Saya percaya bahwa karakter seorang anak itu akan terbentuk bukan hanya dari cerita baik (seperti cerita-cerita yang mengandung hikmah). Akan tetapi juga teladan atau perbuatan yang mengarah pada kebaikan, seperti pada cerita di atas.Â
Sebab anak adalah pendengar dan peniru yang handal.Â
Saya sendiri merasa bersyukur, karena tumbuh dengan didikan, cerita-cerita baik sarat dengan pesan hikmah.
Walaupun masih banyak kekurangan yang ada pada diri, saya merasa bahwa apa yang guru ngaji sampaikan sangat berguna dan membentuk kepribadian saya.Â
Mungkin Anda yang membaca ini akan merasa aneh dengan perbuatan saya.Â
Entah kenapa, kalau saya melihat ada serangga, semisal semut yang jatuh ke dalam air, saya pasti akan mengangkat, memindahkannya ke tempat yang aman.Â
Misalnya, ketika hendak mandi, saya sering perhatian bak mandi. Jangan-jangan ada serangga ataupun hewan lain yang jatuh ke dalam baik mandi.Â
Sekiranya saya menemukan ada serangga yang terjatuh dan masih hidup, saya langsung mengangkat, memindahkannya ke tempat aman. Saya merasa seperti ia meminta tolong untuk diselamatkan.Â
Itulah barangkali dampak dari cerita baik yang mempengaruhi saya. Saya berpikir bahwa dengan memindahkan duri saja mendapatkan ampunan, bagaimana dengan menyelamatkan mahluk Tuhan?Â
Dengan demikian, bagi saya ucapan dan perbuat baik, seharusnya sedari dini sudah diajarkan kepada anak-anak kita.Â
Banyak dari kita yang mungkin pintar dan cerdas, tetapi minim rasa simpati dan empati.Â