Warga di kawasan ini sudah enam kali bolak-balik mebersihkan lantai, dinding dan perabot rumah yang berlumpur. Tak lama dibersihkan, banjir kembali datang. Menurut mereka sudah lima kali air bercampur bolak-balik  'bertamu' ke rumah mereka. Membersihkan lumpur tentu saja butuh kerja ekstra. Disini kesabaran warga korban banjir teruji. Saya prihatin sekaligus salut dengan kesabaran mereka.
[caption id="attachment_309333" align="aligncenter" width="512" caption="Halaman rumah warga di Kelurahan Cipinang Melayu yang masih tertutup lumpur (dok. pribadi)"]
2. Listrik Padam
Menikmati kehidupan tanpa listrik menjadi 'penderitaan' yang harus dirasakan korban banjir. Warga yang terdampak banjir kali sunter harus menikmati pemadaman listrik dri PLN. Mereka bertahan di rumah yang bolak-balik tergenang air tanpa lampu dan aliran listrik. Ini akan menjadi hari-hari yang sulit karena listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat kota. Lagi-lagi warga harus meningkatkan stamina kesabarannya.
3. Â Kendaraan Bermotor juga 'Mengungsi'
Tak hanya manusia yang harus diungsikan saat musim banjir datang. Warga yang memiliki sepeda motor dan mobil harus mengungsikan barang berharganya ini. Setidaknya pemandangan deretan mobil dan motor yang diparkir di pinggiran Saluran Kalimalang dan jembatan di depan Universitas Borobudur menjadi buktinya.
[caption id="attachment_309332" align="aligncenter" width="512" caption="Mobil yang juga "]
Salah satu alasan utama warga korban banjir yang tidak mengungsi adalah menjaga barang-barang di rumah mereka. Selama mereka masih punya tempat yang aman di sisi rumahnya, mereka akan bertahan untuk menjaga barang-barangnya dari kerusakan dan kehilangan meski pemukiman mereka didatangi banjir berkali-kali. Seorang warga bahkan ada yang membuat tenda di atap rumah tingkat yang belum jadi. Bagi mereka, bertahan di rumah lebih menenangkan daripada mengungsi tapi tidak tahu nasib rumah dan isinya. Sabar, sabar dan sabar itulah tempaan warga di saat banjir.
Ujian musibah yang bagi sebagian orang dipandang sebagai penderitaan, bisa saja memiliki hikmah sendiri. Saya sendiri masih melihat optimism hidup di mata warga korban. Mereka tidak menampakkan wajah sebagai orang-orang yang menderita. Dari wajah mereka masih terbit cahaya semangat dann senyuman manis. [caption id="attachment_309331" align="aligncenter" width="512" caption="Warga RT 005 RW 04 Cipinang Melayu dan murid sekolah alam Bogor (memakai kerudung)(dok. pribadi)"][/caption]13911257011709130921
Saya kemudian melihat pada anak-anak Sekolah Alam Bogor yang juga ikut menyalurkan bantuan dan menengok suasana pemukiman dan warganya yang menjadi korban banjir. Mereka nampak antusias. Mereka mendapat gambaran yang cukup tentang musibah banjir hari ini (30/1/2014). Usai tadi mereka menyalurkan bantuan ke posko pengungsian, mereka akhirnya juga merasakan 'derita' warga yang terkena musibah banjir. Semoga saya dan adik sekolah alam dapat mengambil hikmah dari perjalanan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H