Suatu ketika Nabi melewati jalan yang sama. Akan tetapi, Nabi tak menemukan pemuda itu lagi. Ternyata Nabi mendapat kabar bahwa pemuda itu sedang sakit.
Meski mendapat perlakuan kasar, Nabi tak segan-segan menjenguknya, membawakan makan dan obat-obatan . Akhirnya, orang tersebut merasa malu karena ternyata orang yang selalu dikerjainya tersebut mempunyai sifat baik dan tidak dendam sedikitpun.
Bukan hanya itu, suatu ketika Nabi pernah diminta “Wahai Rasulullah doakan kecelakaan/kebinasaan untuk kaum musrikin ” kata beliau: “Sungguh aku tak di utus sebagai pelaknat, aku di utus sebagai Rahmat. (HR. Muslim no. 2599).
Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr, juga mengisahkan keteladanan Nabi. Di kisahkan bahwa pada saat itu Rasulullah Saw meminta minum kepada seorang Yahudi. Kemudian Yahudi tersebut memberikan minumnya kepada Rasulullah Saw.
Melihat kebaikan seorang Yahudi kepadanya, Rasulullah Saw tak lantas acuh dan berlalu begitu saja meninggalkan Yahudi tersebut. Dengan sikapnya yang indah, Rasulullah mendoakan orang Yahudi tersebut, “Jamalakallah!” (semoga Allah memperindah dirimu).
Kata guru saya. Kalau menceritakan seluruh keteladanan Nabi, tak akan ada habisnya. Saya membayangkan jangan-jangan kisah keteladanan Nabi ketika di tuliskan lebih tebal dari Undang-Undang cipta kerja (omnibus law) hehhe.
Dari beberapa cerita yang di kisahkan guru saya tersebut. Saya dapat menyimpulkan bahwa Nabi merupakan cerminan dari perbuatan Tuhan itu sendiri. Beliau merupakan manifestasi Tuhan, yang pada dirinya menjadi contoh bagi umat muslim. Sikap dan perbuatan menjadi teladan, dan semestinya di lakukan/ditiru oleh umat muslim.
Akhir kata: Saya tak tahu bagaimana menuangkan lautan cintaku padamu. اللهم صل على محمد وآل محمد. Ya Rasullah, mungkin dengan lagunya Bimbo bisa sedikit mewakili cintaku.
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga