4. Stella Walsh
Walsh yang berasal dari Polandia mencetak banyak rekor termasuk merebut medali emas kategori 100 meter perempuan pada Olimpiade 1932 dalam 11,9 detik. Setelah pensiun dari karier olahraganya, ia menerima kewarganegaraan Amerika Serikat dan aktif dalam berbagai asosiasi olahraga Polandia di negeri Abang Sam.
Kontroversi muncul ketika Walsh tewas secara tragis pada 1980 dalam sebuah perampokan bersenjata. Hasil otopsi mengungkapkan dia menderita mosaicism. Kondisi itu berarti Walsh memiliki kromosom laki-laki dan perempuan dan memiliki alat kelamin laki-laki. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keabsahan medali yang dikumpulkannya.
Â
Solusi yang Ditawarkan bagi Mereka
Kasus seseorang yang memiliki hormon ganda dalam tubuhnya atau seseorang yang memiliki alat kelamin ganda dalam tubuhnya itu memang ada. Islam sendiri menamakan kasus ini sebagai khuntsa.Â
Khuntsa ini berbeda dengan homoseksual. Karena khuntsa terjadi akibat seseorang memliki alat kelamin ganda (dan biasanya disertai dengan hormon yang juga ganda). Pada orang yang mengidap hal seperti ini maka mereka diperbolehkan untuk memilih jenis kelamin yang paling dominan dan melakukan operasi untuk membuang jenis kelamin yang paling sedikit hormon dan bentuknya. Sedangkan pada mereka yang berjenis kelamin normal, sempurna, tapi karena alasan ketidakpuasan lalu ingin mengganti alat kelaminnya maka Islam melarangnya.
Bagaimana untuk seorang atlet? Sebenarnya, ada nggak sih solusi yang ditawarkan pada atlet yang diragukan jenis kelaminnya tersebut?
Dari yang aku baca sih, ternyata beberapa solusi yang ditawarkan itu adalah:
- (pada kasus atlet atletik Semenya), Ditawarkan untuk disponsori jika dia ingin melakukan operasi ganti jenis kelamin.
- (pada kasus atlet Novi): jika saja dia tidak lari dari dokter yang ingin memeriksanya, ternyata dia juga ditawarkan untuk diberikan suntikan untuk mematikan hormon yang paling tidak dominan dalam tubuhnya tersebut.Â
- Mematikan hormon yang kurang dominan di dalam tubuh si atlet dengan cara menyuntikan sesuatu ke dalam tubuh si atlet. Jadi, misalnya atlet itu terbukti memiliki dua hormon lelaki dan perempuan yang sama dalam tubuhnya, maka hormon yang paling lemah bisa dimatikan. Tentu saja setelah si atlet setuju bahwa dia akan memilih untuk menjalani kehidupannya sesuai dengan jenis kelamin yang dia pilih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H