Katanya, Saking indahnya wajah Nabi. Ada seorang sahabat yang terpesona dengan keindahan wajahnya sampai bertanya ” Manakah yang lebih tampan, engkau atau yusuf? ” Nabi menjawab dengan tersenyum, “Yusuf lebih tampan, tapi aku lebih manis! “
Bukan hanya wajahnya yang menawan, menurut Guru ngaji saya. Nabi merupakan cerminan manusia paripurna (insan kamil). Walaupun dari segi fisik beliau sama seperti manusia biasa, yang makan, minum dan bisa juga terkena sakit. Tapi, secara ruhani, beliau suci dan sempurna, tak sama seperti manusia umumnya.
Walaupun kita sering mendengar orang mengucapkan, tak ada manusiawi sempurna. Guru saya mengatakan Nabi Muhammad merupakan contoh dari pada manusia sempurna. Mengapa? Sebab. Tuhan yang Maha sempurna harus mewujudkan seorang yang paripurna agar menjadi contoh sekaligus suri tauladan bagi manusia.
Guru saya memberikan contoh.
Seumpama Nabi itu selang. Ketika Tuhan (wujud sempurna) menyalurkan ilmu melalui selang( Nabi). Selang (Nabi) haruslah utuh, tak bolong, dan cacat. Agar ilmu Tuhan di serap dengan baik dan sempurna. Sehingga ketika menjadi ajaran. Ajaran itu Sempurna
Nabi juga merupakan wadah yang sempurna untuk ilmu Tuhan. Sebagai wadah nabi haruslah suci dan sempurna, agar ilmu Tuhan di serap dengan Utuh. kesempurnaan Nabi adalah kesempurnaan karena yang lain (karena Tuhan).
Kesempurnaan Nabi, berhubungan dengan batin (Rohani). Bukan berkaitan dengan Fisik. Kalau soal fisik bukan kesempurnaan tapi kelengkapan. Misalnya ada orang cacat. Itu bukan di katakan tak sempurna, tapi tak lengkap.
Kata guru ku. Kesempurnaan dirinya itulah yang mengejawantah pada sikap dan perbuatanya.
Nabi Muhammad adalah prototipe dari kesempurnaan dan kesucian. Beliau adalah fakta akan kesempurnaan, yang dengannya menjadi contoh untuk manusia agar dapat menjadi manusia yang hanif (lurus dan betul)
***
Guruku melanjutkan cerita: Suatu hari Nabi SAW hendak pergi ke masjid, melewati jalan yang merupakan akses satu-satunya untuk menuju masjid. Ketika melawati jalan itu, Nabi dilempari kotoran oleh seorang pemuda yang biasa duduk di gang jalan. Bukan hanya itu, beliau pun mendapat hinaan dan cacian. Entah apa penyebabnya?
Namun, Nabi tidak pernah sekalipun membalasnya atau mengeluh.
Justru Nabi mendoakan agar pemuda itu sadar.