Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sepenggal 'Derita' Korban Banjir Jakarta

31 Januari 2014   06:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_309325" align="aligncenter" width="512" caption="Kondisi genangan air yang masih meliputi pemukiman di Kelurahan Cipinang Raya Kec. Makassar Jakarta Timur, Kamis 30/1/2014 (dok. pribadi)"][/caption] "Kami sudah enam kali membersihkan rumah. Banjir datang lagi datang lagi. Entah hari ini ada kiriman lagi, gak?"

Ungkapan di atas terlontar dari warga RT 005 RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan Makassar Jakarta Timur kemarin siang (30/1/2014). Mereka baru saja usai membersihkan rumah dan perabotan  dari lumpur bekas banjir. Sambil duduk santai mereka dengan ramah melayani saya dan teman-teman dari Sekolah Alam Bogor yang mengunjungi area banjir di kawasan Kali Malang.

Banjir datang sejak pertengahan bulan Januari lalu. Warga menuturkan bahwa air masuk ke kawasan pemukiman mereka dengan sangat cepat saat mereka lelap tidur.

"Kira-kira pukul 04.00 pak, air tiba-tiba sudah masuk ke rumah. Sekitar 10 menit saja air sudah tinggi selutut. Itu lihat kasur dan bantal basah kemasukan air. Air ada setinggi dua meter "

Itulah ungkapan beberapa warga yang menggambarkan kejadian awal banjir yang melanda kawasan padat penduduk di kelurahan Cipinang Raya ini.  Sambil melihat bantal dan alat tidur yang basah dan kotor oleh lumpur banjir, saya menyimak cerita dan keluh kesah mereka.

[caption id="attachment_309326" align="aligncenter" width="512" caption="Bantal dan alat tidur yang masih basah dan kotor karena terkena air banjir berlumpur (dok. pribadi)"]

1391125390203166861
1391125390203166861
[/caption]
139112544346216183
139112544346216183
Di kawasan padat penduduk di dekat sempadan sungai Sunter dan di pinggiran Saluran Kali Malang, ini banyak penduduk yang terdampak banjir masih bertahan di rumah masing-masing. Padahal di dekat kampung mereka ada pengungsian yang sudah padat dihuni pengungsi yaitu di Posko Bencana Universitas Borobudur. Mereka yang tidak mengungsi biasanya bertahan di lantai dua rumahnya.

Posko Universitas Borobudur sudah hampir tiga pekan berdiri. Di posko yang pengungsinya menempati Masjid Raya Kampus ini, 'dihuni' sekitar 600 pengungsi yang berasal dari penduduk yang menghuni bantaran Sungai Sunter di kawasan Kalimalang. Di lokasi yang berseberangan dengan Saluran Kalimalang ini, berdiri pos lapangan berbagai lembaga  penanggulangan bencana pemerintah  dan lembaga kemanusiaan non pemerintah. Terlihat jelas BNPB dan TNI AD dari Kodim 0505 Jakarta Timur mendirikan posko dengan tenda besar. Disamping itu lembaga kemanusiaan Relawan Indonesia membantu ikut terjun membantu pengungsi dan manajemen posko pengungsi.

[caption id="attachment_309329" align="aligncenter" width="512" caption="Posko Bencana Banjir Universitas Borobudur Jakarta Timur"]

13911255451451798165
13911255451451798165
[/caption]

[caption id="attachment_309328" align="aligncenter" width="512" caption="Menyalurkan bantuan di Posko Banjir di Universitas Borobudur"]

13911254881124077808
13911254881124077808
[/caption] [caption id="attachment_309334" align="aligncenter" width="512" caption="Salah satu posko lapangan dari lembaga kemanusiaan Relawan Indonesia (dok. pribadi)"]
1391126133603142613
1391126133603142613
[/caption] Bantuan yang diterima korban baniir khususnya warga di RT 005 RW 04 di Kelurahan Cipinang Raya tidak sebanyak yang berada di Posko bencana.  Korban banjir yang tidak  mengungsi hanya mendapat bantuan sekedarnya dari posko kecil yang didirikan RW.  Posko Universitas Borobudur hanya menyalurkan bantuan pada pengungsi yang terdaftar di pengungsian, tidak sampai ke lokasi banjir.  Mereka berharap bantuan banjir bisa menjangkau daerah terdampak langsung bukan hanya di pengungsian. [caption id="attachment_309330" align="aligncenter" width="512" caption="Masjid Raya Universitas Borobudur yang didiami pengungsi (dok. pribadi)"]
1391125625699833683
1391125625699833683
[/caption]

Banjir di Jakarta menerbitkan sebuah fenomena kerepotan luar biasa kalau tidak dikatakan sebuah derita bagi korban yang terdampak banjir. Kerepotan luar biasa ini bisa saja disebut derita yang belum tahu ujungnya, karena curah hujan masih diprediksi tinggi pada akhir bulan Januari dan Bulan Februari 2014.

