Alasan lain yang mengurungkan saya menyuruhnya berhenti tentu adalah ekonomi keluarga. Untuk kebutuhan primer mungkin cukup, tapi bukannya mau kufur nikmat, tapi tidak ada yang tahu pasti kapan saya berhenti bekerja.Â
Melihat janda-janda yang ditinggal mati suaminya tanpa memiliki pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Mereka memulai dari nol segalanya, bagaimana nasib anak saya. Tentu hal seperti ini adalah ranah Tuhan, tapi apa salahnya berjaga-jaga
Mendaftar CPNS Kembali
Sejak merencanakan program anak kedua istri saya seakan bosan menjadi pegawai bank dengan jam kerja seperti itu. Dia berencana untuk mengikuti tes CPNS kembali, kali ini dengan alasan yang berbeda.Â
Kali ini alasannya ingin lebih banyak dengan keluarga. Bukan perihal jabatan, gaji dan sebagainya yang dimiliki oleh seorang PNS seperti kata mertua.
Harus saya akui PNS itu lebih "fleksibel" baik dari segi waktu dan pekerjaan. Dan sekarang dia tidak mengambil tes di luar kota, tetapi di kota domisili kami saat ini.
Saya sangat mendukung, terlebih mertua yang masih tersisa asa untuk anak-anaknya menjadi PNS seperti dirinya. Mendengar kabar anaknya mengikuti tes CPNS tentu luar biasa senang bagi mertua saya.
Tes CAT istri saya lolos memenuhi passing grade dengan nilai 331. Konon angka segitu cukup tinggi untuk masuk ke tahap berikutnya SKB melalui perangkingan.
Setelah satu bulan menunggu, malang tak ditolak, mujur tak diraih. Istri saya gagal lagi dia hanya masuk 6 besar dan yang diambil adalah 3 besar. Kali ini dia cukup kecewa tidak seperti yang pertama.
Saya hanya bisa menyemangatinya. "Masih ada cukup waktu dik, nanti kita coba lagi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H