"Mansur Es!"
"Tambah ngawur. Itu lagunya Syahrini!"
Terdengar tawa semakin riuh. Begitulah, dialog berlangsung secara egaliter, terbuka dan tetap menjaga kesopanan.
Gok Jim buka suara. "Karena Tuhan teramat sayang kepada kita, maka kita pun diwajibkan berpuasa. Apa hubungan kasih sayang Tuhan dengan kewajiban puasa?"
Pancingan demi pancingan pertanyaan dilontarkan Gok Jim untuk menciptakan dinamika dialog supaya alur diskusi terus bergerak.
Pertanyaan itu direspons secara beragam. Jawabannya bermacam-macam sesuai pengalaman dan bekal wacana literasi hidup mereka. Yang pasti, tidak ada jawaban yang seratus persen benar dan seratus persen salah.
Soal relativitas jawaban akibat cara pandang, sudut pandang, dan resolusi pandang yang beragam, anak-anak muda ini insya Allah sudah khatam alias tidak perlu diragukan lagi keluasan dan ke dalam toleransinya.
"Yang bisa kita harapkan dari puasa adalah doa: semoga Allah menolong kita menjadi orang yang bertakwa," ungkap Gok Jim. "Urutan stratanya seperti ini. Kita suka sekali makan dan minum. Kesukaan seperti itu tidak perlu diwajibkan."
"Benar," sahut Gendon, "Tidak diwajibkan pun kita akan selalu makan dan minum."
"Aslinya tidak ada manusia yang suka berpuasa karena kewajiban itu bertentangan dengan nafsu alamiah kepentingannya," ujar Gok Jim. "Inilah ujian yang pertama. Apakah selamanya kita akan jadi kanak-kanak, yang setiap perbuatan kita hanya dilandasi rasa suka dan tidak suka, ataukah kita menjadi manusia dewasa yang menapaki tangga cinta dengan kaki kemurnian dan keikhlasan?"
"Itu pembahasan pertemuan yang lalu ya?" tanya Gendon lagi. "Apa yang kita suka belum tentu baik untuk kita. Apa yang kita tidak suka bisa jadi itu baik buat kita."