"Ceritakanlah."
"Pria yang memukulimu itu adalah selingkuhan pasanganmu, selama bertahun-tahun, saat kamu pergi bekerja, pria itu datang pada pasanganmu. Dia menghidupi pria itu dari hasil kerjamu."
"..." pria itu terdiam lama.
"Di depan ruangan ada polisi, orang-orang bank dan juga dari beberapa agensi pinjaman. Kata mereka tanah dan rumahmu sudah menjadi milik pasanganmu dan selingkuhannya, dan pasanganmu meminjam banyak uang dari mereka dengan menggunakan namamu. Lalu mereka juga menuntutmu ke pengadilan karena memasuki rumah mereka tanpa ijin. Selingkuhan pasanganmu memukulimu dan menuntutmu dengan pernyataan kamu menganggu istrinya. Kamu akan dipenjara."
Dalam hening dan diam air mata pria itu mengalir perlahan. Seluruh perjuangan hidupnya kandas sudah, bahkan meninggalkan hutang dan masalah yang sangat mendalam.
"Adakah orang yang bisa kuhubungi untuk membantumu?" tanya gadis itu.
"Ayahku," jawab pria itu dengan bibir bergetar. Setelah puluhan tahun berselang, akhirnya dia menyerah. "Katakan pada Ayahku, anaknya membutuhkan dirinya. Ini alamatnya."
"Baiklah," kata gadis itu keluar dari kamar rumah sakit.
Pria itu hanya terdiam lama dengan pandangan kosong, hingga akhirnya seorang pria dewasa masuk dan memandang pria muda itu dengan tatapan lembut. "Apakah kamu baik-baik saja?"
"Ayah," kata pria itu memegang erat lengan pria dewasa tersebut dan menangis keras sekali. "Maafkan aku ayah, maafkan aku..."
Pria dewasa itu menepuk bahu pria muda itu dan berkata, "berhentilah menangis, aku akan membereskan semuanya untukmu. Istirahatlah dan pastikan dirimu cepat sembuh.."