Beberapa 'penderitaan pengungsi' yang terekam khususnya di kawasan Kalimalang antara lain :

1. Bolak-balik membersihkan rumah dan perabot.

Warga di kawasan ini sudah enam kali bolak-balik mebersihkan lantai, dinding dan perabot rumah yang berlumpur. Tak lama dibersihkan, banjir kembali datang. Menurut mereka sudah lima kali air bercampur bolak-balik  'bertamu' ke rumah mereka. Membersihkan lumpur tentu saja butuh kerja ekstra. Disini kesabaran warga korban banjir teruji. Saya prihatin sekaligus salut dengan kesabaran mereka.

[caption id="attachment_309333" align="aligncenter" width="512" caption="Halaman rumah warga di Kelurahan Cipinang Melayu yang masih tertutup lumpur (dok. pribadi)"]

13911259841297875321
13911259841297875321
[/caption]

2. Listrik Padam

Menikmati kehidupan tanpa listrik menjadi 'penderitaan' yang harus dirasakan korban banjir. Warga yang terdampak banjir kali sunter harus menikmati pemadaman listrik dri PLN. Mereka bertahan di rumah yang bolak-balik tergenang air tanpa lampu dan aliran listrik. Ini akan menjadi hari-hari yang sulit karena listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat kota. Lagi-lagi warga harus meningkatkan stamina kesabarannya.

3.  Kendaraan Bermotor juga 'Mengungsi'

Tak hanya manusia yang harus diungsikan saat musim banjir datang. Warga yang memiliki sepeda motor dan mobil harus mengungsikan barang berharganya ini. Setidaknya pemandangan deretan mobil dan motor yang diparkir di pinggiran Saluran Kalimalang dan jembatan di depan Universitas Borobudur menjadi buktinya.

[caption id="attachment_309332" align="aligncenter" width="512" caption="Mobil yang juga "]

13911258431573900359
13911258431573900359
[/caption] 4.  Menjaga keselamatan barang ditengah luapan air

Salah satu alasan utama warga korban banjir yang tidak mengungsi adalah menjaga barang-barang di rumah mereka. Selama mereka masih punya tempat yang aman di sisi rumahnya, mereka akan bertahan untuk menjaga barang-barangnya dari kerusakan dan kehilangan meski pemukiman mereka didatangi banjir berkali-kali. Seorang warga bahkan ada yang membuat tenda di atap rumah tingkat yang belum jadi. Bagi mereka, bertahan di rumah lebih menenangkan daripada mengungsi tapi tidak tahu nasib rumah dan isinya. Sabar, sabar dan sabar itulah tempaan warga di saat banjir.

Ujian musibah yang bagi sebagian orang dipandang sebagai penderitaan, bisa saja memiliki hikmah sendiri. Saya sendiri masih melihat optimism hidup di mata warga korban. Mereka tidak menampakkan wajah sebagai orang-orang yang menderita. Dari wajah mereka  masih terbit cahaya semangat dann senyuman manis. [caption id="attachment_309331" align="aligncenter" width="512" caption="Warga RT 005 RW 04 Cipinang Melayu dan murid sekolah alam Bogor (memakai kerudung)(dok. pribadi)"]
13911257011709130921
13911257011709130921
[/caption]

Saya kemudian melihat pada anak-anak Sekolah Alam Bogor yang juga ikut menyalurkan bantuan dan menengok suasana pemukiman dan warganya yang menjadi korban banjir. Mereka nampak antusias. Mereka mendapat gambaran yang cukup tentang musibah banjir hari ini (30/1/2014). Usai tadi mereka menyalurkan bantuan ke posko pengungsian, mereka akhirnya juga merasakan 'derita' warga yang terkena musibah banjir. Semoga saya dan adik sekolah alam dapat mengambil hikmah dari perjalanan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun