Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yanlik dan Mawar Hitam 3

8 Desember 2018   07:16 Diperbarui: 8 Desember 2018   08:06 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Dokpri

By Succubus

Pada akhirnya lintang yang masih terjebak, di antara mawar hitam pada kalung yang ada di tangan Gigip menemukan solusi jitu. Yaitu dengan menggoda Atma untuk memiliki cinta. Pasukan trio kadut di hadirkan ke dalam babak rencananya.

"Dalle, kapan kau akan beraksi?" Kata Ikhlas dengan permainan asap rokok yang sedang di modifikasi.

"Sebenarnya aku tidak begitu tertarik. Suara Atma sudah tidak semerdu dahulu. Begitu fals dan membuat gendang telinga pecah."  Sambil memainkan Iler Aiz yang menurutnya seksi.

"Aku yang pertama dan hari ini jatah rayuan mautku pasti jatuh ke pangkuannya." JIO PANDORA mulai memasang wajah manisnya seketika.

"Kita bersaing kalau gitu." Ikhlas mulai membentuk tubuhnya agar lengkap untuk malam minggu nanti.

Jio dan ikhlas mulai mendekati Atma dengan caranya masing-masing. 

Hari ini Sabtu tercerah. Udara begitu segar dan langit tersenyum. Atma berjalan santai di sekitar taman bersama Yanlik. Jio mencoba mendekati Atma.

"Hai nona! Kau tau, kuramal nanti malam kaulah satu-satunya wanita, di meja sajakku, untuk memecah hening dari aksaraku yang telah lama dingin "

"Entahlah! Sebab hatiku sudah terikat dengan sesuatu. Tidak ingin membuka lahan."

"Kupastikan kau akan membukanya untukku, malam ini."

Yanlik tidak menyukai Hip mode on yang di setel Jio. Mata Yanlik sedikit merah karena menahan amarah dan pada akhirnya sentuhan tangan Yanlik membuat Jio pergi begitu saja. Padahal jauh di balik hati Atma mulai ada sesuatu ketertarikan. Tetapi Atma membiarkan Jio pergi tanpa melangkah lebih jauh ataupun menoleh.

Tiba-tiba Atma mendengarkan suara seseorang sedang mengaji. Suara pria itu menarik minatnya untuk sedikit mengetahui siapa orang yang sedang mengaji di taman.

Dan Atma melihat pria plus wajah manisnya.

'Lihat itu, Yanlik. Dia begitu tampan, bukan? Aku inginkan DIA.' Atma bicara setengah berbisik. Sedangkan Yanlik mencari cara agar pria itu mau menjadi pacar Atma.

"AHA! Aku punya ide." Yanlik pada akhirnya menemui pria itu dengan sembunyi-sembunyi. 

Setengah jam kemudian, pria itu di bawa YANLIK dan berkenalan dengan Atma,  akhirnya malam Minggu nanti Atma tidak kesepian lagi. Ada Ikhlas yang menemani. Dengan hitungan jam ikhlas mampu membuat Atma merasa nyaman.

Malam pada akhirnya datang. Rencana untuk mengambil tubuh Atma segera akan berlangsung. Ikhlas sudah sepenuhnya membawa segala bekal untuk pemujaan pergantian arwah.

Atma sudah siap untuk pergi. Ikhlas sudah datang sejak sejam yang lalu dan menanti dengan jenuh di teras rumah bersama Yanlik. Aneh sekali, malam ini Yanlik tidak mau ditinggalkan. Melihat wajah sayu itu, akhirnya Atma membawanya serta. Diikuti senyuman kecut Ikhlas.

Rumah makan yang di rencanakan sudah menanti tubuh Atma. Trio kadut lengkap begitu juga dengan Gigip yang menyamar menjadi pelayan.

Ting tong Ting tong ....

Jam dinding menegur rencana. Saat Atma mulai sedikit hilang kesadaran, akibat makanan yang di konsumsi tadi. Ikhlas memapahnya menuju sebuah kamar. Tubuh Atma di baringkan dan si sampingnya ada ruh lintang yang terjebak pada sebuah kalung sudah sekian lama.

Saat pemujaan berlangsung Yanlik datang membawa mawar putih dan membangunkan Atma dari pingsannya. Sedangkan mata ikhlas mendelik melihat Atma mulai sadar.

"Ini di mana, Sayang?" 

Ikhlas hanya diam seribu bahasa karena dia takut dengan mawar putih yang di bawa YANLIK. Atma keluar kamar setelah Yanlik memberikan cairan kentut alamiah ke muka ikhlas. Seketika wajah ikhlas terbakar dan tubuhnya perlahan mengering dan menjadi debu. Hanya mata dan hatinya yang tidak menjadi debu. Kemudian di jadikan koleksi hiasan untuk kalung Yanlik.

Sedangkan jauh di kamar yang lain Gigip geram dan mengutuk Yanlik.

"Ini ulahmu, Lintang! Seandainya dulu membiarkan seorang janda selamat, maka ilmu tidak menitis kepada Yanlik." Mata Gigip mulai berapi dengan tingkat terpanas.

Bersambung
Bekasi, 8 Desember 2018.
07: 15

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun