Sementara, menteri berkalung sekian bintang menimbang-nimbang
Senyum mengembang menilap segenap nurani
Mesin hitung berbau menyan dilemparkannya ke awang
Dimintanya malaikat menghitungkan berapa tumpuk bakal menghuni
Gudang penyimpanan ala kumpeni musti didirikan
Ini pagar kian rapuh oleh ulah angin bermata setan
Lidah berlapis emas, kedip bermuara kudapan
Ada apa di sebalik suara pemilu lalu
Anak cucu menangis tanpa jerit rintihan
Air mata sendirian menderai ingatan
Jangan lagi kaujual masa depan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!