh para ketua adat Melayu di bumi Lancang Kuning.
Terlihat berwibawa, Ada hal yang menarik ketika melihat tokoh-tokoh adat yang menggunakan Tanjak Melayu ini. Mereka terlihat sebagai sosok yang berwibawa, pemberani dan tangguh. Jadi Tanjak ini hanya dikhususkan buat para lelaki, dililitkan di kepala. Tanjak yang ada di Museum Sang Nila Utama ini memiliki warna biru laut. Tanjak ini merupakan tanjak laksamana Hang Tuah.
Tanjak yang terbuat dari kain songket ini, merupakan simbol dari kebesaran dan kewibawaan dari sang laksamana, sedangkan pada warna biru itu sendiri memiliki esensi kerendahan hati sang laksamana kepada rakyat, menjadi lambang dari kerahmatamaan dan kejuhudan dari sang pelindung rakyat Melayu ini.
Alat Musik Suling
                     Â
Untuk seruling sendiri menjadi alat musik tradisional Rokan Hulu dan menjadi masterpeace dari alat musik tradisional bangsa Indonesia. Seruling ini dapat ditemukan disekitaran budaya sekeliling masyarakat melayu antaranya Minang di Sumatera Barat dan Mandailing di Sumatera Utara.
Alat-alat musik ini kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai penghibur dan pelipur lara masyarakat melayu pada masa dahulu dan saat sekarang. Pergelaran dan permainan musik dahulu sering dilakukan di sekitar istana raja dan lingkungan masyarakat melayu.
Informasi selanjutnya, jika kamu berniat berkunjung ke tempat ini maka kamu harus perhatikan beberapa hal berikut ini:
Pertama, Jaga tangan kamu. Jangan jahil ya! jangan sampai kunjungan kamu ketempat ini merusak benda-benda bersejarah yang ada di tempat ini.
Kedua, Jika kamu yang berasal dari luar daerah maka pesanlah tiket jauh-jauh hari serta browsing untuk tempat penginapan kamu untuk di booking agar kamu lebih mudah saat berada di Pekanbaru. Namun, jangan khawatir di Pekan baru banyak kok tempat penginapan dengan Low Budget.
Ketiga, Jika kamu yang berasal dari luar daerah maka pesanlah tiket jauh-jauh hari serta browsing untuk tempat penginapan kamu untuk di booking agar kamu lebih mudah saat berada di Pekanbaru. Namun, jangan khawatir di Pekan baru banyak kok tempat penginapan dengan Low Budget.
Nah, Sepertinya kamu pasti akan tertarik untuk berkunjung ke tempat ini. Museum Sang Nila Utama bisa menjadi salah satu agenda saat kamu akan travelling ke daerah Pekanbaru, Riau. Menggali lebih dalam lagi mengenai kebudayaan melayu melauibenda-benda bersejarah yang tersimpan rapi di Museum Sang Nila Utama yang ada di Pekanbaru, Riau.
Harga tiket masuk Museum Sang Nila Utama
Wisatawan Nusantara
1. Dewasa : Rp. 5000/orang
2. Anak-anak dibawah 10 tahun (TK) : Rp. 3000/orang
3. Rombongan pelajar/ mahasiswa : Rp. 3.500/orang
4. Rombongan minimal 20 orang : Rp. 4000/ orang
Wisatawan Asing
1. Dewasa : Rp. 15.000/orang
2. Anak-anak  berusia dibawah 10 tahun : Rp. 7.500/orang
3. Rombongan minimal 20 orang : RP. 10000/orang
Jam Buka Museum Sang Nila Utama
Museum Sang Nila Utama memiliki beberapa jam buka. Pada hari Selasa hingga Jumat, museum buka pukul 08.00-15.00 WIB. Pada hari Sabtu dan Minggu buka pada pukul 08.00-13.00 WIB, Senin museum tutup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H