Mohon tunggu...
ADE SATRIANA
ADE SATRIANA Mohon Tunggu... Guru - Do the best and pray. God will take care of the rest

Tenaga pendidik SLBN 1 Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Hati

3 Desember 2020   23:02 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:10 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yok," ucapnya sambil merenggut telapak tanganku, dan mengajaku menuju restoran di bandara. Ia tahu aku masih merasa asing denganya, ia ingin membantuku memulihkan perasaan  gugup dan canggungku. Ia pun tidak mengijinkaku duduk berhadapan, ia memintaku duduk di sisinya, telapak tangannya masih menggenggam tanganku yang dingin.

Senyum lebar terlihat dibibirnya, sambil berkata, "Kenapa.., masih bingung.., tidak percaya ya dengan apa yang kamu lihat, iya ini aku  Alfin teman duetmu." ucapnya dengan senyum masih menghias bibirnya. Dengan perasaan  malu ku balas senyumnya. " Adel, mau pesan makanan dan minuman apa nih?' ucapnya sambil memandangku. "Terserah ikut aja?" kataku. " Koq terserah, baiklah aku pilihkan menunya ya," ucapnya dengan lembut.

Ku pandangi wajah Alvin dengan segenap rasaku, ku lihat seorang pria di depanku yang umurnya lebih tua dariku, ku perkirakan umurnya sekitar 30 tahunan gitulah, dan umurku masih 22 tahun, kalau ku pikir cukup jauh selisih umurku denganya. Hingga umurnya 30 tahun, ia  memilih untuk tetap hidup sendiri, kisah masa lalunya masih terus terbayang dalam hidupnya, tapi setelah mengenal  dan berkomunikasi dengan Adelia semua berubah, harapan untuk membina rumah tangga kembali muncul di pikirannya.

Lamunanku pun buyar ketika, seorang pelayan dengan membawa pesanan makanan menuju ke meja ku. "Suka ga dengan pilihan menu abang?"kata Alvin, sambil mengusap telapak tanganku dengan perlahan.  Kembali aku hanya menjawabnya dengan senyuman.

Sambil menikmati  hidangan yang ada, ia pun lebih banyak cerita dari pada aku, ia ingin mencairakan suasana, dengan cerita lucu dan guraunya, sampai akhirnya aku bisa menguasai perasaanku, aku pun sudah bisa menyesuikan diri denganya. Kamipun akhirnya bisa cerita mengalir seperti saat di telephon ataupun saat video call.

"Ayo temenin abang cari hotel tuk menginap ya," katanya sambil bangkit dari tempat duduknya.  "Tapi janji ya ga boleh nakal bila mau Adel temani," kataku sedikit mengancam. ' Iya, kalau ga kilaf,"katanya. "Iiisss...ga mau Adel antar kalau ga meyakinkan gitu," kataku mendesak agar ia setuju dengan permintaanku, " Iya...iya.... tapi ga janji ya," jawabnya lirih. Aku daratkan cubitanku ke pinggangnya, Ia pun mengaduh, dan pergi meninggalkanku, ia menuju kasir untuk melakukan transaksi  pembayar.

Aku bersamanya sudah sampai di hotel yang ia pilih, sebelum berangkat Alvin  sudah searching di google beberapa hotel yang ada di kotaku bahkan ia sudah booking, jadi aku lebih mudah membantunya untuk mengantar ke hotel pilihannya. "Hemm...  boleh juga ne hotel" katanya, pandanganya tidak lepas memandang sekeliling hotel sambil mengangguk-angguk. Alvin segera menuju meja resepsionis untuk cek in hotel.

Akupun menunggunya di lobby hotel, telah mendapat kunci ia menuju kamar untuk meletakan tas ranselnya. Tak berapa lama ia datang kembali ke lobby hotel untuk menemuiku. Ia duduk di sebelahku, lalu ia berkata," Adel, sekarang sudah melihat abang  yang sebenarnya, gimana menurut Adel, adakah dari diri abang  yang membuat Adel tidak suka?" Aku pun hanya bisa menjawab dengan senyuman kembali. Melihat aku hanya tersenyum ia pun tidak memaksaku untuk menjawab pertanyaan, ia lebih suka meneruskan dengan percakapan yang lain, ia tidak ingin melihatku gugut  atau takut padanya. Setelah cerita banyak hal, waktu sudah menujukkan pukul 17.00 wib.

 "Udah terlalu sore, Adel pamit dulu ya bang", kataku mohon diri. "Baiklah, tapi janji ya entar malam hubungi abang ya, dan besok pagi temani abang keliling melhat kotamu, janji ya!" katanya sambil ia memegang kedua telapak tanganku, dan matanya tak lepas dari pandangku. Ia pun tanpa permisi mengecup punggung tanganku, aku pun hanya diam membiarkan kecupan itu mendarat di tanganku.

Ia mengantarku sampai taksi yang akan mengantarkanku pulang, ia segera membukakan pintu teksi dan akupun segera masuk dalam taksi dan duduk. Sambil menutup pintu ia bilang, "janji jangan lupa ya," ucapnya. ' iya, jawabku singkat sambil tersenyum.

Sampai di rumah kulihat papa dan mama sudah pulang kerja, beliau duduk di teras sepertinya menungguku pulang. Aku pun langsung turun dan keluar dari taksi. Aku lansung menuju ke teras rumah." Gimana sudah ketemu kawanmu, kenapa tidak diajak menginap di rumah kita," tanya papaku. " Sudah Pa, ia menginap di hotel, karena ia juga ada janji ketemu dengan rekan bisnisnya." Jawabku sambil berlalu masuk ke dalam rumah. Takku lihat gelagat curiga dari sikap papa dan mamaku, karena sebelum kedatangannya sudah aku bilang kepapa, kalau  temanku bersama rekan kerjanya dari Batam ada urusan bisnis di sini dan sekalian ingin ketemu denganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun