Sea Games ke XXVIII, 2015- Singapura masih berlangsung sampai dengan hari ini. Tapi, ada satu nama yang ramai dibicarakan. Dialah atlet voli putri dari Indonesia: April Santini Manganang. April Santini Mangaang yang lahir di Sulawesi Utara pada 27 April 1992 tersebut memang terlihat sangat macho, apalagi ia juga punya pukulan-pukulan keras di lapangan.
gambar diambil dari sini
Nama April Santini Manganang ramai dibicarakan bukan hanya karena smash-nya yang tajam dan keras, atau karena lompatannya yang tinggi hingga bisa mengantarkan tim voli Indonesia mengalahkan Filipina 3-0. Prestasi perempuan yang sebelum terjun menjadi atlet voli pernah menjadi seorang sprinter di dunia atletik ini, ramai karena Filipina mempertanyakan perihal jenis kelamin April.
Pelatih tim Filipina, Roger Goyareb, berkomentar bahwa stamina Aprilia bagai menempatkan seorang pria di divisi wanita. Hal inilah yang mendorong Filipina untuk meminta dilakukan uji kelamin terhadap Aprilia (sumber)
Itu sebabnya Filipina meminta untuk dilakukan tes jenis kelamin.
Tentu saja April tidak keberatan dengan semua tes tentang kejelasan jenis kelamin tersebut karena April memang merasa bahwa dia terlahir sebagai perempuan. Perihal tubuhnya yang "macho", April pasrah dengan pandangan orang lain, meski sedikit jengah dan khawatir karena dunia atlet adalah sumber mata pencahariannya dalam menjadi tulang punggung keluarganya.
"Sudah sering sih diragukan sama orang-orang. Bahkan beberapa kali saya harus menjalani tes feminitas. Seperti tahun 2005 saat sprinter, lalu sebelum masuk voli di voli Bandung juga pernah, dan SEA Games Myanmar, sudah banyak banget kali jadi sudah biasa," ungkap April.(dikutip dari sini: Curhatan Aprilia Manganang, Pemain Voli Indonesia yang Juga Gemari Lionel Messi).
Namun Singapore SEA Games Organising Committee menolak permintaan itu setelah mengkaji dokumen yang dikumpulkan tim voli Indonesia. April tetap diperbolehkan tampil bersama tim Indonesia sepanjang SEA Games 2015. Dalam hal ini, SEOC percaya pada verifikasi data para pemain yang sudah dilakukan oleh Indonesia sebelumnya.
Apa Itu Uji Jenis Kelamin?
Seorang pria dan wanita itu sebenarnya jelas sekali terlihat dari bentuk tubuh dan perilakunya. Wanita, umumnya bertubuh berliku dan memiliki payudara (bahkan meski amat kecil dan mungil sekalipun, payudara seorang wanita tetap akan terlihat). Mereka juga memiliki pinggang dan pinggul yang khas, yang berbeda dengan pria. Para pria, ditandai dari suara yang besar, dada yang bidang dan tegap serta tidak memiliki payudara. Itulah ciri khusus yang ditandai oleh orang banyak untuk membedakan pria dan wanita.
Tapi, jaman sekarang, di mana kekacauan hormon sering terjadi akibat dari mengonsumsi makanan yang "aneh-aneh" atau yang beraneka ragam, perlahan perbedaan fisik antara pria dan wanita terkadang menjadi samar. Dan di dunia olahraga, hal ini menjadi kian menjadi. Para atlet, sudah umum melakukan beban latihan olahraga fisik dalam kesehariannya. Mereka juga mengonsumsi aneka menu makanan yang menguatkan otot mereka. Itu sebabnya, terkadang bentuk fisik wanita dan pria "pada umumnya" menjadi tersamar pada beberapa atlet. Untuk itulah dilakukan serangkaian tes pada seorang atlet ketika seorang atlet memutuskan untuk bergabung dengan tim salah satu cabang olahraga.
Tes yang harus dijalankan sangat lengkap. Tidak hanya melihat fisik jenis kelaminnya saja (ini jelas; para atlet cabang olahraga, selain menuliskan apa jenis kelamin mereka di lembar formulir pendaftaran juga akan "dilihat dan diperiksa" oleh dokter apakah mereka memang berjenis kelamin tersebut).
Bukan hanya bentuk fisik alat vitalnya saja yang dilihat, tapi setelah itu, para atlet menjalani serangkaian tes yang dijalankan oleh dokter, ilmuwan, ahli kandungan dan psikolog.
Apa saja misalnya tes tersebut:
- Berapa kandungan hormon testoteron dalam tubuh atlet tersebut.
- Apa kecenderungan psikolog dari atlet tersebut terhadap jenis kelamin yang diidapnya.
- Pemeriksaan apakah ada kelamin ganda yang tersembunyi di dalam alat vital dan sekitarnya terhadap atlet tersebut.
Kurang lebih itulah tahap-tahap prosedur pemeriksaan uji alat kelamin seorang atlet (*dari berbagai sumber)
Tidak Sendiri
Sebenarnya April tidak sendiri dalam hal ini. Sebelum kejadian protesnya Filipina, di dunia olahraga memang sering terjadi kontroversi serupa. Mungkin, berangkat dari sering terjadinya keraguan yang kontroversial terhadap jenis kelamin seorang atlet tersebutlah maka sekarang pemeriksaan untuk kejelasan uji alat kelamin seseorang diperketat. Untuk hasilnya, dikembalikan pada si atlet dan manajemennya kembali, apakah ingin diumumkan ataukah tidak.
Berikut adalah mereka yang diragukan gandernya di cabang olahraga:
Atlet dari dalam negeri:
1. Sukarnah.
Atlet perempuan Indonesia yang pernah merebut medali perunggu dalam cabang lempar lembing putri di Asian Games ke-3 di Tokyo, tahun 1958. Dia pernah menikah dua kali dengan lelaki. Jadi seharusnya, keperempuanannya tidak perlu lagi diragukan. Tapi, yang mengejutkan adalah, sekarang, di usianya yang sudah kepala 6, dia ternyata sudah berubah jenis kelaminnya menjadi lelaki dan hidup sebagai seorang petani. Namanya pun sudah berganti menjadi Iwan Setiawan.
Sukarnah kini menjadi buruh tani musiman di Kampung Noong, Desa Sukahurip, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dengan kehidupan yang memprihatinkan. Sukarnah atau Iwan menuturkan, perubahan fisiknya terjadi pada saat ziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Saat itu, dia bermalam di sana. Sekitar pukul 24.00 atau tengah malam, ia mimpi bertemu Bung Karno. Sejak itulah terjadi perubahan fisik pada dirinya, dari seorang wanita menjadi pria yang normal. (sumber)
2. Voni Noviana.
Voni Noviana, diragukan jenis kelaminnya. Peristiwa itu bermula dari usai final 400 meter putri yang berlangsung di Lintasan Atletik Brawijaya, Minggu (17/7) petang. Saat itu, Voni Noviana menyentuh garis finis pertama dengan mencatat waktu 61,67 detik. Meski belum memecahkan rekor nasional, limit waktu cukup mengagumkan di level event regional seperti Porprov ini. Namun sejumlah ofisial daerah lain merasa curiga setelah melihat dengan seksama penampilan Voni yang sekilas kelihatan tomboi. “Selain kelihatan tomboi setelah saya perhatikan juga memang kelihatan seperti muncul jakun tanda yang biasa dimiliki pria,” cerita Edy Minarto, technical deligate cabor atletik. Pandangan sama juga diungkapkan beberapa ofisial dari daerah lainnya. Akhirnya acara pengalungan medali dibatalkan lebih dulu karena Kota Malang mengajukan protes dan mempertanyakan kejelasan kelamin Voni Noviana. “Sesuai aturan kami terpaksa menghentikan dulu pengalungan medali karena ada protes,“ lanjut Edy. Berdasarkan standar aturan International Association of Athletic Federations (IAAF), lanjut Edy Minarto, panitia pelaksana memanggil dokter baik dari tim medis maupun dokter dari rumah sakit Surabaya. “Sebelum dokter datang, hakim di lapangan juga saya suruh ajak ngomong Voni, katanya suaranya memang lebih mirip pria,“ ungkapnya. Setelah dokter tiba di lokasi, Voni justru menolak untuk diperiksa dokter dan lari ke luar lapangan sambil menangis, “Karena tidak mau diperiksa oleh dokter yang juga perempuan, maka medali emas kita batalkan. Sampai sekarang kita belum bisa pastikan jenis kelaminnya yang asli,“ katanya. (sumber: Gagal Raih Medali Emas Gara-Gara Jenis Kelamin)
Atlet dari luar negeri:
1. Caster Semenya
Pelari Afrika Selatan meraih medali emas di cabang lari 800 meter putri pada World Championships 2009. Waktu yang dicatat 1: 55,45 di babak final. Lantaran catatan waktu yang mengagumkan itu, pertanyaan tentang jenis kelamin Semenya bermunculan.
