"Maka, jangan heran jika kalian mengadakan survey kecil-kecilan secara random di sebuah sekolah SMA. Cobalah kalian tanya untuk menyebutkan sila pertama dari Pancasila, saya yakin kebanyakan mereka tak akan menjawab 'Ketuhanan Yang Maha Esa', melainkan sila lain selain nomor satu. Bahkan mungkin ada juga sebagian dari mereka yang tak tahu Pancasila itu apa. Oh... my God..."
Si plontos tersenyum sambil menepuk jidatnya yang putih.
"Di sanalah kualitas pendidikan Indonesia semakin bobrok, semua ini gara-gara senjata covid-19. Belum lagi masalah budaya, kita diharuskan untuk berdiam diri di rumah, padahal budaya masyarakat kita adalah berkumpul melalui berbagai kegiatan kampung seperti kerja bakti, ronda, dan lain-lain.Â
Adanya kebijakan itu mengakibatkan hilangnya rasa empati dan simpati karena berkurangnya intensitas waktu untuk bertemu."
Seluruh audiens bertepuk tangan membenarkan apa yang disampaikan si plontos. Ia telah memaparkan kehancuran akibat adanya senjata pemusnah terselubung berupa covid-19, kehancurannya meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya.
"Kita tahu bahwa yang menciptakan senjata ini bukan Amerika si pemangku negara adidaya saat ini. Mengapa? Di sana angka positif covid-19 terus membengkak. Tidak mungkin negara yang menciptakan sebuah virus ganas menggunakannya untuk menghacurkan negara itu sendiri.Â
Ada kemungkinan yang menciptakan virus itu adalah sebuah negara kecil penduduk dengan korban positif covid-19 yang minim, saking minimnya bisa dihitung dengan jari-jemari kita."
"Siapa itu?"
Salah satu audiens laki-laki berambut kribo bertanya penasaran.
"Hm... Tidak bisa saya sebutkan di sini karena terlalu sensitif. Lagi pula saya hanya bisa menduga tanpa bisa memberikan bukti kuat secara tertulis, maupun secara visual berupa foto dan video yang apabila prediksi saya salah bisa menyebabkan saya masuk ke dalam bui akibat pasal-pasal karet UU ITE dengan dalih ujaran kebencian, hoax, dan menimbulkan kericuhan..."
 "Di sini tidak ada yang merekam bang..."