Cara dia menjemput siswa memang terksean berbohong. Tapi saya memaklumi perbuatannya itu demi ada siswa yang masuk ke ruang kelas dan mau belajar.
Pada setiap hari sabtu pagi kegiatan saya dan rekan relawan lain menyediakan taman baca disetiap blok hunian Warga Binaan dengan menggunakan gerobak dan gerobak itu telah dinamai oleh para senior yang lebih dulu berada dalam pergerakan ini dengan nama Gerobak Pintar.
Pagi-pagi sekali kami bangun dan menyiapkan segala kebutuhan untuk gerobak pintar. Seluruh buku berada dalam sebuah box besar dan saya angkat itu bersama kawan lain menuju gerobak cadong yang sudah parkir di depan pintu porter. Lalu saya angkuti semua barang yang diperlukan untuk menggelar gerobak pintar. Regu kita bagi menjadi beberapa tim, ada yang mendorong gerobak pintar yang berisi buku-buku edukasi dan sejarah. Kemudian pada box besar buku yang dibawa adalah buku fiksi dan lainnya.
Beberapa rekan lain mendorong gerobak cadong yang bermuatan box besar dan segala keperluan lain; seperti meja dan kursi serta formulir peminjaman dan pengembalian buku.
Setelah sampai di blok hunian yang kebagian jadwal gerobak pintar, segera mungkin aku melihat Laki-laki Tua itu memasuki aula blok dengan pengeras suara ditangannya. Langkahnya cepat dan mantap. Dari lapangan blok suara lantang Laki-laki Tua itu terdengar oleh kami. Sesuatu yang selalu diucapkan olehnya di sabtu pagi.
"Selamat Pagi Charlie. Sabtu ini gerobak pintar ada di Blok Charlie. Bagi siapapun yang ingin meminjam buku harap menuju lapangan blok dan memilih buku yang akan dipinjam. Bagi yang ingin mengembalikan buku harap menuju meja pengembalian buku di samping gerobak pintar. Temen-temen, membaca adalah suatu hal yang dapat meningkatkan kualitas cara berfikir kita. Dan bagi siapapun di dalam penjara ini yang ingin melipat waktu, membaca buku lah kalian. Temen-temen terima kasih, sehat selalu dan saya tunggu kehadiran kalian di gerobak pintar."begitulah selalu yang Laki-laki Tua ucapkan ketika sabtu pagi. Saya melihat setiap minggu minat baca di dalam penjara ini kian meningkat. Para napi suka meminjam buku-buku fiksi dan tidak sedikit mereka yang meminjam buku tentang edukasi atau sejarah. Dan, setiap sabtu pagi begini saya selalu merasa semangat saya kembali karena melihat banyak dari mereka yang mulai menyukai kegiatan membaca. Selain kegiatan gerobak pintar di setiap hari sabtu kami mengganti konten mading.
 Malam harinya kami selalu adakan forum dikamar. Laki-laki Tua itu yang memimpin jalannya forum mengevaluasi kegiatan perminggu.
 "Saya berharap temen-temen bisa terus konsisten dalam mempertahakan pergerakan ini, minimal pertahankan deh supaya kita bisa melipat waktu didalam penjara ini. Dan ketika kita keluar nanti kita semua sudah siap menghadapi kehidupan. Tempat belajarnya ya, disini. Orang bilang kita anak Bangsat dan bukan anak Bangsa. Mereka keliru! Dan kita harus tunjukkan bahawa kita juga Anak Bangsa yang bisa sukses dan berguna." Katanya pada sabtu malam lalu.
Pada saat ini kami masih berada dalam iring-iringan Laki-laki Tua itu di Penjara Pondok Rajeg.
Cerpen ini pernah diikut sertakan dalam Event Lomba Menulis Kerelawanan di Sekolah Relawan dengan Tema "Synergies Humanity Competition 2022"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H