The International Association of Athletics Federations atau Federasi Atletik Internasional menegaskan Semenya adalah seorang perempuan. Hasil tes gender tidak pernah secara resmi dirilis karena alasan privasi. Ia kembali meraih medali perak di World Championships 2011 dan Olimpiade 2012.
2. Dutee Chand
Atlet India berusia 19 tahun itu didiskualifikasi beberapa hari sebelum dimulainya Commonwealth Games di Glasgow, Skotlandia, pada Juli 2014. Penyebabnya, hasil tes yang diselenggarakan Federasi Atletik Internasional menunjukkan peningkatan hormon testosteron secara alami di dalam darahnya.
Sejak itu Chand tidak lagi diizinkan bertanding dan tengah mengurus banding ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga di Lausanne, Swiss. Tim hukumnya menilai keputusan itu diskriminatif dan cacat hukum lantaran tidak ada penilaian yang sama untuk atlet pria. "Ini sangat kejam. Tuhan menciptakan saya seperti ini. Saya tidak ingin mengubah apa pun dan saya juga tidak mau menyerah pada keadaan ini," ujar Chand kepada AFP pada 2014.
3. Santhi Soundarajan
Soundarajan memenangi medali perak lari jarak menengah di Asian Games Doha 2006. Namun ia gagal tes gender dan dipaksa mengembalikan medalinya serta dilarang bertanding.
Hasil tes, yang biasanya mencakup pemeriksaan kandungan, endokrin, psikologi, dan genetik, tidak dipublikasi. Namun beberapa laporan menyatakan Soundarajan mengalami sindrom insensitivitas androgen. Sindrom itu membuat karakter fisik seseorang wanita tapi kromosomnya laki-laki. Soundarajan mengalami depresi serius setelah dilarang bertanding. Surat kabar India melaporkan dia berupaya bunuh diri pada September 2007.
4. Stella Walsh
Walsh yang berasal dari Polandia mencetak banyak rekor termasuk merebut medali emas kategori 100 meter perempuan pada Olimpiade 1932 dalam 11,9 detik. Setelah pensiun dari karier olahraganya, ia menerima kewarganegaraan Amerika Serikat dan aktif dalam berbagai asosiasi olahraga Polandia di negeri Abang Sam.
Kontroversi muncul ketika Walsh tewas secara tragis pada 1980 dalam sebuah perampokan bersenjata. Hasil otopsi mengungkapkan dia menderita mosaicism. Kondisi itu berarti Walsh memiliki kromosom laki-laki dan perempuan dan memiliki alat kelamin laki-laki. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keabsahan medali yang dikumpulkannya.
Solusi yang Ditawarkan bagi Mereka
Kasus seseorang yang memiliki hormon ganda dalam tubuhnya atau seseorang yang memiliki alat kelamin ganda dalam tubuhnya itu memang ada. Islam sendiri menamakan kasus ini sebagai khuntsa.
Khuntsa ini berbeda dengan homoseksual. Karena khuntsa terjadi akibat seseorang memliki alat kelamin ganda (dan biasanya disertai dengan hormon yang juga ganda). Pada orang yang mengidap hal seperti ini maka mereka diperbolehkan untuk memilih jenis kelamin yang paling dominan dan melakukan operasi untuk membuang jenis kelamin yang paling sedikit hormon dan bentuknya. Sedangkan pada mereka yang berjenis kelamin normal, sempurna, tapi karena alasan ketidakpuasan lalu ingin mengganti alat kelaminnya maka Islam melarangnya.
Bagaimana untuk seorang atlet? Sebenarnya, ada nggak sih solusi yang ditawarkan pada atlet yang diragukan jenis kelaminnya tersebut?
Dari yang aku baca sih, ternyata beberapa solusi yang ditawarkan itu adalah:
- (pada kasus atlet atletik Semenya), Ditawarkan untuk disponsori jika dia ingin melakukan operasi ganti jenis kelamin.
- (pada kasus atlet Novi): jika saja dia tidak lari dari dokter yang ingin memeriksanya, ternyata dia juga ditawarkan untuk diberikan suntikan untuk mematikan hormon yang paling tidak dominan dalam tubuhnya tersebut.
- Mematikan hormon yang kurang dominan di dalam tubuh si atlet dengan cara menyuntikan sesuatu ke dalam tubuh si atlet. Jadi, misalnya atlet itu terbukti memiliki dua hormon lelaki dan perempuan yang sama dalam tubuhnya, maka hormon yang paling lemah bisa dimatikan. Tentu saja setelah si atlet setuju bahwa dia akan memilih untuk menjalani kehidupannya sesuai dengan jenis kelamin yang dia pilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H