Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keteladanan Nabi Muhammad SAW

30 Oktober 2020   08:19 Diperbarui: 9 November 2020   20:59 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda merasa susah menuangkan tulisan, ketika di suruh menulis rasa cinta terhadap seorang yang Anda cintai?
Saya termasuk orang yang kesulitan menulis ketika di suruh menulis rasa cinta terhadap seorang yang saya cintai. Why? Itu di karenakan, saya takut dengan tulisan saya, akan mengurangi nilai dari orang yang saya cintai.

Bagi saya, mengungkapkan rasa cinta dengan menulis, tak sama dengan rasa cinta itu sendiri. Rasa cinta yang tuangkan dalam tulisan tak sepenuhnya mengungkapkan keseluruhan rasa cinta. Tulisan hanya mengungkapkan sebagian dari rasa cinta itu.

Seperti kata Jalaluddin Rumi: Cinta terbesar adalah keheningan. Tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Cinta merupakan rahasia pecinta dengan kekasihnya, mengungkapkannya berarti Khianat.

***

Akan tetapi, di Bulan Maulid Nabi 2020. Saya akan berbagi cerita tentang Nabi Muhammad SAW.

Dalam tulisan ini, Saya tak menulis rasa cinta saya. Seperti yang sudah saya tuliskan di atas. Tapi saya menuliskan tentang keteladanan dari Nabiyullah Muhammad SAW. Keteladanan yang sudah seharusnya di contoh oleh umat Muslim.

Kalau tentang Cinta. Seluruh muslim sudah sepakat bahwa mencintai Nabi Muhammad adalah kewajiban kaum muslimin. Walaupun kecintaan itu tak bisa datang begitu saja. Kecintaan itu harus di tumbuhkan. Kata orang Inggris, orang itu tak pernah fall in love, jatuh cinta; yang ada adalah learn to love, orang itu belajar untuk mencintai. 

Nah,  berbicara tentang keteladanan Nabi Muhammad. Saya teringat cerita tentang Nabi Muhammad SAW, yang di ceritakan guru ngaji saya ketika saya Ngaji dulu. 

Beliau mengatakan bahwa Nabi adalah seorang yang sangat jujur dan penuh dengan cinta kasih. Beliau lembut, memiliki wajah yang indah dan bersinar.

Katanya, Saking indahnya wajah Nabi. Ada seorang sahabat yang terpesona dengan keindahan wajahnya sampai bertanya ” Manakah yang lebih tampan, engkau atau yusuf? ” Nabi menjawab dengan tersenyum, “Yusuf lebih tampan, tapi aku lebih manis! “

Bukan hanya wajahnya yang menawan, menurut Guru ngaji saya. Nabi merupakan cerminan manusia paripurna (insan kamil). Walaupun dari segi fisik beliau sama seperti manusia biasa, yang makan, minum dan bisa juga terkena sakit. Tapi, secara ruhani, beliau suci dan sempurna, tak sama seperti manusia umumnya.

Walaupun kita sering mendengar orang mengucapkan, tak ada manusiawi sempurna. Guru saya mengatakan Nabi Muhammad merupakan contoh dari pada manusia sempurna. Mengapa? Sebab. Tuhan yang Maha sempurna harus mewujudkan seorang yang paripurna agar menjadi contoh sekaligus suri tauladan bagi manusia.

Guru saya memberikan contoh.
Seumpama Nabi itu selang. Ketika Tuhan (wujud sempurna) menyalurkan ilmu melalui selang( Nabi). Selang (Nabi) haruslah utuh, tak bolong, dan cacat. Agar ilmu Tuhan di serap dengan baik dan sempurna. Sehingga ketika menjadi ajaran. Ajaran itu Sempurna

Nabi juga merupakan wadah yang sempurna untuk ilmu Tuhan. Sebagai wadah nabi haruslah suci  dan sempurna, agar ilmu Tuhan di serap dengan Utuh. kesempurnaan Nabi adalah kesempurnaan karena yang lain (karena  Tuhan).

Kesempurnaan Nabi, berhubungan dengan batin (Rohani). Bukan berkaitan dengan Fisik. Kalau soal fisik bukan kesempurnaan tapi kelengkapan. Misalnya ada orang cacat. Itu bukan di katakan tak sempurna, tapi tak lengkap.

Kata guru ku. Kesempurnaan dirinya itulah yang mengejawantah pada sikap dan perbuatanya.

Nabi Muhammad adalah prototipe dari kesempurnaan dan kesucian. Beliau adalah fakta akan kesempurnaan, yang dengannya menjadi contoh untuk manusia agar dapat menjadi manusia yang hanif (lurus dan betul)

***

Guruku melanjutkan cerita: Suatu hari Nabi SAW hendak pergi ke masjid, melewati jalan yang merupakan akses satu-satunya untuk menuju masjid. Ketika melawati jalan itu, Nabi  dilempari kotoran oleh seorang pemuda yang biasa duduk di gang jalan. Bukan hanya itu, beliau pun mendapat hinaan dan cacian. Entah apa penyebabnya?

Namun, Nabi tidak pernah  sekalipun membalasnya atau mengeluh.
Justru Nabi mendoakan agar pemuda itu sadar.

Suatu ketika Nabi melewati jalan yang sama. Akan tetapi, Nabi tak menemukan pemuda itu lagi. Ternyata Nabi mendapat kabar bahwa pemuda itu sedang sakit. 

Meski mendapat perlakuan kasar, Nabi tak segan-segan menjenguknya, membawakan makan dan obat-obatan . Akhirnya, orang tersebut merasa malu karena ternyata orang yang selalu dikerjainya tersebut mempunyai sifat baik dan tidak dendam sedikitpun.

Bukan hanya itu, suatu ketika Nabi pernah diminta “Wahai Rasulullah doakan kecelakaan/kebinasaan untuk kaum musrikin ” kata beliau: “Sungguh aku tak di utus sebagai pelaknat, aku di utus sebagai Rahmat. (HR. Muslim no. 2599).

Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr,  juga mengisahkan keteladanan Nabi. Di kisahkan  bahwa pada saat itu Rasulullah Saw meminta minum kepada seorang Yahudi. Kemudian Yahudi tersebut memberikan minumnya kepada Rasulullah Saw.

Melihat kebaikan seorang Yahudi kepadanya, Rasulullah Saw tak lantas acuh dan berlalu begitu saja meninggalkan Yahudi tersebut. Dengan sikapnya yang indah, Rasulullah mendoakan orang Yahudi tersebut, “Jamalakallah!” (semoga Allah memperindah dirimu). 

Kata guru saya. Kalau menceritakan seluruh keteladanan Nabi, tak akan ada habisnya. Saya membayangkan jangan-jangan kisah keteladanan Nabi ketika di tuliskan lebih tebal dari Undang-Undang cipta kerja (omnibus law) hehhe. 

Dari beberapa cerita yang di kisahkan guru saya tersebut. Saya dapat menyimpulkan bahwa Nabi merupakan cerminan dari perbuatan Tuhan itu sendiri. Beliau merupakan manifestasi Tuhan, yang pada dirinya menjadi contoh bagi umat muslim. Sikap dan perbuatan menjadi teladan, dan semestinya di lakukan/ditiru oleh umat muslim.

Akhir kata:  Saya tak tahu bagaimana menuangkan lautan cintaku padamu. اللهم صل على محمد وآل محمد. Ya Rasullah, mungkin dengan  lagunya Bimbo bisa sedikit mewakili cintaku.

Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi

Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga

Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi

Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun