Mohon tunggu...
Adam Aksara
Adam Aksara Mohon Tunggu... Arsitek - Penulis, kontraktor, praktisi Natural Way of Living ( NWL)

Berbagi itu indah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segala yang Terbaik Sudah Diberikan Tuhan, Apakah Engkau Sudah Biarkan Terjadi?

16 Januari 2022   11:42 Diperbarui: 16 Januari 2022   17:36 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alkisah adalah seorang pria yang berjuang membangun kehidupannya sendiri, bekerja keras untuk membeli setapak tanah dan membangun rumah di atasnya. Setiap kali pulang kerja, sedikit demi sedikit dia membangun sendiri rumahnya dengan impian yang indah untuk masa depan. Awalnya dia menginginkan rumah beton, tetapi karena tiada mampu, akhirnya dia memutuskan untuk membangun rumah kayu, tetapi pada kenyataan rumah terbaik yang mampu dibangunnya perlahan-lahan lebih mirip sebuah gubuk.

Pria yang mandi keringat itu menatap ke seberang rumahnya, sebuah rumah yang sangat megah dan besar, lengkap dengan kolam dan taman indahnya. "Suatu saat nanti, aku akan membangun rumah besar seperti itu," batinnya. "Betapa bahagianya saya jika aku memiliki rumah seperti itu."

Lalu dia melihat seorang gadis pekerja di rumah besar tersebut yang tersenyum padanya, dia mengenal wanita itu bertahun-tahun,maka ia pun balas melambaikan tangannya. "Dia gadis yang baik hati, dia akan menjadi seorang istri yang baik," batinnya. "Andaikan aku memiliki istri seperti dia."

"Hei kamu sialan, bawakan aku minuman!!!" teriak sebuah suara dari dalam rumah. Pria itu menggellengkan kepalanya, pasangannya adalah seorang pemabuk. Beberapa tahun lalu, atau mungkin puluhan tahun lalu, dia mencintai wanita itu, meski seluruh keluarganya melarangnya, karena wanita itu tidak baik. Akhirnya dia memutuskan untuk lari dari rumah, memutus hubungan dengan ayahnya demi wanita yang dicintainya ini atau mungkin keinginannya sendiri.

Pada awalnya semuanya baik-baik saja, tetapi wanita itu lama kelamaan dengan seluruh sifat buruknya sudah menggerogoti dirinya dan seluruh harta yang dimilikinya.  Dia mulai kecanduan, mabuk dan berjudi.

Pria itu pun membawa dua botol minuman ke dalam rumah melihat pasangannya dan akhirnya memutuskan untuk mabuk bersama, membuang kesedihan dalam hatinya. Awalnya dia tidak memiliki sifat pemarah, dan kasar, tetapi lama bersama pasangannya ini, sifatnya pun mulai berubah. Menjadi sama jeleknya.

Dalam mabuknya, ia melihat seorang pria memasuki rumahnya dan memukulinya dengan keras.

Saat dia tersadar, dia mendapati dirinya sedang berada di ruangan di rumah sakit dengan kepala dan tubuh yang dibalut. "Apa yang terjadi?" tanya pria itu menatap gadis pekerja di hadapannya.

"Seseorang masuk ke dalam rumahmu dan memukulimu, lalu melemparkan dirimu keluar dari rumah dalam keadaan bersimbah darah, aku melihat dari tempatku dan memanggil ambulans, karena tidak ada yang menemanimu, aku memutuskan untuk ikut menjagamu."

"Apa yang terjadi dengan pasanganku?" tanya pria itu.

Wajah gadis didepannya berubah dengan gugup dia berkata, "Saya ngak tahu apakah hal ini perlu saya ceritakan. Karena banyak orang di depan memintaku untuk menyampaikannya padamu."

"Ceritakanlah."

"Pria yang memukulimu itu adalah selingkuhan pasanganmu, selama bertahun-tahun, saat kamu pergi bekerja, pria itu datang pada pasanganmu. Dia menghidupi pria itu dari hasil kerjamu."

"..." pria itu terdiam lama.

"Di depan ruangan ada polisi, orang-orang bank dan juga dari beberapa agensi pinjaman. Kata mereka tanah dan rumahmu sudah menjadi milik pasanganmu dan selingkuhannya, dan pasanganmu meminjam banyak uang dari mereka dengan menggunakan namamu. Lalu mereka juga menuntutmu ke pengadilan karena memasuki rumah mereka tanpa ijin. Selingkuhan pasanganmu memukulimu dan menuntutmu dengan pernyataan kamu menganggu istrinya. Kamu akan dipenjara."

Dalam hening dan diam air mata pria itu mengalir perlahan. Seluruh perjuangan hidupnya kandas sudah, bahkan meninggalkan hutang dan masalah yang sangat mendalam.

"Adakah orang yang bisa kuhubungi untuk membantumu?" tanya gadis itu.

"Ayahku," jawab pria itu dengan bibir bergetar. Setelah puluhan tahun berselang, akhirnya dia menyerah. "Katakan pada Ayahku, anaknya membutuhkan dirinya. Ini alamatnya."

"Baiklah," kata gadis itu keluar dari kamar rumah sakit.

Pria itu hanya terdiam lama dengan pandangan kosong, hingga akhirnya seorang pria dewasa masuk dan memandang pria muda itu dengan tatapan lembut. "Apakah kamu baik-baik saja?"

"Ayah," kata pria itu memegang erat lengan pria dewasa tersebut dan menangis keras sekali. "Maafkan aku ayah, maafkan aku..."

Pria dewasa itu menepuk bahu pria muda itu dan berkata, "berhentilah menangis, aku akan membereskan semuanya untukmu. Istirahatlah dan pastikan dirimu cepat sembuh.."

Tangis pria muda itu semakin kuat dan memeluk pria dewasa itu. "Ayah.. ayah.. maafkan saya, seandainya saja saya tidak mengikuti keinginanku, hingga membencimu dan menjauhimu. Andai saja saya mendengarkan semua perkataanmu. Maafkan aku Ayah."

"Tenangkan dirimu, aku tidak pernah menyalahkan dirimu. Isitrahatlah, kamu sudah di tangan yang baik. Aku akan menangani semuanya untukmu. Apakah kamu bersedia untuk saya bantu?"

"Ya Ayah, bantulah aku yang lemah ini, aku akan hancur tanpa bantuanmu. Biarlah kehendakmu menjadi kehendaku, aku tidak akan pernah melawan lagi."

"Berisitrahatlah, serahkan semua beban dan masalahmu padaku. Aku sudah bertanya pada dokter, kamu harus direhabilitasi, terlalu banyak racun yang menggerogoti dirimu dan membuatmu kecanduan."

"Baik Ayah."

"Kamu juga harus membersihkan emosi-emosi negatif seperti kemarahan, kebencian, kesedihan dan lain sebagainya dari dalam hatimu. Karena emosi itu tidak baik untuk tubuhmu. Kamu sudah terlalu lama terekspos dengan emosi-emosi negatif itu. Doa buka hati dapat membantumu."

"Baik Ayah. Apapun kata Ayah akan kulakukan"

Setelah pria dewasa itu keluar dari kamarnya, untuk pertama kalinya bagi pria muda itu merasakan kelegaan, kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan. Untuk pertama kalinya juga dia dapat tidur dengan nyaman, merasa kembali ke saat dia kecil dan ayahnya selalu memastikan dirinya aman dari badai sebesar apapun.

Beberapa hari hingga beberapa bulan kedepannya, dia melakukan rehabilitasi di rumah sakit, memastikan tulang-tulangnya yang retak tersambung dengan baik, memastikan kecanduannya di bersihkan dari darahnya dan juga memastikan emosi negatif dalam dirinya seperti kemarahan dan kebencian dapat berganti dengan cahaya dan kasih Tuhan.

Selama itu juga gadis muda tersebut menemaninya.

"Mengapa kamu menemaniku?" tanya pria itu

"Ayahmu yang baik hati memintaku untuk menjagamu dan aku tidak keberatan." Senyum gadis itu manis dan polos.

Pria muda itu menggelengkan kepalanya, menghela nafasnya dalam-dalam. Tidak seperti dirinya yang sudah kotor dan hina, gadis ini benar-benar seperti malaikat, masih polos, baik hati dan bersedia melayani sesamanya dengan penuh kasih, sangat jauh dari pasangannya yang selalu mementingkan diri sendiri. Dia tidak akan pernah mendapatkan wanita sebaik ini meski apapun yang dilakukannya.

Pada hari keseluruhan dirinya sembuh, dimurnikan dan siap untuk kehidupan barunya, ayahnya menyuruh seorang supir untuk mengantarkan pria muda itu keluar dari rumah sakit untuk kembali kerumahnya.

Pria itu yakin ayahnya sudah menyelesaikan banyak masalah untuknya, dia tidak lagi peduli apa yang terjadi pada pasangannya dan selingkuhannya. Semua itu bagian dari masa lalu, yang terpenting adalah masa depannya. Dia tidak bisa mengorbankan masa depannya karena hantu dan rantai masa lalu. Termasuk rantai kemarahan atau kebencian maupun sakit hati, semuanya tidak lagi berarti, hanya ada kasih sayang di hatinya.

Saat mobilnya berhenti di rumahnya, dia melihat rumah kecil dari kayu, yang lebih mirip sebuah gubuk yang belum selesai, rumah itu kosong, dia akan memulai hidup baru tanpa masa lalu. Membangun rumah impiannya dengan mental dan sikap yang lebih baik. "Semuanya akan menjadi lebih baik." Bisik pria itu.

Tetapi mobil tersebut masih melaju memasuki rumah besar di depan rumah kayunya. Membuat pria muda itu kebingungan.

Keluar dari mobil di dalam halaman rumah mewah tersebut. Dia mendapati ayahnya sedang duduk di meja taman menatap ke arah rumah lamanya di seberang jalan. "Duduklah," kata ayahnya dengan lembut.

Pria itupun duduk di samping ayahnya.

"Aku ingin kamu tahu," kata pria dewasa itu. "Aku tahu kamu marah dan benci padaku saat aku melarangmu bersama wanita itu dan lari dari rumah menghindari kami orang tuamu."

Pria muda tertunduk perlahan karena begitulah perasaannya waktu itu.

"Tetapi aku, ayahmu. Yang membawamu ke dunia ini, membesarkanmu, melindungimu sejak engkau kecil, begitu banyak kasih sayangku kepadamu, dan kamu, meski apapun yang kamu lakukan, membenciku, marah padaku,  tidak akan mungkin bagimu untuk memutuskan rasa kasih sayang ini kepadamu. Aku akan menyayangimu selama-lamanya. Meski kamu suka atau tidak."

Pria muda itu tertunduk dan meneteskan air mata, jauh dalam dirinya dia tahu hanya orang tuanya yang benar-benar menyayanginya meski sehancur atau sekotor apapun dirinya. Oleh karena itulah dia memanggil ayahnya saat dalam kehancurannya.

"Saat kamu keluar dari rumah, " Lanjut pria dewasa itu. "Aku sudah mengetahui kemana kamu pergi dan apa yang kamu lakukan, selama bertahun-tahun aku terus melihat dirimu. Aku melihat kesedihanmu, aku melihat penderitaanmu, aku melihat semua rasa sakitmu. Tetapi aku tahu jika aku menghampirimu, kamu masih akan lari menjauh, kamu masih membenciku, tidak menerimaku. Aku hanya bisa membantumu dalam hening dan diam tanpa sepengetahuanmu."

Pria muda itu menyadari beberapa kali dalam hidupnya, saat dalam masalah besar tanpa jalan keluar, mendadak semuanya selesai begitu saja. Seseorang menyelesaikan masalahnya. "Terima kasih ayah," bisik pria muda itu lirih.

"Saat aku mengetahui, kamu hendak membangun rumah," katanya sambil melihat rumah kayu kecil dihadapannya. "Aku membeli tanah di tempat ini dan membangun rumah ini. Dengan sebuah harapan, saat kamu kembali nanti, ini akan menjadi rumahmu, yang kuberikan padamu. Dan aku terus menanti waktunya kamu untuk menempati rumahmu ini."

Pria muda itu menatap ayahnya dengan tidak percaya.

"Gadis muda yang menjaga tempat ini," kata Sang Ayah. "Adalah pasangan yang telah kupilihkan untukmu, dan dia sendiri juga bersedia untuk menjadi pasanganmu karena sesungguhnya juga dia mencintaimu dalam diam sebelum engkau lari. Dia pun ikut menanti dirimu kembali bersama tempat ini selama bertahun-tahun."

Pria muda itu melihat pada sang gadis yang tersenyum malu dan akhirnya memutuskan untuk lari ke dalam rumah.

"Saat engkau lari dari rumah di tengah malam, aku sedang menatap kepergianmu dari jendela. Saat kamu tidak mengetahui, aku sering menatapmu dari jendela rumah ini. Saat kamu terluka di rumah sakit, aku sedang berdiri di depan pintu masuk ruanganmu, menunggumu mengijinkan diriku memasuki kehidupanmu, untuk membantumu. Aku terus menanti bertahun-tahun untuk menyayangimu." Kata sang Ayah. "Dan saat kamu memanggil namaku, mengijinkan aku kembali memelukmu, betapa lega dan bahagianya hatiku ini. Engkau memberiku kesempatan untuk menyayangimu secara langsung."

"Ayah," kata sang anak dengan bibir bergetar.

"Anakku, ada begitu banyak kasih sayang dan kebahagiaan yang ingin kuberikan padamu. Janganlah engkau lari menjauh lagi. Sesungguhnya waktu yang terbaik untuk kamu menerima semua kebaikan ini adalah puluhan tahun lalu, tetapi waktu terbaik berikutnya adalah saat ini." Sang ayah menatap lembut pada sang anak, "Hanya ada kebaikan dan kasih sayang yang kuberikan padamu, tidak lainnya yang akan menyakitimu, engkau anakku, darah dagingku sendiri, hanya kebaikan dan kesempurnaan yang akan dan selamanya kuberikan padamu. Apakah engkau mempercayaiku melebihi keinginanmu dan harapanmu yang kadang membutakanmu?"

#SayangTuhanSelamanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun