Pria itu mendapat pelajaran berharga dari ibu dan putrinya tadi. Ia sudah bekerja sangat keras sepanjang tahun tanpa cuti. Ia tak merasakan kehangatan dalam keluarganya. Hampir-hampir tak ada kata ”Sebentar” dalam hidupnya. Dia kini bertekad untuk tak melewatkan setiap pelangi yang terlukis di langit, menikmati keindahan bunga Iris di taman dan semua karunia yang diberikan-Nya.
Terkadang kita bergerak demikian cepat dalam menggapai cita-citah kita. Sayangnya, gerakan cepat itu hanya dilakukan oleh tubuh kita, tidak bersama iwa kita. Kita meninggalkan tubuh kita melesat mendahului jiwa kita. Akhirnya tubuh ini berjalan tanpa jiwa. Tubuh yang kehilangan jiwa tidak mampu menangkap keindahan karunia-Nya, tidak peka dengan nikmat yang ada di depan matanya dan sulit menangkap isyarat kebaikan dari alam sekitarnya.
Tidak perlu merasa bersalah untuk berhenti sejenak dan berpikir. Waktu yang rileks dan tenang akan berguna untuk melihat segala sesuatu menjadi lebih proporsional. Jangan tinggalkan jiwa kita, jangan matikan rasa kita dan berbagilah pelangi untuk orang-orang yang kita cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H