Tiba-tiba Alvin bangkit dari tempat duduknya, diambilnya hand bagnya, ia keluarkan kotak  merah kecil berbentuk mawar dari dalam hand bagnya. Dua telapak tanganku di tariknya, sekali lagi ia bertanya kepadaku," Maukah  Adelia menerima abang dengan segala kekurangan abang, maukah adelia menjadi  calon ibu dari anak-anak abang?" katanya dengan serius. Aku terdiam sejenak, dan ku jawab kembali dengan tersenyum , anggukan kecilku dan kedipan mataku sebagai  pertanda kesedianaku. Ia buka kotak merah berbentuk bunga, dikeluarkan isi dalam kotak merah itu,  seuntai kalung dengan liontin permata putih, Lalu ia pasangkan ke leherku. Aku berharap ini bukan mimpi. " Terimakasih abang," kataku lirih.
Kembali  abang memegang tanganku, " janji ya sayang, tunggu abang datang untuk melamarmu," kembali ia berucap. Aku pun hanya bisa mengangguk pelan. "Ayo, kita makan malam, bentar lagi kita ke bandara," katanya. Aku dan bang Alvin turun  ke restoran untuk makan malam bersama.
Selesai makan malam aku mengantar abang  sampai bandara, sebelum masuk untuk cek in, kembali abang memegang tanganku dan berkata," tetap pegang janji ya sayang, secepatnya abang kembali ke sini untuk melamarmu." Akupun menjawab," Insyallah  abang, Adel akan menjaga semua janji ini, hingga abang datang meminang Adel," jawabku meyakinkannya. Kemudian abangpun  berlalu menuju ruang cek in, sambil melangkah menuju ruang cek in ia melambaikan tangannya kepadaku, sebagai salam perpisahan untuk sementara.
Janji hatinya tetap kupegang, Â aku akan setia menunggunya, sampai ia datang untuk melamarku menjadi teman hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H