Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagilah di KRL atau Hatimu Sudah Gelap

21 Maret 2012   06:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin (20/03/2012) saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Kompas.com. Ada apa ya? Kunjungan ini bukan kemauan saya. Ini karena saya dengan ‘terpaksa’ menjadi komuter kembali karena harus mengambil hadiah dari iB Blogshop Negeri 5 Menara ke ‘markas besar’ (mabes) kompasiana. Ini kali pertama saya berkunjung ke ‘Mabes’ kompasiana yang berada di komplek Gedung Kompas Gramedia, Jl Palmerah Selatan No. 22-28 Jakarta Barat.

Saya memutuskan untuk kembali menjalani perjalanan dengan KRL Jabodetabek. Kali ini saya naik Jalur Bogor Tanah Abang dan ini juga yang pertama saya alami. Biasanya saya menumpang jurusan Bogor – Jakarta Kota. Kali ini saya bersiap menghadapi kisah klasik yang biasa diceritakan banyak orang tentang KRL.

Persepsi tentang dunia ‘hitam’ KRL yang menyeramkan saya lupakan sejenak. Saya hanya mengingat akan hadiah yang akan dibawa pulang nanti berupa Smartphone Android seperti yang dijanjikan panitia Blogshop. Namun saya tetap waspada dengan barang bawaan saya agar setelah turun dari KRL semuanya dalam kondisi aman.

KRL komuter jurusan Bogor Tanah Abang mulai merayap meninggalkan Stasiun Bogor. Karena saya berangkat pukul 11.15, masih tersisa tempat duduk untuk saya. Saya yakin ini takkan bertahan lama. Saya prediksi hanya bisa duduk nyaman sekitar 10 menit, karena tantangan untuk berbagi segera datang.

Ternyata dugaan saya benar. Pintu KRL terbuka dan penumpang Ibu-ibu dan anak-anak dari Stasiun Cilebut masuk ke gerbong yang saya naiki. Tiga anak kecil berumur 5 – 8 tahun berada agak jauh di depan saya. Sementara tepat di depannya seorang anak muda berpenampilan perlente diam dan senyum-senyum sendiri. Saya pun merasa tidak enak duduk sementara tiga anak dan seorang ibu tergoncang-goncang tanpa pegangan.

[caption id="attachment_169944" align="aligncenter" width="336" caption="Bergelantungan di KRL, sudah biasa (dok. pribadi)"][/caption]

“Ibu, silahkan duduk.” Saya memberikan tempat duduk saya.

“Ibu turun dimana?” Tanya saya. “Di Tebet” Si Ibu menjawab datar.

Ternyata inisiatif saya diikuti oleh orang yang duduk sebelah saya dan dia juga memberikan tempat duduknya pada Ibu dan tiga orang anak itu. Saya juga memperhatikan ada penumpang lain yang jaraknya tiga meter dari saya memberikan tempat duduk pada pasangan muda yang membawa balita. Duh, sejuk hati saya melihat fenomena itu. Sementara saya agak kecut melihat anak muda perlente yang masih senyam-senyum tidak jelas dan duduk ‘anteng’ di hadapan wanita yang bergelantungan di tali pegangan.

[caption id="attachment_169945" align="aligncenter" width="448" caption="Tertidur atau cuek, ada ibu-ibu masih berdiri di depannya (dok. pribadi)"]

1332310316238816932
1332310316238816932
[/caption]

Saya pandangi pemuda ‘perlente itu’ dan apa yang terjadi? Seolah ia tahu maksud saya, akhirnya pemuda itu beranjak dari duduknya dan memberikan kursinya pada ibu separuh baya. Alhamdulillah, saya benar-benar lega. Sungguh suasana yang indah.

Setelah Si Ibu dan tiga orang anak itu turun, saya baru mendapat tempat duduk. Keindahan saling berbagi kemudian berlajut. Belum berselang lama, seorang lekaki tua menghampiri saya dan meminjam Koran yang saya baca. Tanpa saya sadari, ternyata Bapak tua ini ikut membaca Koran yang saya buka saat saya berdiri. Saya sodorkan koran tesebut dan mulailah perbincangan ringan tentang isi koran hingga masalah aktual saat ini. Perbincangan ini membuat kami merasa nyaman dan akhirnya saling bertukar nonor Handphone. Bapak tua kemudian menunjukkan jalan kemana arah yang harus saya tuju agar tiba di Gedung Kompas Gramedia. Terima kasih Pak Laban, nama Lelaki tua yang berjasa menunjukkan alamat mabes kompasiana.

Perjalanan berlanjut dengan Angkot 09 jurusan Tanah Abang Kebayoran. Sungguh beruntung saya hari ini. Abang sopir angkot sangat gaul dan ramah. Dia begitu ramah dan santun pada sesama penumpang. Setiap menerima uang dari penumpang dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Abang sopir 09 ini juga tenang dan sabar menghadapi penumpang yang membayar kurang. Tepat di depan Gedung Kompas Gramedia di Palmerah Barat saya diturunkan.

“Ini kembaliannya, Pak” kata sopir angkot yang ramah menyodorkan uang Rp. 2000,- pada saya dengan senyum manisnya. Keberuntungan yang tak terputus hari ini saya alami.

Alhamdulillah, hadiah Blogshop sudah ditangan. Saatnya pulang. Saya tidak kesulitan pulang karena setiap orang yang saya selalu memberi petunjuk yang benar dan tersenyum

“Jalur 5 jurusan Depok Bogor siap diberangkatkan.”

Bunyi pengumuman petugas pukul 15.30 di stasiun tanah Abang mengantar saya masuk ke KRL. Kali ini saya hanya dapat KRL ekonomi, karena KRL Komuter baru tiba pukul 17.00.

Lumayan dapat duduk. Saya celingukan, mana tahu ada orang jompo, ibu hamil atau anak balita yang masih berdiri. Tidak ada, aman. Saya pun duduk dengan tenang. Baru satu stasiun terlewati, saya ‘wajib’ berdiri lagi karena ada seorang ibu sudah tua berdiri di depan saya. Saat ibu itu berdiri, dia masih menyisihkan tempat duduk yang muat satu orang untuk ditawarkan pada seorang gadis yang sepertinya kelelahan.

“Duduklah, Dik.” Agak enggan akhirnya Gadis berkerudung yang berdiri di samping saya akhirnya duduk di celah tempat duduk yang sempit itu. Ya, berbagi dan berbagi lagi terus saya alami dalam waktu yang sangat singkat.

Puncak ketakjuban saya pada penumpang KRL tertuju pada gadis kecil berpakaian seragam SD. Gadis ini berdiri di depan Ibu dan adiknya sejak dari stasiun tanah Abang tanpa rasa lelah. Wajahnya ceria. Saya melihatnya tak pernah mau duduk ketika ada kursi kosong dan malah mempersilahkan orang lain duduk. Orang-orang yang di sekitarnya pun menyuruh agar ia duduk saja.

[caption id="attachment_169947" align="aligncenter" width="336" caption="Gadis kecil yang murah hati, didikan KRL? (dok. pribadi)"]

13323104061384871227
13323104061384871227
[/caption]

Akhirnya si gadis ceria itu duduk di samping Ibunya. Hanya satu stasiun terlewati, si Gadis Kecil itu berdiri lagi. Apa yang terjadi? Ternyata ia mempersilahkan seorang Ibu yang sedang hamil duduk di tempatnya. Saya pun tersenyum ,merasakan keindahan dunia di dalam KRL.

Ya, KRL yang dengan persepsi negatif yang ditujukan pada layanan dan penumpangnya, punya sisi keindahan. Bagi para komuter, KRL adalah bagian yang bisa membentuk karakter. Karakter berbagi secara spontan tumbuh dan berkembang subur di KRL. Tanpa perlu dibentak, mengamuk, caci maki dan kemarahan, para penumpang sudah tmemiliki aturan ‘adat’ yaitu Berbagilah pada yang lemah atau kalian dihantui rasa bersalah.

Dengan segala cap buruknya, KRL masih menyimpan mutiara. Mutiara itu bersinar di kegelapan perilaku manusia kota yang egois dan materialistik. Mutiara itu menampilkan keindahannya dikubangan pelanggar norma. Mutiara itu akan senantiasa ditemukan untuk menentramkan kaum lemah. Mutiara itu pelajaran hidup bagi orang-orang kalangan atas yang tak mampu menjaga moralitas dan integritasnya. Mutiara itu bernama keindahan saling berbagi.

Terima kasih penumpang KRL yang telah membuat saya bisa memandang keindahan dunia justru dari orang-orang kecil. Bukan dari pemimpin yang mempertontonkan tidakan tidak terpuji atau sebaliknya bila berbuat terpuji ingin dipuji setinggi-tingginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun