Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bengku (Cangkul) dan Sapada (Parang), Dua Pusaka Petani Alor

6 Januari 2021   19:03 Diperbarui: 7 Januari 2021   16:51 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syahdan, Dari pertemuan dan mendengarkan apa yang orang tua itu sampaikan. Serasa saya mendapatkan pelajaran yang tidak saya dapatkan dalam bangku Sekolah.

Akan tetapi, ada salah satu ucapan yang keluar dari mulutnya itu, mengganggu pikiran saya.

Agar kelak mereka menjadi orang sukses, tidak seperti kami yang hanya petani.

Barangkali ucapan ini dikeluarkan secara polos. Namun, bagi saya kata “tidak seperti kami yang  hanya petani” seharusnya tak diucapkan. Mengapa?

Menurut hemat saya, salah satu penyebab kenapa pemuda-pemudi enggan menjadi petani, barangkali kerena mendengar kata tersebut dari orang tua mereka.

Seakan orang tua itu mengatakan pekerjaan petani adalah pekerjaan yang rendah.
Padahal kalau kita memaknai apa yang ia jelaskan. Harusnya ia bangga bahwa dengan pekerjaannya sebagai petani, walaupun sederhana, tapi memberikan dampak yang sangat besar bagi diri dan keluarga

Kita tak bisa pungkiri bahwa hanya dengan bertani, banyak petani yang mampu menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan tinggi.

Saya pikir, bukan hanya menjadi pekerja ASN atau Pengusaha yang bisa menjamin masa depan, tapi juga bertani (menjadi petani).

Dengan itu, bagi saya pekerjaan apapun, baik itu ASN, Pengusaha, atau pun Petani, jika itu dilakukan dengan sederhana dalam arti tidak menipu, mengambil hak orang lain, (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) adalah pekerjaan yang baik.

Sehingga apapun pekerjaan yang kita lakukan, harusnya menjadi kebanggaan bagi kita.

Dan untuk anak-anak muda yang sekarang menggeluti bidang pertanian, berbanggalah menjadi petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun