Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasa Simpati dan Syukur yang Hanya Sebatas Ucapan Tanpa Pemaknaan

13 Januari 2021   18:56 Diperbarui: 14 Januari 2021   12:03 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image cIlustrasi solidaritas (Shutterstock) Sumber gambar: Kompas.com

Barangkali ia pun memiliki rasa simpati. Akan tetapi dengan merekam para korban melalui ponselnya itu menunjukan bahwa ia tak bijak dalam menempatkan/menunjukkan rasa simpatinya. 

Kedua. Rasa syukur. Setiap dari kita tentu akan bersyukur kepada Tuhan apabila diberi kebahagiaan atau diselamatkan dari musibah kecelakaan.

Akan tatapi, tidak  semua rasa syukur yang kita ucapkan itu baik. Mengapa?
Saya pernah membaca buka  hikmah para Sufi. Dalam buku tersebut dikisahkan tentang sebuah kebakaran yang melanda rumah penduduk salah satu desa. Dalam kebakaran tersebut, hampir semua rumah penduduk di desa itu terlahap api. Namun ada salah satu pendukungnya yang rumahnya tak di  lahap api.

Singkatnya. Ketika  melihat rumahnya itu selamat  dari lahapan api. Ia  mengucapakan Alhamdulillah (Alhamdulillah adalah kalimat tahmid yang memiliki makna menyampaikan pujian kepada Allah SWT, menyampaikan syukur kepada Allah SWT).

Walaupun kata syukur tersebut terdengar baik. Namun, apa kata Sufi tentang syukur yang demikian? kata syukur tersebut bisa mengandung arti yang berbeda, ungkapan syukur yang demikian bukan menunjukan kepasrahan/ridho, tetapi menunjukkan keegoisan, Mengapa? Menurut para sufi Ungkapan syukur  tersebut seakan menegaskan kalau ia rela terhadap apa yang terjadi/menimpa orang lain, tetapi menolak ketika itu terjadi pada dirinya.

Syukur yang demikian tidak mencerminkan sejatinya rasa syukur. Ekspresi kelegaan dan kesenangan terhadap apa yang tak menimpanya sama halnya dengan menyetujui apa musibah yang menimpa orang lain.

Sila disimak juga vidio ini : https://m.youtube.com/watch?v=yhV1Y4OLrW0&feature=share

Padahal kalau kita sejenak merenungi tentang hikmah kematian  dan kehidupan, yang tidak terkena musibah belum tentu merupakan kebaikan. Pun yang terkena musibah belum tentu itu merupakan keburukan.

Kalau dikaitkan dengan peristiwa  kecelakaan pesawat baru-baru ini dan ungkapan syukur  sebagian orang yang selamat dari kecelakaan pesawat. Syukur tersebut sama halnya kisah di atas.

Maka dari itu,  rasa syukur yang demikian, sebaiknya disimpan dalam hati, tak perlu di publish luas. Sebab bisa jadi rasa syukur itu, sama halnya dengan bersyukur atas keselamatan diri, disaat yang sama seakan bersyukur terhadap apa yang menimpa para korban.

Dengan demikian, agar rasa rasa simpati dan rasa syukur  kita tak hanya ucapan belaka. Sebelum dikeluarkan melalui lisan dan tulisan sebaiknya dimaknai terlebih dahulu. Apakah rasa simpati dan rasa syukur kita itu sesuai sebagai mana mestinya atau sudah pada tempatnya.

Pada intinya, seharusnya rasa syukur adalah kesadaran akan Sang Pemberi nikmat, bukan memandang nikmat itu sendiri dan simpati merupakan perasaan tulus dalam keikutsertaan merasakan penderitaan, kesedihan dan luka yang di rasakan orang lain, layaknya kita merasakan hal yang sama apabila terjadi pada kita dan keluarga kita.

Perkataan/ucapan atau perbuatan yang tak kau sukai apabila itu dilakukan padamu, sama halnya dengan ketika itu dilakukan pada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun