Mohon tunggu...
Achmad Sayuti Were
Achmad Sayuti Were Mohon Tunggu... -

menjadi orang jahat itu penting tapi tidak mendesak, namun lebih pentinya jadilah orang baik karena itu penting dan mendesak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arwah

22 Januari 2016   14:39 Diperbarui: 22 Januari 2016   16:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di alam penyaksian, di sebuah padang luas tak berujung yang kelabu para arwah ditanya oleh mahluk bergamis putih polos perihal perbuatan mereka didunia.

“Apakah dikehidupan kalian selama didunia telah berbuat sesuai dengan kehendak yang diajarkan Maha Kuasa” berkata mahluk bergamis putih polos pada arwah-arwah yang tengah berkumpul dipadang luas menuggu hisab dari tuhan.

“Telah kulakukan segala perintah Maha Kuasa selama hidupku didunia sesuai dengan jiwa botani yang diberikan maha kuasa padaku” arwah hijau menjawab.

“Kehidupan dunia ku telah kujalankan sebaik mungkin sesuai dengan kehendak jiwa hewaniku” jawab arwah biru.

“Sewaktu di dunia apakan wujud yang diberikan tuhan pada kalian” bertanya Malaikat.

Sambil mengangkat muka arwah biru menjawab” aku adalah seekor cacing yang bertugas mengurai daun busuk yang jatuh juga menjaga lahan gambut pulau Sumatera”

“Dan engkau arwah hijau”

“Aku adalah pohon Palem yang bertugas menyimpan air melalui akar dan menjaga lahan gambut sumatera agar tetap bertahan dengan daun-daun yang aku gugurkan”

Tiba-tiba arwah hitam dan merah muncul.

“Kalian siapa” tanya Mahluk bergamis putih polos.

“Aku adalah arwah asap dari segala api dan aku dipanggil Maha Kuasa untuk mempertanggung jawabkan  nasib hutan gambut pulau Sumatera beserta dampak yang aku akibatkan pada mahluk disekitarnya”

“Engkau?” sang malaikat melontarkan pertanyaan pada arwah merah.

“Aku adalah arwah api dari segala api yang ditugaskan didunia, aku dipanggil maha kuasa  guna mempertanggung jawabkan perbuatanku bersama asap yang menyebabkan lahan gambut sumatera terbakar” jawab arwah merah dengan saksama.

“Baiklah kita akan menuggu satu arwah lain yang akan datang”

Taklama berselang arwah putih datang dari kejauhan.

“Siapakah engkau”

“Aku adalah arwah manusia” jawab arwan putih.

Mendengar jawaban arwah putih, semua arwah menjadi dian dan dengan tatapan tajam mereka juruskan pada arwah putih tersebut.

“Kenapa gerangan engkau dipanggil” kata mahluk bergammis putih polos menyentak.

“Engkau pasti pembakar lahan gambut, yang menyebabkan kami dipanggil berkummpul” bantah arwah merah dengan nada tinggi.

“Memang dasar manusia tidak pernah memikirkan mahluk yang lain” sambung arwah hijau.

“Dengar, aku memang adalah arwah manusia namun aku tak pernah melakukan apa yang kalian tuduhkan padaku” jawab arwah putih.

“Jangan pernah mengengelak” kata arwan biru

“Untuk apa aku berbohong ini adalah alam penyaksian dan tidak ada tempat untuk berbohong, semua yang keluar dari diriku adalah murni dan tak ada satupun kebohongan”

“Jelaskan kenapa engkau dipanggil tuhan menghadap sedangkan engkau tak memiliki kesalahan”

“Di alam dunnia aku adalah seorang bayi yang menderita inspa akibat ulah asap yang membuat nyawaku harus melayang”

“Bukan maksudku menyiksamu didunia namun aku hanya menunaikan tugasku mendampinggi api”

“Akupun tak bisa berbuat banyak, aku sudah berusaha sekuat mungkin namun selayaknya aku setiap yang bisa aku makan aku pasti akan melahap sampai kedetail terkecil apalagi ini adalah lahan gambut” jawab arwah merah penuh penyesalan.

“Seharusnya air yang bertanggung jawab dalam masalah ini karena dia tidak menunaikan tugasnya dengan baik” berkata arwah hijau ”Ia hanya bersembunyi dikedalaman tanah dan balik raga para mahluk”

“Heyy... jangan berkata sembarangan” kata arwah bening memotong pembicaraan ”Aku sudah berusaha melalui tubuh setiap pohon yang ada dihutan sumatera, namun karena kekuatan api terlau besar sehingga aku tak bisa menahanya”

“Iya aku adalah saksinya, sewaktu kebakaran hutan melalui batang dan dedaunanku ia mencoba menahannya api namun ia tak berdaya” jawab arwah hijau.

“Kenapa engkau membesar membakar ranting dan batang pohon dan semak” bertanya mahluk bersgamis putih polos menyangsi.

“Diwilayah pulau sumatera sekarang lagi misim kemarau sehigga banyak dahan dan daun kering yang brserakan” jawab arwah merah dengan seksama.

“Apa penyebabnya sampai engkau membakar hutan sumatera” tanya malaikat sekali lagi.

“Awalnya aku disebarkan dengan sengaja oleh manusia di beberapa titik disamping perkebunan”

“Engkau bukan saja melahap pepohonan dan semak namun juga para binatang” berkata arwah biru.

“Aku hanya menjalankan tugasku sebgai api” jawab arwah merah.

“Iya aku adalah saksi bahwa api telah menjallankan tugasnya dengan saksama sebagaimana juga aku, disetiap perjalannya aku selalu bersamanya” terang arwah hitam

“Kami hanya menjalankan tugas masing-masing“ jawab para arwah secara bersamaan.

“Tuhan maha mengetahui segala yang dilakukan ciptaanya” mahluk bersgamis putih polos mengkalimat.

Mereka digiring kembali ke suatu tempat yang telah disediakan khusus yang dan dimasukkan kedalamnya selama bertahun-tahun selamanya sampai mereka melupakan berapa lama mereka berada di tempat itu.

***

Tiba-tiba gulita menyelimuti tempat mereka, guncangan besar melemparkan mereka pada hamparan putih yang menyerupai lapangan dimana kini rupa mereka kini telah berubah menjadi putih bersih berhadapan dengan cahaya yang takbisa ditatap walaupun kini mereka telah suci bersih dan dinyatakan  tidak bersalah namun mereka harus bersaksi untuk yang terakhir kalinya pada arwah yang menyerupai celeng dengan mulut  berlliur menyerupai anjing.

“Apakah ini adalah arwah celeng atau anjing” tanyah empat roh tadi pada malaikat

“Bukankan arwah binatang telah diwakilkan oleh cacing tanah” kata arwah yang lain

“Dia adalah arwah manusia yang akan mempertanggung jawabkan perlakuanya didunia” jawab malaikat menjawab penasaran para arwah

“Bersiaplah kita mulai perhitungan” kata malaikat memberikan perintah.

Para arwah berdiri membentuk barisan menunggu pertanyaan dari para malaikat.

Sleman, 17 Oktober 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun