Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uji Nyali Menembus Belantara, Menerabas "Jalan yang Bukan Jalan"

8 Mei 2020   21:22 Diperbarui: 8 Mei 2020   21:29 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nambang, melintasi sungai berantas di Kec. Megaluh Jombang. Sore hari di sekitar sungai berantas ramai dijadikan lokasi ngabuburit warga. Foto: Dok. pribadi/ASS

"Nanti jangan ikut njagang, Pak," teriak Rista mengalahkan deru knalpot motornya.

"Siaaap...," saya berteriak kencang.

Maksudnya, kalau motor miring atau terpeleset akibat tanah bebatuan yang licin, saya tidak boleh ikut menurunkan salah satu kaki. Ini soal keseimbangan yang harus dikendalikan oleh satu orang saja. Sebagai penumpang saya manut dan percaya kepada joki saya.

Semakin masuk ke tengah hutan, jalanan kian terjal, licin dan menanjak. Berulang kali kami menerabas jalan setapak. Kiri dan kanan rimbunan semak belukar setinggi dua meter menutupi jalan. Rista menerabasnya. Ia sangat hafal karakter jalan bersama semua kemungkinannya.

Setelah menyerahkan bantuan kepada Baitul Maal dusun Rapahombo, kami ngobrol bersama warga. Foto: Dok. pribadi/ASS
Setelah menyerahkan bantuan kepada Baitul Maal dusun Rapahombo, kami ngobrol bersama warga. Foto: Dok. pribadi/ASS
Sambil tancap gas sesekali tangan kiri Rista menyingkirkan ranting pohon yang menghalangi jalan kami. Tidak terpikir memotret apalagi merekam pakai HP. Bisa-bisa di tengah mendokumentasikan "jalan yang bukan jalan", HP saya terlempar masuk jurang.

Rista memang pengemudi motor handal---sangat handal bahkan, mengalahkan aksi Valentino Rosi. Film James Bond yang mengobrak-abrik pasar sambil naik motor trail belum sebanding dengan aksi Rista.

Jam satu siang kami tiba di depan gerbang dusun Rapahombo. Lega rasanya. Di depan tampak hamparan perkampungan yang sunyi, dikelilingi bukit dan gunung.

Warga dusun Rapahombo yang menerima bantuan kebutuhan pokok. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Warga dusun Rapahombo yang menerima bantuan kebutuhan pokok. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Di teras masjid bantuan bahan pokok diserahkan kepada pengurus Baitul Maal dusun Rapahombo. Tidak pakai basa-basi. Singkat saja. Selanjutnya, kami ngobrol dan guyon bareng.

Angin semilir, udara sejuk dan sunyi perkampungan di keliling gunung membuat saya tak kuat menahan lelah dan kantuk. Saya ndlosor lagi di teras masjid.

Adzan Asar membangunkan saya. Shalat Asar berjamaah bersama warga di masjid yang sederhana sungguh nikmat rasanya. Kami lantas berpamitan. Beberapa warga meminta kami bermalam, balik ke Jombang besok pagi.

Bantuan juga diserahkan kepada salah satu anak yatim. Foto: Dok. pribadi/ASS
Bantuan juga diserahkan kepada salah satu anak yatim. Foto: Dok. pribadi/ASS
Maaf yang sangat kami sampaikan karena nanti malam harus berbagi dan melakukan connecting happiness di tempat yang lain. Tapi, kami berjanji, mudah-mudahan bisa nyambangi lagi ke dusun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun