10 Ramadhan, 00.30
Mata saya tak bisa terpejam lagi. Waktu imsak sahur masih 4 jam lagi di Ciampea Kabaupaten Bogor. Hari sudah memasuki 10 Ramadhan 1436 H. Ada agenda spesial yang sudah saya tunggu di pagi hari yang masih dingin ini. Saya akan menyapa tukang samapah dan pemulung di Kota Bogor bersama kawan-kawan komunitas dalam program Sebar Sahur Ramadhan (SABAR), program berbagi makanan sahur untuk tukang sapu dan tukang sampah.
01.30
Saya menembus dinginnya malam dengan motor Honda Karisma tua untuk sampai ke Air Mancur, kawasan nongkrong terkenal di Kota Bogor. Disana sudah menunggu kawan-kawan yang sudah siap menebar makanan sahur ke berbagai penjuru kota. Satu persatu teman-teman yang berasal dari Relawan Indonesia (Relindo) Kota Bogor berdatangan dan berkumpul di depan Masjid Al Hijri dekat kawasan Air Mancur. Saya agak terkejut ketika seorang relawan SABAR datang berdua dengan istrinya untuk ikut menyebar makanan sahur.
“Anak-anak saya tinggal dulu sebentar.”
Demikian jawab Pak Daryana, relawan yang mengendarai motor besar berdua sama istrinya tadi.
02.30
Logistik berupa nasi kotak sebanyak 100 box dan spanduk sudah siap. Pak Rudi, perwakilan dari Lembaga Amil Zakat Al Hakim Sucofindo dan Pak Iwan Suryawan dari Yayasan Senyum juga sudah ditempat. Kedua lembaga ini menjadi penyokong kegiatan SABAR selama Bulan Ramadhan 1436 H.
Setelah berbagi jalur untuk sebar makanan sahur, kami mulai, sebanyak 12 orang mulai bergerak. Kami mulai menyapa dan membagikan makanan sahur mulai dari pemulung dan tukang sampah yang ada di sekitar Air Mancur,. Pak Sanim, 55 tahun, tukang becak yang mangkal di kawasan Air Mancur sangat senang mendapat nasi kotak dari kami. Kemudian kami berjumpa dengan Pak Danum, 75 tahun, yang sudah 30 tahun menjalankan profesinya sebagai pemulung, untuk ikut bersalaman dan membagi makanan. Senangnya mereka menerima nasi box yang kami sodorkan.
Saya dan Tyo, salah satu relawan Relindo Kota Bogor, menyusuri jalaur yang disepakati. Dari Air Mancur kami menyisir Jalan Sudirman, jalan terlebar, terluas dan termulus di Kota Bogor sampai Jalan Juanda. Beberapa pemulung menjadi “klien” kami.
“Pak Sudah Sahur?”
“Belum, Pak.”
“Ini Pak, dari Relawan Indonesia, ada makan sahur buat Bapak.”
“Alhamdulillah. Terima kasih”
02.55.
Saya menghentikan motor saya tepat di Balai Kota. Sungguh pilu hati saya melihat dua orang pemulung tertidur tanpa alas tidur dan selimut di samping gerobak yang diparkir tepat di depan Kantor Balai Kota Bogor. Saya minta Tyo untuk menaruh saja makanannya di samping mereka tanpa membangunkan. Kasihan kalau harus mengganggu tidur mereka.
“Terima kasih ya Pak.”
Saya kaget dengan melihat kantong plastik besar yanga da disamping Bapak Pemulung yang diketahui bernama Adi berumur 36 tahun, itu bergerak-gerak. Di balik Kantong plastik besar ternyata berisi seseorang yang sedang tidur, dimana menjadikan kantong plastik sebagai selimut.
“Dia lagi sakit Pak.” Kata Pak Adi
Tentu saja dengan cepat Tyo menaruh satu box nasi untuk diberikan kepada Bapak yang berselimut kantong plastik, yang diketahui bernama Ramon berusia 50 tahun. Saya
03.15
Setelah berfoto dengan tim relawan dan sponsor kegiatan bersama para pemulung kami membuabarkan diri, kembali ke rumah masing-masing. Sebanyak 100 box ludes dibagi-bagi hanya dalam waktu setengah jam. Meski sempat diselimuti hati yang pilu, saya mendapatkan energi ruhiyah baru usai melakukan kegaiatan SABAR ini. Banyak saudara-saudara kita yang hidup penuh semangat, bekerja saat orang masih lelap tidur, untuk mengais rezeki dari jalan yang halal. Mereka bertahan hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Namun mereka tetap bersemangat dan memberikan penghargaan yang tinggi pada kita yang mau mengulurkan tangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H