Terkait dengan jatuhnya pesawat baru-baru ini, banyak beredar vidio dan tulisan mengenai  simpati dan juga rasa bersyukur.
Pertama. Rasa simpati. Beragam tulisan atau ucapan  simpati datang dari berbagai kalangan terhadap korban dan keluarga korban yang mengalami kejadian  jatuhnya pesawat tesebut.
Namun, saya melihat tidak semua yang mengucapkan rasa simpati itu tulus keluar dari hati. Akan tetapi hanya sebatas kata retorik tanpa dilandasi perasaan ikut merasakan.
Mengapa? Coba Anda perhatikan beberapa posting netizen yang berseliweran di media sosial. Walaupun terkesan menunjukan rasa simpati terhadap keluarga korban dan korban jatuhnya pesawat. Akan tetapi malah membagikan juga foto, vidio korban kecelakaan pesawat tersebut.
Miris, bukan? Coba Anda bayangkan apabila pada foto dan video itu ada keluarga Anda atau orang yang Anda kasihi yang menjadi korban, Bagaimana perasaan Anda?
Saya mengatakan demikian karena, baru-baru ini saya ditunjukkan sebuah video oleh seorang teman tentang korban kecelakaan pesawat. Entah itu korban kecelakaan pesawat sriwijaya atau korban kecelakaan lainnya.
Namun dalam vidio yang tersebar luas melalui whatsapp itu, terlihat seorang petugas, entah petugas medis atau petugas forensik, merekam beberapa  mayat yang tergeletak  dengan tubuh yang telanjang, penuh luka dan ada juga mayat yang tidak utuh lagi.
Vidio dengan durasi pendek tesebut terdengar suara si perekam berkata:
Sepatu Adek kecil tas dan dompet atas nama Grasia. Lihat ini daging semua nih, kulit semua nih. Kulit manusia!
Kalau melihat vidio itu, saya yakin Anda akan berkata sama dengan saya bahwa pembuat vidio itu benar-benar tak punya rasa simpati, teganya ia merekam korban-korban tersebut.
Saya yakin apabila keluarganya termasuk dalam salah satu diantara korban, ia tak akan sanggup merekam lalu membagikan vidio tersebut.