Pasrah dengan hasil yang dapat ditebak hasilnya. Sedangkan aku hanya bisa berusaha sebaik yang aku bisa. Aku juga ingat ketika pengumuman pemenang, setelah nama seorang siswi dari SMPN 2 disebut sebagai juara ketiga dan disambut dengan riuh tepuk tangan, semua pun terdiam ketika namaku dipanggil sebagai juara kedua. Kediaman yang seolah dihimpun tanda tanya tentang apa yang terjadi saat itu.Â
Kediaman seolah tidak percaya posisi itu diisi oleh siswa yang entah dari mana yang mampu sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswa hebat lainnya. Aku hanya dapat mematung di depan. Tak tahu harus berbuat apa. Semua terlalu cepat untuk disadari sebagai kenyataan. Mewakili kabupaten di tingkat propinsi? Propinsi? Penerbangan pertama dalam hidupku.
Waktu pun berjalan. Kompetisi itu pun terlewati. Banyak pengalaman yang tidak mungkin aku lupakan. Waktu yang singkat membuat kami akrab satu sama lain. Ada terasa hawa yang berbeda dan semangat yang membakar jiwa ini untuk berusaha maksimal. Berusaha dengan seluruh kemampuanku. Berkompetisi dengan orang lain yang tidak pernah aku tahu sebelumnya. Aku pasti bisa. Itulah semangat yang membakar diriku. Semangat yang timbul karena sekolahku. Guruku. Temanku. Keadaanku. Walaupun pada akhirnya hanya berakhir pada posisi tujuh propinsi, tetapi semangat untuk mengikuti kompetisi yang sama di tingkat selanjutnya menjadi modalku ke depan.
Dan hasil itu menjadi yang pertama dan terakhirku di SMP. Doa kecil yang dikabulkan oleh Tuhan. Aku tersadar betapa semangat juang yang aku miliki berasal dari sekolah swasta yang aku jalani saat itu. Sekolah yang dulu tak pernah aku harapkan. Semua peristiwa itu membawaku pada semangat untuk terus berjuang. Berbuat lebih baik dari orang lain. Lebih keras dari orang lain. Untuk satu tujuan, menunjukkan bahwa siswa dari mana pun mampu berprestasi sekalipun hanya berasal dari sekolah pinggiran.
***
"Baik-baik di SMA" pesan seorang guru pada kami.
Itulah sepenggal ucapan yang dapat aku ingat ketika kelulusan itu tiba. Tanda bahwa status sebagai siswa SMP telah berakhir. Tanda bahwa tiga tahun itu telah berakhir dan akan diawali dengan status dan tiga tahun yang baru. SMA.
Yah. Masaku. Drama kehidupanku sebagai siswa SMP telah berakhir. Perjuanganku harus tetap berlanjut. Demi hari esok. Aku pasti bisa. Tantangan apapun di depan pasti bisa. Aku mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana ending dari drama cerita SMA atau drama kehidupanku setelah kedepan, tetapi yang aku tahu aku harus terus berjuang. Itulah yang aku pelajari dari sekolahku itu.
Status sekolah yang biasa. Guru yang mendukung. Teman yang senasib. Kondisi yang terbatas. Semua itu akan selalu mengingatku bahwa masih ada harapan untuk orang sepertiku. Karena semangat juang itu telah mereka tertanam dalam jiwaku. Semangat untuk bangkit dari keterbatasan dan berdiri tegak menantang hari esok. Aku jadi ingat keraguanku ketika masuk dulu. Kini semua terjawab. Mungkin inilah yang ingin Tuhan tunjukkan padaku. Menunjukkan padaku untuk melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dan sabar untuk menunggu dan melihat sesuatu secara utuh sebelum aku menilainya.
Terkadang kita perlu sesuatu yang membangunkan diri kita dari tidur yang panjang dan berani mencoba hal yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Ibuku pernah berkata bahwa warisan yang bisa beliau berikan untukku hanyalah pendidikan hingga SMA. Itu saja. Jika aku ingin kuliah aku harus memiliki prestasi yang dapat mengantarkan aku untuk mendapatkan beasiswa. Aku masih memiliki pekerjaan di SMA. Hal yang tidak mudah, bukan? Akan tetapi, aku sudah siap untuk itu.
***