Mohon tunggu...
Adam Sufi Ibrahim
Adam Sufi Ibrahim Mohon Tunggu... Editor - Siswa

Instagram : @adamsufii

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Dah Ma!" Sekarang Aku Tinggal Sendiri

26 Agustus 2017   21:34 Diperbarui: 26 Agustus 2017   21:47 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kini aku tidak punya siapa-siapa lagi,Kini aku hidup sendirian" pikir Rudi tersebut

Sebenarnya, ayahnya Rudi telah meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Saat itu ayahnya sedang mengendarai sepeda motor. Ayahnya menerobos lampu merah. Melihat hal itu. Seorang oknum polisi menembakkan peluru pistolnya tepat ke kepala ayahnya. Dan seketika itu juga sang ayah meninggal dunia. Kini oknum polisi yang menembakkan peluru pistolnya tanpa alasan yang kuat terjerat hukuman pidana 15 tahun penjara.

"Ayah,Ibu aku sangat mencintaimu. Kan ku ingat selalu nasihatmu"

Hari demi hari terus berlalu, sekarang Rudi adalah seorang pedagang koran, pekerjaan ini ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti kebutuhan makanan. Sayangnya. Semenjak kedua orang tuanya meninggal,si Rudi putus Sekolah. Ini dikarenakan Rudi tidak cukup uang untuk membayar sekolahnya. Lagipula. Waktu Rudi banyak yang terbuang untuk bekerja. Rudi tinggal di rumah sepeninggalan orang tuanya, rumah ini tidak begitu besar.

Shubuh buta anak ini sudah pergi ke agen koran langganannya, ia ambil koran-koran itu secukupnya.kemudian ia pergi kepersimpangan jalan tempat lampu lalu lintas. Ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Maka. Rudi mulai menawarkan koran-koran dagangannya kepada Orang-orang yang sedang berkendaraan. "Pak.. belilah koran saya.. baru saja terbit" kata Rudi. "berapakah harga koran itu nak?" jawab seorang supir mobil. "harganya murah saja.. cukup lima belas ribu rupiah per satu koran" kata Rudi. "yasudah... saya beli satu yang ini ya?.."

"baik pak. Terimakasih".

Demikianlah kegiatannya sehari-harinya. Ia bekerja dari pagi-pagi buta hingga malam. Setelah koran dagangannya habis terjual ia pulang kerumah untuk beristirahat. Dan esok harinya dia melakukan hal yang sama berulang-ulang.

Hingga pada suatu hari.Rudi sedang duduk beristirahat di sebuah bangku panjang yang terletak dipinggir jalan pada tengah hari. Karena kebetulan hari ini Rudi sangat lelah sekali. Disampingnya. duduklah seorang bergelar Profesor & Doktor yang sangat kaya sedang menaruh Koper disampingnya, ia tampak sedang berkomunikasi dengan rekannya melalui HP (Telepon genggam) miliknya. Tampak gerak geriknya sedang terburu-buru. Sebuah taxi lewat didepannya, iapun bergegas menaiki mobil taxi tersebut dengan terburu-buru sambil melangsungkan percakapannya di telepon bersama rekannya. Namun. Saking terburu-buru. Profesor-Doktor tersebut meninggalkan koper bawaannya di bangku tempat ia duduk tadi!. Melihat hal itu. Rudi pun berteriak memanggil Profesor-Doktor tersebut. Namun mobil taxi tersebut telah pergi jauh.

"Apakah sebaiknya kusimpan sementara dahulu sajakah koper ini?". "Tapi sebelumnya aku akan melihat terlebih dahulu isi dari koper ini" Gumam Rudi.

Rudipun membuka koper tersebut. Dan TERNYATA. Isi dari koper itu adalah sejumlah uang yang bernilai miliaran rupiah !!! . Melihat hal itu. Rudipun sangat terkejut. "akan kuapakan uang yang berjumlah banyak sekali ini?, jika ku pakai. Tentu aku menjadi orang kaya,kehidupanku menjadi layak dan segala sesuatu bisa kumiliki". Pikir Rudi

"Nak.. janganlah kamu pernah sesekalipun mengambil hal milik orang lain jika kamu tidak berhak,meskipun kamu sangat membutuhkannya". Rudi Teingat salah satu pesan dari ibunya saat ia masih hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun