Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bengku (Cangkul) dan Sapada (Parang), Dua Pusaka Petani Alor

6 Januari 2021   19:03 Diperbarui: 7 Januari 2021   16:51 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Amangbtao ite re pusaka ba suma bengku ru sapada, bo e rua ite jadi ata dike selama- lama

Kata-kata di atas, merupakan nyanyian yang dilantunkan petani di daerahku apabila hendak pergi berkebun. Setiap entak langkah kaki menuju kebun atau sawah, dari mulut petani terdengar lantunan kata-kata tersebut.

***

Amangbtao ite re pusaka ba suma bengku ru sapada bo e rua ite jadi ata dike selama lama.

Yang artinya: Orang tua berikan kita pusaka hanya dua, yaitu cangkul dan parang, besok atau lusa (ke depannya) kita akan jadi orang baik.

Ada salah satu orang tua di kampung yang saya temui bercerita bahwa. Dulu, di masa mereka, kata-kata tersebut merupakan nyanyian penyemangat bagi petani.

Ketika berangkat berkebun, sedang memotong rumput pengganggu, mencangkul atau menanam, lagu itu dinyanyikan.

Ia mengatakan, Generasi di Era mereka, pertanian dan bertani merupakan sumber hidup dan merupakan pekerjaan utama bagi pemuda-pemudi maupun orang tua.

Namun, sekarang kebanyakan petani di sini, sudah menjual tanah (sawah)mereka. Entah kenapa? Sehingga tak banyak yang bekerja lagi menjadi petani. Pun pemuda-pemudi mulai enggan menjadi petani.

Ya, maklum saja, anak-anak muda sekarang tak banyak yang mau menjadi petani, maunya jadi ASN. Sebab pekerjaan ASN lebih menjamin kehidupannya kelak di masa tua.

Kami orang tua, tak menyalahkan pilihan meraka (Anak-anak kami). Kami menginginkan yang terbaik untuk meraka, kami bekerja sebagai petani untuk menyekolahkan mereka, agar kelak mereka menjadi orang sukses, tidak seperti kami yang hanya petani. Ucapnya polos

Saya membatin, betul apa yang ia katakan, dulu di tempat kami banyak terdapat kebun, sawah, tapi sekarang tanah kebun, sawah kebanyakan sudah dijual ke orang pendatang, sehingga sekarang banyak bangunan perumahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun