Namun, bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, persoalan masuk sekolah bukan mengenai gengsi, akan tetapi kemampuan atau ketidakmampuan biaya pendidikan. Bahkan sudah menjadi pemandangan wajar, setiap tahun ajaran baru, Perusahaan Pegadaian menerima gadaian dari orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya berupa barang elektronik, perhiasan dan barang lainnya yang berharga.Â
Penerimaan siswa baru di sekolah negeri seharusnya membebaskan biaya bagi calon orangtua murid. Namun pada kenyataannya masih ada ditemukan pungutan liar dengan alasan uang ‘titipan’ agar si anak dapat masuk ke sekolah yang diinginkan (Nasution, 2008). Itu menandakan bahwa kasus tersebut menjadi kelemahan pendidikan di Indonesia untuk bersaing di ranah global. Dan tentunya ada beberapa kasus juga yang membuat negara kita kalah bersaing dengan ranah global di bidang pendidikan.
Berangkat dari asumsi bahwa kurang seriusnya perhatian pemerintah dalam mensejehterakan pendidikan Indonesia. Padahal kita tahu bahwa, pendidikan adalah gerbang dalam memulai peradaban, peradaban akan bangkit dan gemilang di tandai dengan seriusnya dalam pendidikan.Â
Dan tentunya, itu harus saling bekerja sama antara pemerintah sebagai jembatan masyarakat dan masyarakat sebagai penempuh pendidikan demi terciptanya peradaban yang gemilang. Dilihat dari kesenjangan pendidikan yang terjadi, dapat diketahui dalam ; sarana dan prasarana serta tenaga pengajar pendidikan.
1). Sarana dan Prasarana
Pendidikan bukan hanya berfokus kepada tenaga pengajar, serta murid sebagai berjalannya pembelajaran. Akan tetapi, itu juga harus di barengi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk menempuh pendidikan yang nyaman guna mewujudkan tujuan pembelajaran.Â
Sering terjadi perbedaan antara pendidikan di desa dan kota dalam sarana prasarana, dan itu juga sering di kabarkan lewat media masa seperti televisi, surat kabar, dan media sosial. Bahwa kondisi sekolah di pedesaan dan daerah terpencil masih jauh dari kata layak.Â
Misalnya kondisi bangunan yang rapuh bahkan hampir runtuh ditambah atap yang bocor disaat musin hujan sehingga kegiatan proses belajar mengajar sering terkandala. Persoalan sarana dan prasarana menjadi persoalan yang krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia (Nasution, 2008). Beragkat dari situ, menandakan bahwa mungkin pemerintah tidak memiliki akses untuk menempuh jaringan ke pedesaan di karenakan akses informasi yang kurang maksimal.Â
Tapi, seharusnya dengan kepiawaan teknologi pemerintah mampu mengakses daerah mana saja yang harus di perbaiki dan di rehab sarana dan prasarananya. Dengan begitu, kita bisa bekerjasama untuk membangun pendidikan yang maksimal dan menjadikan murid nyaman serta mampu berkembang juga bersaing di ranah global.
2). Masalah kurikulum
Manajemen pendidikan tentunya harus di butuhkan guna merancang dan mengevaluasi pendidikan yang harus di anyam oleh peserta didik. Dengan itu, di perlukannya kurikulum guna menyama ratakan pembelajaran sesuai harapan bangsa Indonesia.Â