Di padang rumput yang luas, seekor kerbau tampak kebingungan. Tubuhnya sesekali bergidik merasa tak nyaman akibat kutu-kutu yang menggigit di tubuhnya yang besar dan gemuk. Ekornya yang panjang tak mampu menghilangkan kutu-kutu itu, hanya bisa mengibas mereka sejenak. Hal itu terus dilakukan kerbau dari pagi hingga matahari hampir berada di tengah kepalanya.
      "Tolong... Tubuhku begitu gatal karena gigitan kutu-kutu. Adakah yang mau menolongku?"
      Kerbau merauang-raung gatal, berharap ada hewan lain yang mau menolongnya. Sayang, yang ada disana hanyalah seekor kura-kura dan marmut yang kebetulan lewat.
      "Kamu kanapa? Kok teriak-teriak minta tolong?" Tanya kura-kura, dan tak lama kemudian marmut mendekat.
      "Tubuhku gatal-gatal karena digigit kutu. Maukah kalian menolongku mengambil makhluk-makhluk kecil ini?"
      "Sebenarnya, aku sangat ingin menolongmu. Sayang aku tak bisa memanjat tubuhmu. Jangankan memanjat, untuk mengangkat tubuhku sendiri saja aku kelelahan." Ujar kura-kura mengeluh.
      "Mungkin aku bisa membantumu." Marmut mencoba memberi pertolongan.
      Alangkah senang hati kerbau, karena ada yang mau menolongnya setelah sekian lama menderita karena gatal. Dengan sigap marmut mencoba memanjat tubuh kerbau, sayang tubuh kerbau begitu licin, sehingga marmut terpeleset. Ia mencoba lagi, sayang tak berhasil. Karena terus-menerus gagal, marmut akhirnya menyerah.
      "Maaf kerbau. Tampaknya aku tak bisa menolongmu. Aku kesulitan memanjat tubuhmu yang besar."
      Alangkah malangnya kerbau. Dia begitu sedih karena teman-temannya yang baik hati tak mampu menolongnya. Dengan berat hati kura-kura dan marmut pamit melanjutkan perjalanan pulang karena sudah ditunggu oleh keluarga mereka.
      "Aduh... Siapa ya yang bisa menolongku?" Gumam kerbau dalam hati.
      Ketika mentari tepat berada di atas kepala kerbau, seekor burung jalak yang sedang kelaparan terbang melewati padang rumput. Dari pagi perutnya kosong belum diisi makanan apa pun.
"Alangkah laparnya aku." Ujarnya dalam hati.
Saat sedang asyik terbang mencari makan, burung jalak melihat kerbau sedang meraung-raung minta tolong, ia pun segera menghampirinya.
      "Hai kerbau, kenapa kamu meraung-raung minta tolong?"
      "Tubuhku begitu gatal karena kutu-kutu yang bersarang di tubuhku. Maukah kamu menolongku?"
      Burung jalak sejenak melihat tubuh kerbau. Memang benar, disana banyak kutu-kutu yang bersarang.
"Baik aku akan menolongmu. Kebetulan aku juga sedang lapar, akan kumakan semua kutu-kutu di tubuhmu."
Tak lama kemudian burung jalak mulai mematuk-matuk paruh di tubuh kerbau. Dia begitu cekatan melahap kutu-kutu di tubuh kerbau. Tak ada satu kutu pun yang luput dari jangkauannya. Semuanya habis dan tubuh kerbau kini bersih.
Kerbau tersenyum girang karena tak lagi gatal. Kini ia bisa beraktivitas seperti biasanya. Menghabiskan rumput di sana sambil menunggu sore hari.
"Terima kasih burung jalak, karena bantuanmu tubuhku tak lagi gatal."
"Terima kasih juga kerbau, karena kutu-kutu yang bersarang ditubuhmu, aku tak lagi kelaparan."
Kerbau menjadi sadar bahwa kutu-kutu itu bermanfaat bagi burung jalak. Ternyata, sesuatu yang tak bermanfaat bagi diri sendiri bisa berguna bagi makhluk lain. Mungkin pula sebaliknya, sesuatu yang kelihatannya bermanfaat bagi diri sendiri belum tentu bermanfaat bagi makhluk lain.
Burung jalak juga sadar bahwa membantu teman ternyata penting. Tidak ada satu makhluk di dunia ini yang bisa hidup sendiri dan tak membutuhkan bantuan teman. Ada kalanya kita kesusahan dan membutuhkan bantuannya. Begitu pula sebaliknya, mungkin suatu saat ketika teman kita kesusahan tentunya dia akan  membutuhkan bantuan kita. Intinya , hidup itu harus saling saling tolong-menolong dan menyayangi teman.
Saat burung jalak termenung, tiba-tiba kerbau memberikan penawaran.
"Jalak, seandainya tiap pagi kamu datang menemuiku untuk membersihkan kutu-kutu di tubuhku bagaimana? Dengan begitu tubuhku tak gatal, kamu pun bisa kenyang tanpa harus bersusah payah mencari makan ke tempat lain. Kita akan sama-sama diuntungkan."
"Usul bagus. Dengan senang hati, tiap pagi aku akan kemari. Memakan kutu-kutu di tubuhmu." Ujar burung jalak kegirangan.
Semenjak itu, tiap pagi burung jalak menuju ke padang rumput. Kerbau tak lagi berteriak-teriak minta tolong seperti dulu. Hidupnya tentram karena ada yang membersihkan tubuhnya.
Begitu pula dengan burung jalak, ia tak perlu kelaparan karena kesulitan mencari makan. Persahabatan kerbau dan burung jalak semakin rekat karena mereka tahu bahwa mereka adalah makhluk hidup yang tak mungkin hidup sendiri. Mereka juga hidup rukun layaknya saudara sendiri.
****
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H