Mengapa harus seperti itu? Ya, karena orang-orang di sini juga sepertiku. Berlomba-lomba mempercantik penjara agar nyaman. Semisal suatu saat ada sidak dari pusat, tinggal cari alasan walau tak masuk akal.
        "Saya obesitas pak, jadi butuh alat-alat olah raga di penjara."
        "Saya pingin jadi yotuber pak, jadi butuh kamera, laptop dan wifi di penjara."
        "Saya penggemar Real Madrid pak, jadi butuh televisi buat nonton La Liga."
        Mudah-mudahan dengan alasan seperti itu, orang-orang pusat memaklumi dan tidak akan menyita alat-alat pribadiku. Begitu banyak yang diajarkan seniorku, hingga aku hafal seluk-beluk penjara ini.
        "Suatu saat jika kamu harus masuk penjara tipikor enggak perlu khawatir, tempatnya nyaman. Semua bisa diatur, all is under control. Tapi sebisa mungkin kalo korupsi ya jangan sampai ketahuan, masak udah lama jadi politikus, gelapin uang ketahuan, apalagi cuma seuprit. Malu-maluin aja. "
        Seniorku terkekeh kecil. Aku sontak tertawa, menyetujui apa yang dia ucapkan. Terbukti, beberapa kali korupsi, baru kali ini aku gagal, gara-gara sedikit lengah. Andai waktu itu aku menjalankan semua rencana dengan sempurna, mungkin saat ini aku sedang menikmati uang bersama keluarga. Tak apa, suatu saat jika berkesempatan lagi, aku akan hati-hati agar tak masuk ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
        Saat sedang asyik termenung, di atas kasur, seseorang mengetuk pintu.
        "Bapak mau pesan sesuatu? Nanti saya bantu."
        Orang itu lalu memperkenalkan diri selama lima menit. Kesimpulannya orang itu adalah orang yang diceritakan seniorku. Tanpa pikir lama, aku segera memesan barang-barang pribadi yang kubutuhkan, diantaranya laptop, TV LED, dan aku juga minta dibuatkan ruangan khusus untuk karokean. Orang itu menyanggupi, asalkan aku bersedia memberi DP.
        Tak perlu menunggu lama, aku mengeluarkan uang sepuluh juta rupiah sebagai tanda jadi. Sisanya, aku beri setelah semua tersedia. Orang itu lalu pamit pergi dan berpesan: