Barangkali benar kata Alphonse De Lamartine, bahwa ada kalanya, ketika satu orang pergi, seisi dunia terasa kosong.Â
Ya, mungkin seperti itulah perasaan kompasioner terkhusus saudara/saudari di INA (inspirasiana).Â
Tak menyangka, salah satu sahabat, saudara kami di INA lebih dahulu dipanggil oleh yang Mahakuasa.Â
Jujur, saya belum begitu mengenal Bang Azis, berkomunikasi dengannya pun belum pernah. Namun melihat sebagian Kompasioner menulis kenangan tentang dirinya, saya yakin bahwa beliau adalah orang yang baik. Dan mungkin sangat baik.Â
Puisi yang beliau anggit seakan menjelaskan siapa dirinya. Tidak hanya baik, tetapi ia adalah seorang pengembara imaji, pesuluk kata.Â
Bagi saya, mungkin ketika menulis, ia dalam keadaan ekstase, ia benar-benar tenggelam dalam rasa, jari-jari dan batinnya seakan menyatu.Â
Bukanya melebih-lebihkan tentang puisi yang beliau anggit, tetapi memang benar, inilah salah satu puisi beliau yang membuatku takjub.Â
Puisi, Bertajuk Duka; Aku kepada Tuhanku
/1
Aku membaca
Lukisan-lukisan abstrak
Pada dinding
Ruang-ruang hampa
Cinta, rindu
dan rintik-rintik hujan
Jalan-jalan sunyi
Ku lalui seorang diri
Tak ku dapati sesiapa
Yang ada, cuma bayangan ku