"Pak, aku bersedia mundur. Apapun sangsinya, aku bersedia menanggung semuanya."
"Bagaimana dengan menikmati tubuhmu selama dua hari, tanpa sepeserpun uang dan semua harta yang kujanjikan?"
"Demi kebahagiaan Aljero, aku menerimanya."
Ibu tiba-tiba pingsan, Aljero hanya memandang wajahku tanpa kedip sambil berkata, "ayah, tidak! Dia milikku." Pisau tajam yang dibawanya dari rumah menembus jantung dan membuat tubuhnya tumbang ke lantai.
Pisau penuh darah kuambil dan menyuruh Aljero pergi dari gedung itu. Sejam kemudian aku dibawa ke kantor polisi dan ditahan di dalam sel. Namun ketika jauh malam, dosen menemuiku dan berkata, "Jois, kau harus kunikmati saat ini juga. Semua kontrak sudah dilanjutkan ibumu dan sudah semuanya ditandatangani. Mulai sekarang hidupmu adalah untukku."
Tubuhku tiba-tiba lemas dan tidak sadarkan diri.Â
Esoknya terkejut dengan penglihatan didepan mataku. Apartemen yang dijanjikan sudah ditempati. Ruangan yang sepi dan dingin mulai mewarnai hidupku mulai saat ini.Â
"Sayang ...."
Dosen memelukku dari belakang dan membisikkan kata-kata manis.
"Borjois, semalam menyenangkan sekali. Ternyata kau lebih hebat dari istriku padahal kau baru pertama kalinya merasakan betapa nikmatnya cinta kita."
Sebenarnya aku tidak memahami apa maksudnya. Ketika mencoba menanyakan perihal ini, tiba-tiba ibu datang dengan wajah yang berseri dan begitu segar.